Tiga.

12 7 0
                                    

"Kak Erlan"

Sahut cewek yang tiba-tiba datang ke meja mereka berempat. "Ada apa, manis?" Gombal Erlan--sangat paham dirinya sudah di akui ketampanannya meski lebih ganteng Haris, sih.

Cewek yang ia yakini sebagai dekel itu merona, "Kak Erlan di panggil ke BK"

"BWAHAHAHAHAHA!!"

Dewo tertawa paling keras, "niatnya mau keren sama adek kelas, eh, malah gagal!" Dewo tertawa sambil menepuk-nepuk meja.

Golok mana golok?

"Emang lu tau gue ke BK mau ngapain? Siapa tau ngambil buku tartib" elak Erlan, "emangnya buku tartib dikumpulin? Kaga bego!" Dewo semakin terbahak. "Kampret" Erlan segera berdiri mengikuti cewek itu.

"Parah kamu Wo" Weedy menghabiskan minumannya, dan menutup kotak bekalnya. "Nggak apa, sesekali bikin dia malu"

"Aduh, udah jam segini! Ada kumpul eskul, duluan ya!" Dewo dengam cepat pergi meninggalkan kantin, tinggal Weedy dan Haris. "Kamu udah nentuin masuk jurusan sama universitas mana? Udah kelas dua belas, belajar lebih serius ya" ucap Haris. "Iyaa Haris, kamu sendiri mau masuk mana?"

"Niat di UI, hubungan internasional" Weedy mengangguk, "kalau begitu, aku juga di UI ya" gerakan tangan Haris terhenti, "kamu mau ke UI... biar bisa bareng?"

"Iya, lagipula UI kan bagus Ris, iya tau butuh ekstra perjuangan masuk sana, tapi aku bakal belajar kok, suer deh" dua jari Weedy membentuk huruf 'V'. Haris awalnya tidak menanggapi, "yaudah, terserah kamu juga sih" ucap Haris akhirnya. "Aku bayar dulu ya" Weedy mengangguk, Haris pun pergi membayar, ponsel Haris terletak di meja, ingin rasanya Weedy melihat ponsel Haris. Boleh gak ya? Batin Weedy, ia melihat Haris, sedang mengantre, diam-diam, Weedy membuka ponsel Haris.

Weedy membuka galeri.

Weedy tertawa kecil melihat foto-foto Haris yang lucu, kemudian pipinya merona melihat Haris yang hanya memakai celana, terlebih perutnya yang kotak-kotak. Ia menggeser foto terakhir di galeri, seketika ia diam. Foto Haris dengan wanita yang tidak pernah ia lihat, di foto itu Haris sangat bahagia, matanya tersorot senang, belum pernah rasanya Weedy melihat sorot mata itu.

Tapi dengan cepat ia menaruh kembali ponsel Haris.

🌼

Tepat setelah istirahat selesai, Weedy di panggil ke ruang BK. "Kamu tau kesalahanmu sampai dipanggil oleh saya?" Tanya Bu Berti--guru paling menyebalkan di sekolah.

"Nggak tau Bu"

"Kamu itu, tidak boleh main hp saat belajar! Belajar ya belajar, main ya main, berhenti main hp saat guru-guru sedang mengajar, itu tidak sopan, Weedy"

"Tapi Bu--"

"Tapi apa?"

"Penting Bu! Saya main hp itu kan bangun olshop saya sendiri, jadi saya balesin lah orang-orang yang mau beli barang di saya" bela Weedy.

"Tapi tidak saat sekolah!" Bu Berti menepuk meja, Weedy terkejut. "Kan buat kebaikan saya--"

"Kebaikan apa?! Kamu kan gak fokus belajar, udah kelas dua belas! Belajar sungguh-sungguh agar--"

"--Dapat masuk universitas yang di imginkan. Saya paham betul maksud Ibu, toh nilai-nilai saya bagus, meningkat malah" potong Weedy--mulai gemas dengan guru gendut satu ini.

Bu Berti memijat keningnya, "itu tidak sopan Weedy"

"Iya-iya, maaf Bu" Bu Berti terkejut mendengar itu, "jangan kasih tau orang tua saya ya Bu, terlebih Papa saya, jangan ya" Weedy memohon-mohon. "Itu tergantung"

Time To Remember HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang