03

20 4 13
                                    

'Apakah perasaanmu sama? Apakah kamu kenal diriku setelah ini? Ah, memilikimu tidak semudah yang aku kira.'
***

Dico berpamitan untuk pulang karena hari sudah sore bahkan hampir malam. Dico bukan anak yang nakal, bahkan setelah ini mungkin Dico akan jujur pada ibunya.

"Ara, aku pulang dulu, ya ...nanti ibuku marah jika aku pulang terlambat," ucap Dico masih menyuapi Ara.

"Hah, apa? Baiklah, nanti sampai rumah kamu makan, ya," ucap Ara sembari menyerahkan tas Dico.

Dico mengelus lembut kepala Ara, lalu pergi pulang. Kini, Ara sendirian lagi di ruangannya. Kehadiran Dico membuat Ara berubah, hatinya kini hampir jatuh cinta, dan bahkan harapannya hanya untuk Dico.

Tidak lama, Deri datang dengan membawa makanan, "Gimana keadaan lu? Cepet sembuh, gua gak mau lama-lama disini!" serunya.

Ara mendengus kesal, "Apaan sih, aku udah baikan ...ayo pulang!"

Deri memperhatikan seluruh ruangan, "Dimana Dico? Pulang ya? Karena Dico pulang, lu mau pulang juga? Gua gosok kening lu kalo beneran iya." Deri mengancam Ara dengan wajah menyebalkannya.

"Enggak kok, tadi katanya Kakak mau pulang ...ya ayo pulang."

Deri mengepal tangannya lalu memukulkan genggamannya pada telapak tangannya sendiri, "Bego! Okelah, yok makan."

Ara tersenyum sinis, "Eh, Kak! Ibu gak kesini?"

Deri membuang nafas, "Besok, lu cepet sembuh dong ah!" serunya lalu pergi keluar ruangan.

Malam ini, kondisi Ara semakin buruk, tubuh Ara semakin panas juga tidak berkeringat. Deri semakin cemas, beberapa kali pria paruh baya ber- jas putih-sering disebut dokter-keluar masuk ruangan Ara. Deri kembali memainkan jari lentiknya di layar ponsel mencoba untuk menghubungi Tania.

Di sisi lain, Dico tidak bisa tidur karena mengingat Ara, ia berfirasat buruk, akhirnya ...

"Bu, Dico ke rumah temen dulu, ya! Dia lagi sakit," ucapnya sembari berjalan dan memakai jaket.

"Iya, temen yang mana?" tanya Ibunda Dico tapi, Dico sudah pergi.

Dico berlari menaiki tangga, menuju ruangan rawat Ara, "Ara, kamu baik-baik aja 'kan? Aku khawatir banget ini."

Deri terperanjat saat melihat Dico datang, 'Kapan aku menelpon Dico?' Deri membatin. "Dico, kamu kesini?" tanya Deri yang hanya dibalas anggukan cemas oleh Dico. "Bagaimana Ara?"

"Ara ...drop dia, kamu kesini sama siapa?" tanya Deri menghancurkan keheningan diantara keduanya.

"Aku ...sendirian, Kak." Dico kembali melamun, ada yang aneh dengan hatinya.

'Kamu tau rasanya kehilangan? Seandainya kamu tau, kamu akan merasakan bagaimana rasanya aku kehilanganmu hanya karena kehadiran orang lain dan hadirnya masa lalumu.'
***

Dico tidak pulang malam ini, dia menginap hanya untuk Ara yang terbaring tak sadarkan diri. Dico menginginkan Ara, ia menginginkan Ara sembuh seperti sedia kala.
***

Akhirnya, pagi hari Ara sudah sadar dan Dico menjadi orang terbahagia diantara keluarga Ara.

"Dico, kamu sejak kapan ada disini?" tanya Ara saat melihat Dico masuk ke ruangannya.

F E E L I N G ✔✔✔ [Lanjut; Feeling 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang