05

9 4 2
                                    

'Dulu, rasanya mudah sekali ingin memilikimu, tapi aku tau sekarang bahwa memilikimu tak semudah yang aku bayangkan.'
***

Sudah lama Ara menetap di rumah sakit hanya untuk menemani Dico. Pria paruh baya yang selalu memakai jas putih 'itu berkata bahwa Dico mengidap penyakit cukup serius yaitu, Lemah Jantung dan Mag-penyakit pada lambung-katanya.

Tapi, itu baru gejala, masih bisa sembuh dalam beberapa waktu. Walaupun begitu, Ara tetap cemas, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk membuat Dico sembuh secepatnya.

"Dic, kamu tuh ya gak bisa dibilangin, aku kan udah bilang gak boleh makan-makanan pedas, kamu ngeyel ya jadi cowok! Aku tendang nanti baru tau rasa-"

"Bawel! Marah-marahnya nanti aja, aku laper," ucap Dico seraya membuka mulutnya lebar-lebar.

Ara masih sabar dengan tingkah gebetannya 'itu ia mengambil mangkuk yang berisi bubur dari atas nakas, ia perlahan mengisi sendok kosong dengan bubur hambar, "Nih, makan yang banyak biar cepet sembuh! Aku kan gak mau kamu sakit!"

"Makanannya gak enak banget sih, ini hambar banget sumpah, aku gak-" Belum selesai bicara, Ara mengisi mulut Dico dengan satu sendok bubur penuh.

"Makannya harus banyak, biar cepet sembuh ...kamu kan punya Mag gara-gara? Gara-gara telat makan lah!"

"IyaIya, tapi pelan-pelan dong, kamu nyakitin aku!"

"Kamu mau aku cubit?" Ara mengancam.

Dico terbelalak mendengar ucapan Ara, "Apa! Gak lah enak aja."

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, ternyata Deri yang datang, ia membawa beberapa buah-buahan, "Ini, adikku lupa membawanya," ucapnya sembari tersenyum manis.

Ara ternganga melihat Kakaknya yang menyebalkan 'itu datang menemuinya dan juga Dico, "Kakak, darimana tau aku ada di sini?"

"Kelly yang bilang tadi, nih," ujarnya sembari memberikan bingkisan buah-buahan yang ia bawa.

Dico tersenyum, "Makasih calon Kakak ipar."

Deri menatap sinis Ara, "O, iya sama-sama calon Adek ipar."

Ara terlihat kesal, "Apasih! Alay banget kalian!"

Deri menarik Ara keluar dari ruangan rawat Dico, "Kau ini, kau tau tidak? Jennifer sahabatmu!"

"Iya, aku tau, emangnya kenapa?" tanya Ara keheranan.

"Dia mencarimu tadi, dia bilang kau bisa temui dia besok. Baiklah nanti pulang, ya ...Kakak mau pulang dulu, mau beresin tugas, bye!" seru Deri seraya pergi.

Dico menggeleng pelan, "Ckckck, kau lupa sahabatmu? Astaga, segitunya ya!"

"Apaan! Gak lah, Jennifer itu baru pulang dari Jakarta, dia kembali ke Singkawang kayaknya tadi malem deh," jelas Ara yang hanya dibalas anggukan oleh Dico.

Ara masih berdiri di samping Dico, "Mmm, kamu suka Carissa gak?"

Dico yang sedang minum tersedak seketika, "Ohok, apa!? Carissa? Carissa lu bilang? Aku gak suka lah, aku kan sukanya sama- btw ngapain tanya?"

"Hah, eh enggak kok, gak papa cuma tanya aja."

"Oh."

Ara membereskan bukunya, "Dic, aku mau pulang, ya ...aku mau bersih-bersih dulu nanti balik lagi ke sini, ya!" seru Ara sembari menyimpan buku-bukunya ke dalam tas.

"Baiklah," ucap Dico seraya menyelimuti tubuhnya sendiri.

Ara berlari cepat untuk mendapatkan angkutan umum lebih cepat.

F E E L I N G ✔✔✔ [Lanjut; Feeling 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang