A

483 33 20
                                    

Kinomoto Sakura, perempuan yang akan menginjak kelas satu SMP ini menatap takjub ke sekelilingnya. Sekarang adalah hari di mana keluarga kecilnya serta keluarga sang sahabat yakni Daidouji Tomoyo pergi ke Hongkong bersama.

Semua biaya ditanggung oleh Sonomi karena ia ingin Tomoyo serta Sakura bisa berlibur sebelum kembali sekolah.

“Sakura-chan!!!” teriak seseorang dari kejauhan. Sakura menoleh dan mendapati Meilin melambai dengan senyumannya. “Kalian sudah sampai?!”

Umm!” sahut Sakura memeluk Meilin yang lebih dulu merentangkan tangannya. Setelah bertukar kabar, Sakura heran karena Meilin datang sendirian ke bandara. “Syaoran?”

Meilin menggeleng dan berkata, “Syaoran sibuk mempersiapkan sesuatu untuk menyambut kalian. Bahkan aku tidak diberitahu apa yang dilakukannya.”

Setelah obrolan singkat itu, Sonomi mengajak agar yang lain segera bergegas pergi ke hotel.

Tak terasa menikmati liburan di hari pertama begitu menyenangkan meski mereka baru saja turun dari pesawat. Hingga waktunya makan malam, Syaoran dan Meilin akhirnya muncul untuk menemui Sakura. Eriol bahkan ikut liburan meski terbang dari London.

“Maaf baru menemui kalian sekarang,” kata Syaoran canggung. Yukito yang ikut berkat ajakan Touya hanya tersenyum sambil mengatakan bahwa itu bukan masalah. “berlibur berapa hari?”

“Dua hari saja, karena ibuku akan mengajak kami pergi ke negara lain,” sahut Tomoyo. Syaoran mengangguk kaku, ada sesuatu yang ia sembunyikan dan Sakura menyadarinya.

“Ada apa, Li-kun?” tanyanya menciptakan semburat merah tipis di pipi sang empu.

“Kenapa tidak memanggilku Syaoran saja?” tanya Syaoran, Sakura langsung minta maaf dan bilang bahwa ia hanya takut membuat laki-laki ini tak nyaman.

Syaoran menjelaskan kalau ia sudah menyiapkan tempat yang indah untuk Sakura dan yang lainnya. Kebetulan di Hongkong masih musim semi, mereka bisa merasa seakan-akan sedang di Jepang walau di tempat yang berbeda.

Sakura menyetujuinya setelah mengatakan rencana tersebut pada ayah dan kakak lelakinya. Meski ada perdebatan kecil antara ia dan Touya, Fujitaka tetap mengikuti kemauan putrinya.

“Besok langsung aku tunggu saja di tempat, ini alamatnya,” kata Syaoran menyerahkan secarik kertas.

Umm! Kami pasti akan datang!” seru Sakura ceria.

Syaoran sendiri masih tampak kaku, walau keinginannya untuk bicara lebih besar saat ini. Sampai akhirnya tangan Syaoran menarik jaket Sakura dan berkata, “Besok … jadilah perempuan biasa.”

Eriol tersenyum memperhatikan mereka, ia mengangguk menyetujui walau Sakura belum sepenuhnya mengerti apa maksud kalimat Syaoran. Eriol lantas berbisik, “Jangan gunakan sihir apa-apa. Kero, tolong bantu Sakura untuk menahannya.”

Kero yang posisinya sedang duduk di topi jaket hanya mengangguk. “Asal aku bisa makan makanan Hongkong, itu tidak masalah!”

A Little Trick For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang