"Semua bergerak, berotasi. Satu satunya yang tidak berubah hanyalah matahari"
"Hallo, Dika. Kamu dengarkan saya nggak sih?!"
Aduuuhh mati deh, kesan pertama di kelas ini hancur!
Dika sadar dari lamunannya. Benar, ia sudah pindah. Okey? P I N D A H.
Dia tak mungkin lagi bisa setiap hari bertemu Mahen dan... Yosi.Ohiya, Yosi.
Teman selain Mahen yang bersamannya seharian saat Mahen tidak hadir sekolah karena ikut papanya keluar kota.--
Ia bertemmu Yosi saat di kantin SMA Carolus yang ramai itu. Yosi, siapa sih yang tidak kenal dia? anak dari pengusaha batu bara kondang yang beritanya muncul dimana - mana.
Yosi paham, tak semua 'teman'nya benar - benar teman. Sebagian besar hanya mendekati untuk dipinjami motor barunya, minta sumbangan dana untuk event SMA atau sekedar ditraktir gorengan bu Sunar setiap istirahat pertama. Meski hampir semua murid di SMA Carolus ini punya warisan harta melimpah dari orang tua, tapi hanya Yosi inilah juara umumnya.
Tapi, sejak berkenalan dengan Dika yang tak sengaja menumpahkan kuah bakso di bajunya, ia sadar. Dika berteman dengan dia tidak ada maunya. Dika cuma anak yang mau hidup tenang, tidak banyak tekanan dan sandiwara, cukup.
Meski sikapnya berbanding 180 derajat, Yosi dan Dika sangat cocok. Ibarat pasangan, mereka saling melengkapi (cielaahhh).
Yosi sangat rajin. bagaimana tidak? dia digadang gadang sebagai pewaris tertinggi perusahaan ayahnya. Dia sadar diri, paling tidak Yosi harus diterima di perguruan tinggi nomor 1 di Indonesia dan mengambil jurusan manajemen bisnis supaya lebih mantab mengembangan perusahaan keluarganya itu. Sebenarnya dia ingin kuliah di luar negeri, supaya mirip cerita - cerita orang sukses yang berjuang di negeri orang dan kembali untuk membangun negerinya sendiri. Ah, dia bukannya tidak bisa tapi sebenarnya cuma kurang percaya diri saja.Nah, kalau Dika seperti apa sepertinya tidak perlu diceritakan lagi.
--
"Udahlah, meskipun sekolah kita ini gak sekeren sekolahmu, tapi kamu pasti senang dini bro!". Ocehan Henri membuyarkan lamunan Dika.
Ia memulai pelajaran pertama di SMA barunya, matematika. Pelajaran yang selalu mengingatkan Dika pada potret pak Steve dan nada suaranya yang tak pernah santai. Dika tak pernah suka pelajaran ini, dia ingin tidur saja di kelas.
Tapi tunggu, ini kan baru hari pertama dia masuk, masak iya Dika akan memberikan kesan buruk terus menerus?.
Dika menggambil buku tulisnya. Mencatat dan ikut mengerjakan pelajaran matematika. Benar kata Henri, meski tak sebagus sekolahnya dulu, disini not bad lah ya. Kelas ini sangat sejuk, menyenangkan, menenangkan. Ia tak perlu keluar sejenak untuk menghirup udara segar dari pada menghirup AC di kelasnya seharian. Dika memperhatikan bu Emil, dia mencatat, mengerjakan soal, membolak balik buku tulisnya.
'HAH!, kok bisa?', dalam hatinya Dika kaget, ia paham betul pelajaran kali ini. Bu Emil luar biasa! dia langsung suka dengan matematika yang selama ini menjadi momok dalam hidupnya. 'Rekor, ini rekor!', otaknya mulai panas, seperti habis ganti oli. Licin dan cepat ia menuliskan rumus rumus serta jawaban 10 soal yang bu Emil berikan.
Apalagi soal nomor 10. 3log2 = a, maka 3log12 =...
Dika jawab tanpa babibu!. langsung dia ingat Mahen yang alisnya tebal seperti uler keket tapi matanya sipit segaris itu.
Nyaris saja dia tambahkan kata 'gembel' dibelakang jawabannya. Dika tersenyum simpul."Lah, yang kaya begini di DO?", Henri baru menuliskan jawaban nomor 5.
Pelajaran selesai. Semua murid mengepak bawaannya. Dika keluar kelas, menyusuri koridor - koridor sekolah, memperhatikan sekitar. Berbeda sekali suasana sekolah ini dengan yang sebelumnya. Bangunannya memang tak sebersih dan sebagus di SMA Carolus dulu, tapi Dika sadar disini pohonnya lebih banyak, rumputnya bahkan lebih hijau, terlihat perpustakaan masih didominasi buku - buku tebal dan hanya terdapat 2 komputer usang.
Tidak disadari Dika sudah masuk ke perpustakaan itu. Dulu, di SMA Carolus ada 20 komputer yang setipe dengan milik Dika di rumah, makanya ia tak pernah tertarik ke perpustakaan, buat apa? toh sama saja.
Tapi ini beda! disini bahkan masih ada mesin ketik jadul yang terlihat masih sering digunakan. Entah tangannya bergerak sendiri atau bagaimana, ia menyusuri buku - buku yang ternyata sudah terbitan lama.
Handphone Dika tiba - tiba berbunyi. Ia lekas keluar dari perpustakaan. Ternyata mamanya menelfon.
"Hallo ma, kenapa?"
"Dika, cepat pulang ya, kucing kamu kayaknya sakit nih"
"ya maaaaaa"Tancap gas!. Dika memang terlihat agak garang, cuek, sembrono. Tapi urusan keluarga? (termasuk ketket kucing persia putihnya) adalah nomor 1. Dia tipe remaja rebel sayang keluarga hahaha.
Diperjalanan Dika sadar, banyak sekali yang asing hari ini. Dika merasa seperti ada dikehidupan baru. Dika cukup bangga, bisa juga dia menghadapi sehari di sekolah tanpa Mahen atau Yosi. Bisa juga dia mengerjakan matematika 10 soal dengan lancar dan percaya diri. Ditambah, ini kali pertamanya ke perpustakaan. Menarik, pikirnya.
Dika menatap jalanan di sekitarnya. Semua bergerak.
Kemudian ia melihat keatas. Satu - satunya yang masih sama hanyalah matahari.Dika sampai di rumah.
Surprise!
Sudah ada Mahen, Yosi, mama dan kakak perempuannya. Ketket, tentu saja sehat walafiat sedang menatapnya dengan imut di tangan kak Saski yang menggendongnya.12 Mei, ulang tahun Dika. Ternyata mama bohong! Ketket bukannya sedang sakit. Dika hanya perlu pulang cepat.
"happy birthday Dik!, semoga makin semangat dan dewasa ya!" Mahen dan Yosi merangkul Dika.Dika meniup lilin setelah ia berdoa dalam hatinya penuh harap. Mereka bercerita saling bercanda, bercerita apa saja yang sudah dilalui belakangan ini. Mahen dan Yosi antusias mendengarkan cerita Dika dihari pertama sekolahnya di SMA Bintang Cahaya.
Hari itu, diluar dugaan menjadi hari yang paling tak bisa Dika lupakan. Tepat diumurnya yang ke-17 tahun.
-Jangan lupa kasih kritik dan sarannya di kolom komentar!, aku butuh banget saran dan kritiknyaa... Jangan lupa kasih voting juga ya! -
Aku akan kasih vote juga untuk karya kaliann
Thanks!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Harap Dibalik Gelap
AdventureMatahari masih cemerlang, namun ia bersinar dibalik kabut tebal. Butuh perjuangan untuk mematahkan 'kutukan'. Cinta sejatikah? Tapi bahkan aku tak pernah mengerti rasannya mencintai. [[ first published in 2017 ]] -Jangan lupa kasih kritik dan saran...