Jakarta, Mei 2010
Di SMU PANCASILA saat jam istirahat, berlari-lari seorang anak laki-laki berseragam putih abu-abu dan melewati lorong. Tanpa peduli orang-orang di lorong itu memperhatikannya. Seorang teman yang mengenalnya menarik tangannya.
"Ada apa, Boy?"
"Joan berkelahi di kelas 2-3. Cepetan sebelum pintu di tutup." Jawabnya sambil menarik nafas cepat-lambat tidak beraturan, karena kelelahan.
Kemudian melanjutkan larinya, yang sempat terhenti.Temannya itu mengikuti Boy berlari menuju Kelas 2-3. Dan pintu di tutup begitu mereka masuk ke dalam kelas. Begitu juga pintu dan jendela, agar tidak katahuan guru bahwa ada perkelahian. Terlihat dua orang siswi di tengah ruangan, Joan dan Tasya. Semua meja dan kursi di singkirkan, dan siswa siswi yang lain mengelilingi mereka. Menanti sesuatu yang menarik.
Joan masih duduk sambil menyalin jawaban PR Matematika karena gurunya yang terkenal killer, sedangkan Tasya berdiri di depan mejanya sambil berkacak pinggang.
Tasya tidak terima di putuskan oleh Roy. Karena sebelumnya Roy dekat dengan Joan, di pikirnya Joan yang merebut pacarnya.
"Heh, Pelakor! Ga tau malu rebut pacar orang!" teriak Tasya.
"Apaan si lo? Ga lihat gue lagi sibuk? Gue udah bilang berapa kali, gue ga rebut pacar lo. Jangan nuduh orang sembarangan."
Joan menjawab Tasya tanpa melihat ke arahnya, karena masih menyalin jawaban soal Matematika untuk kelas pertama setelah istirahat. Tasya menarik buku yang di tulis Joan dan melemparnya ke lantai. Kali ini Joan mendongakkan kepalanya dan menatap Tasya dengan jengkel.
"Jangan bikin gue kesel."
Nadanya masih datar, dan ingin mengambil buku yang di lantai. Namun buku itu di tendang Tasya semakin jauh.
"Jangan sok rajin, pelakor!"
Kali ini Tasya menjambak rambut kepala Joan, dan perkelahianpun terjadi. Mereka saling menarik rambut, baju, memukul dan menendang. Anak-anak cewe yang ada di ruangan itu terdiam karena takut, sedangkan anak laki-lakinya justru ada yang menyemangati mereka. Kali ini mereka berguling di lantai. Dan saat ini posisi Joan ada di atas Tasya.
BRAKKKKK!!!!
Perkelahian terhenti saat pintu kelas di dobrak Pak Rahmat. Posisi Joan sedang di atas Tasya. Mereka dan seisi kelas terpaku sejenak.
"Apa-apaan ini? Kalian pikir sekolah ini ring tinju?"teriak Pak Rahmat.
Anak-anak di ruangan itu tersadar dan berhamburan keluar sebelum tertangkap.
"Kalian berdua ikut ke ruang BK!"Jari Pak Rahmat menunjuk ke arah mereka.
Joan langsung berdiri di ikuti Tasya, mereka mengikuti langkah Pak Rahmat ke ruang BK. Sampai di ruangan BK, Pak Rahmat melanjutkan omelannya.
"Kalian ngapain sekolah kalo cuma buat berantem? Buang-buang duit orang tua kalian saja! Joan apa kamu akan begini terus? " kali ini sambil menunjuk ke arah Joan, di ikuti senyuman Tasya yang senang Joan di marahi. Joan hanya tertunduk dan terdiam.
"Kamu juga Tasya! Apa senyum-senyum? Ga ada rasa penyesalan kamu?" kali ini Pak Rahmat menunjuk ke Tasya. Tasya juga segera menunduk.
Pak Rahmat menghela nafas,"Kalian sudah kelas 11, bentar lagi kelas 12. Ga malu sama adik-adik kelas kalian. Ayo salaman saling minta maaf!"
Mereka berdua bersalaman setengah tidak ikhlas.
"Besok bapak panggil kedua orang tua kalian! Hari ini kalian berdiri di depan ruang BK."
Pak Rahmat menunjuk ke depan ruang BK.
Mereka berdua berdiri di depan ruang BK, dengan muka yang lebam dan bibir yang berdarah. Saling melirik dengan perasaan kesal yang mulai berkurang karena sudah di lampiaskan. Tasya yang sudah terlihat menahan tangis karena kesakitan, sedangkan Joan biasa saja, karena sudah sering berkelahi. Di koridor kelas Jessy berlari-lari menghampiri mereka."Joan, berantem lagi lo?" Jessy memegangi wajah Joan memeriksa luka-luka di wajahnya dan dengan sigap mengeluarkan plester menutup luka yang terbuka.
"Ya gitu deh. Ada yang nyari gara-gara sama gue." Joan melirik ke Tasya.
"Eh pelakor! Lo yang nyari gara-gara sama gue!" suara Tasya meninggi.
Joan tiba-tiba merangkul dan mencium pipi Jessy. Tasya shock melihat perilaku Joan, begitu juga Jessy yang tidak menyangka akan di cium Joan.
"Eh elo, gue bilangin ya, asal lo tau aja,gue ga doyan sama cowo. Jadi ga mungkin gue ngerebut pacar lo."
Tasya bengong dan Jessy melepaskan diri dari rangkulan Joan dan melap pipinya. Tasya tertunduk merasa bersalah menuduh orang.
Joan memang cantik. Mamanya orang Canada dan papanya orang Indonesia. TInggi badan 170 cm, mata hazel, kulit putih dan rambut coklat gelap, dia dapat dari genetik mamanya. Sedangkan wajah oval, dan rambut ikal dia dapat dari genetik papanya. Mama Joan meninggal saat dia masih sekolah dasar, sedangkan papanya bekerja di Mahkamah Agung sebagai hakim.
Dengan penampilannya yang biasa saja dia bisa membuat cowo-cowo melirik bahkan berusaha mendekatinya. Kejadian seperti Tasya ini sudah sering ia alami. Di damprat sama pacar orang , yang merasa cowonya di rebut.
Untung saja, papa Joan dari Joan masih kecil menyadari bahwa anaknya yang cantik itu bisa dalam bahaya karena kacantikannya dan profesi papanya, dan tidak mungkin ia menjaga anaknya 24 jam. Karena itu papa Joan memasukkan Joan ke Dojo Aikido. Supaya bisa melindungi diri. Selain bela diri Joan juga punya trik lain untuk menghindari gangguan cewe-cewe yang ketakutan cowonya di ambil orang lain itu dengan mengatakan dia ga doyan cowo alias lesbi. Sebagian percaya dan sebagian tidak. Mayoritas cewe-cewe itu percaya saja, karena mereka sering melihat Joan dan Jessy jalan berdua dan sikap Jessy yang perhatian banget sama Joan. Akting yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & HATE
RomanceJatuh cinta itu mudah. Mempertahankan cinta itu tidak mudah. Saat cintamu terhalang. Dan benci menyusup datang. Kemudian tersadar. Cinta dan benci jadi seperti selembar uang. Saling bertolak belakang. Namun tidak bisa di lepaskan.