SEPULUH

12 2 0
                                    

Siang itu di halaman sekolah masih terlihat banyak siswa dan siswi. Ada beberapa yang mengikuti ekskul, ada yang masih menunggu jemputan, dan ada yang tidak bisa pulang karena hujan. Sedangkan di aula yang merangkap sebagai lapangan indoor ada dua orang yang sedang sibuk.

"Tangan sejajar bahu. Kepalanya masukin,"instruksi Joan sambil mengecek posisi Charles yang sedang siap-siap melakukan roll depan, dan memperbaiki posisi tangan Charles yang salah.

"Mulai!"

Charles mulai berputar ke depan tapi masih miring, dan bersiap jongkok lagi.

"Dorongnya dua kaki. Jangan satu kaki."

Joan mereview gerakan yang sebelumnya. Dan sekali lagi memperbaiki postur tubuh Charles yang di lihatnya masih salah.

Setelah beberapa kali melakukan roll depan, namun tidak terlihat lebih baik.

"Coba ganti roll belakang." Perintah Joan, Charles menurut saja.

Namun dia tidak bisa mundur ke belakang. Charles terlihat berusaha melakukan tetapi tetap tidak bisa. Karena badan Charles yang kaku, kakinya tidak bisa sampai ke atas kepala.

"Diangkat pantatnya! Dorong ke depan!" Joan membantunya mendorongnya dari samping. Setelah Charles berada di posisi duduk dia terdiam sejenak. 

"Hahahah Gue berhasil ngelakuinnya! Gue bisa!"soraknya kegirangan sambil melompat-lompat setelah sekali melakukan roll belakang.

Baru kali ini Joan melihat Charles tertawa. Muka yang selama ini terlihat dingin dan kaku, kali ini tersenyum. Seperti anak kecil yang antusias dengan mainan baru.

Dengan antusias Charles mengambil posisi untuk melakukan rol belakang sekali lagi. Saat berusaha melakukan sendiri ia tidak bisa.

“Oi bantuin aku, ngapain bengong di situ. Katanya mau ngajarin."Omelan Charles menyadarkan Joan.

"Iya." Joan membantu Charles sekali lagi. Sekali lagi Charles tertawa senang karena berhasil melakukan roll belakang. Berkali-kali Joan membantunya, sampai Charles lelah dan akhirnya latihan sore itu selesai.

Dan saatnya giliran Charles mengajari Joan Matematika. 
"Jadi kamu mau ngajarin Matematika di mana? Mau di kelas berapa? Apa di kantin?”Tanya Joan.

"Bentar. Kamu tunggu di sini."Charles keluar dari ruangan itu, terdengar sedang menelpon, dan tak berapa lama kembali.

"Ikuti aku," katanya Charles singkat. Joan menuruti Charles dan mengikutinya, penasaran apa yang di lakukan Charles. Di depan sekolah tak lama datang mobil Mercedez hitam, Charles membuka pintu dan memberi isyarat agar Joan masuk ke dalam, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Joanpun mengikuti isyarat itu.

"Kita mau kemana?"tanya Joan penasaran.

"Ke rumahku."Jawab Charles kembali seperti Charles yang biasa.

"Ngapain?"

"Belajarlah. Emang mau kamu pikir mau ngapain?"

"Kenapa ga di sekolah aja si? "

“Aku ga mau ada gossip.jawabnya singkat. Joan terdiam dan berpikir sejenak.

Dalam beberapa pertemuan ada dua kata yang di ingatan Joan, Charles tidak suka menolong dan tidak suka gossip. Entah itu hanya sebuah jawaban atau memang isi hatinya.

Mobil itu masuk ke halaman rumah Charles yang cukup luas di Menteng. Rumah itu rindang dan terawat, bahkan terlihat ada beberapa tentara sebelum masuk sepanjang jalan itu. Joan bertanya-tanya anak siapakah Charles, hingga penjagaan rumahnya seketat itu. Joan hanya bisa terdiam kagum dengan rumah yang ukurannya hampir dua kali rumahnya. Dan langkah kakinya hanya bisa mengikuti langkah kaki Charles agar dia tidak tersesat. Saat ia menikmati interior rumah itu, ia menabrak Charles yang berhenti mendadak.

"Aduh!"Joan mengusap dahinya.

“Makanya kalo jalan lihat ke depan. Kita belajar di sini."

Charles meletakkan tasnya di sofa dan mengeluarkan buku. Sementara Joan masih menikmati sekelilingnya. Joan tidak membalas karena malas ribut.

Ruangan itu lebih tepat di sebut ruang keluarga, dengan sofa model klasik perpaduan antara putih dan gold mengelilingi meja berwarna jati, lantai marmer Travertine, dan dinding menggunakan warna senada dengan sofa, lampu crystal menjuntai cantik di ceiling, dan beberapa lukisan di dinding membuat Joan lebih banyak diam daripada  bicara.
Melihat Joan yang sepertinya sudah lupa tujuan mereka, selanjutnya Charles bertanya,"Jadi belajar ga?"

"Jadilah." Jawab Joan singkat, lebih cepat mengeluarkan buku dari tasnya.

"Aku cuma punya dua jam buat ngajarin kamu. Abis gitu aku ada kelas piano. Nanti kamu di antar sama Pak Adi, di sini ga lewat angkutan umum."  Charles menjelaskan dengan lengkap, Joan hanya mengangguk.

Charles menjelaskan beberapa rumus dan contoh soal.
"Kamu udah paham?"

Joan menggeleng.

Charles menghela nafas dan mengulangi penjelasannya.

Tak lama muncul seorang wanita setengah baya dengan berpakaian kebaya sehari-hari keluar dan  meletakkan teh di atas meja, dan tersenyum ramah ke arah Joan.

" Wah Den Charles akhirnya bawa anak perempuan ke rumah."
 
"Bi, aku lagi  ngajarin dia Matematika. Kalo aku ngajarin dia di sekolah, kalo ada yang lihat pasti di gosipin."Charles menjelaskan.

"Lah memang kenapa kalo di gosipin? Itu biasa kali, Den."

"Ga suka di gosipin."

"Ya udah kalo gitu. DI lanjutin aja belajarnya. Bi Asih tinggal dulu. "

Wanita setengah baya itu meninggalkan mereka berdua. Dua jam itu terasa sangat singkat bagi Joan. Dan kemudian muncul Pak Adi berdiri di sudut ruangan. Charles melihat jam.

"Ok sudah dua jam, besok di lanjut lagi. Kamu ikutin Pak Adi.Pak kenalin ini Joan." Charles memperkenalkan Pak Adi ke Joan.

"Aku tinggal dulu."
Joan mengangguk dan berkata,"Ok thanks udah di ajarin."

"Sama-sama. "

Charles menghilang di balik pintu yang entah menuju ke ruangan mana. Joan membereskan buku-buku yang ada di mejanya dan mengikuti Pak Adi. Masuk ke dalam mobil yang sama dengan mobil yang membawanya ke rumah Charles.
Di dalam mobil Joan merasa bosan dan mengajak ngobrol Pak Adi.

"Pak Adi boleh nanya ga?"

" apa, Non?"jawab Pak Adi sambil melirik ke spion tengah untuk melihat Joan yang duduk di kursi belakang.

"Charles emang gitu ya pak?"

"Gitu gimana maksudnya?"

"EHm.. jutek dan dingin gitu." Suara Joan hampir tidak kedengaran karena takut tidak di jawab.

"Hahahahah. Keliatannya jutek dan dingin tapi sebenarnya anaknya baik. Nanti Non Joan juga tahu."

"Oh gitu."

"Non Joan pacarnya Den Charles?" Tanya Pak Adi sambil tersenyum.

"Hah? Hahahah bukan pak.."

"Wah berarti lagi pedekate dunk?"ledek Pak Adi.

"Ga pak, kita Cuma belajar bareng aja."

Joan langsung terdiam tidak berani bertanya lagi agar Pak Adi tidak bertanya yang aneh-aneh lagi.

 LOVE & HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang