2 - Awal dari segalanya

29 3 1
                                    

"Assalamualaikum, Pah." Calvin kemudian menyalami tangan ayahnya.

"Pah, tumben pulang nya cepet?" Calvin duduk disofa ruang tamu sembari melepas sepatunya.

Dennis tersenyum sambil membawa secangkir kopi. "Papah mau jenguk mama hari ini. Kamu ikut gak?". Calvin tertegun dengan pertanyaan ayahnya. Calvin tentu saja menolak. Mengingat perlakuan ibunya 3 tahun lalu kepada dia dan ayahnya.

"Pah, yakin masih mau sama wanita itu. Jelas-jelas dia udah menelantarkan kita. Aku gak ikut, Pah!" Calvin bergegas naik ke kamarnya.

Flashback On

3 Tahun lalu...
Calvin masih duduk di bangku SMP. Dia baru saja pulang dari bimbingan matematika nya. Dia mendapati ibunya sedang berciuman mesra dengan seorang lelaki seumuran ibunya. Tentu saja lelaki itu bukan ayahnya. Calvin sungguh terkejut.

"Mah, itu siapa?" Tanya Calvin sambil berjalan kearah ibunya.

"Ii...ini Mama bisa jelasin, Vin!" Tanpa berkata sepatah pun Calvin berlari keluar dari rumahnya dan bergegas menuju kantor ayahnya.

Setelah menceritakan semua kejadian itu, orangtuanya bercerai. Calvin ikut dengan ayahnya.

Tak lama setelah kejadian itu, Calvin dan Ayahnya mendengar kabar. Bahwa, selingkuhan ibunya mengambil sejumlah uang dan kabur entah dimana. Belum lagi, Ibunya terkena serangan kanker mematikan, Leukimia.

________________

Setelah mandi. Calvin merebahkan tubuhnya di atas kasurnya dan meraih HP-nya.

Tiiing...

Calvin langsung membuka grup line nya dengan sohib-sohib dekatnya.

Ervin Sinting
Bentar ngumpul yoookk

Reyhan
Di cafe biasa dah!

Joe
Alvin elo ikut kagaa?

Reyhan
Read aja terosss, gausa dibales...

Ervin
Jam 8 yak!

Calvin merentangkan tangannya. Berpikir sejenak. Calvin segera mandi. Ia akan ikut nongkrong dengan teman-teman nya. Calvin memang jarang membalas pesan-pesan di line nya.

________________

Tepat jam 8. Mobil Calvin mendarat disebuah cafe terkenal dipusat kota. Malam itu, tampak nya cafe tersebut sangat ramai.

Tak lama kemudian, sebuah mobil BMW Alpina mendarat di samping mobil Calvin.

"Woi, bro! Gue kirain elo gak mau datang" Ervin memeluk Calvin senang. Calvin yang merasa geli kemudian mendorong pelan Ervin.

Sudah dua jam mereka berada dicafe, mendengarkan cerita Joe yang baru saja pulang dari Yunani sangat membosankan. Kemudian, terlintas sebuah ide di otak Reyhan dan Joe.

"Bosen yak, gimana kalo kita main truth or dare?" Reyhan bertanya dengan raut wajah yang diseram-seramkan.

"Gak ah!" Calvin langsung menolak. Sedangkan, Joe bersorak setuju.

"Payah elo, masa gituan aja takut!" Seru Joe sembari menyeruput kopinya. Calvin yang merasa tertantang kemudian mengangguk pasrah.

"Nih, gini ya. Gue punya sedotan disini. Gue bakal puter ni sedotan, kalo sedotan itu nunjuk ke seseorang. Dia bakal kita tanyain pilih Truth or Dare!" Ujar Ervin menjelaskan panjang lebar. Semuanya kemudian mengangguk. Calvin yang tadinya kurang bersemangat kemudian menjadi sangat bersemangat.

Reyhan mendapat giliran pertama untuk memutar sedotan. Putaran pertama terarah kepada Joe.

"Truth or Dare?" Tanya Reyhan memasang wajah bahagia. "Dare aja deh, biar seru!" Jawab Joe dengan semangat.

"Nah, elo liat gak? Cewek yang ada disana? Yang.. ehmm... Maaf ya jelek plus norak. Elo samperin terus siramin kopi ini tepat dibaju dia!" Reyhan memberi tantangan yang super jahat kepada Joe.

Calvin terbahak, dia setuju dengan tantangan yang diberikan oleh Reyhan.

Disudut cafe, seorang perempuan sedang duduk sendirian sambil membaca sebuah novel.

Joe yang merasa tertantang kemudian mengambil segelas Cafe Latte miliknya, dan berjalan kearah sasaran.

"Wah, berani juga elo!" Seru Reyhan bersemangat. Joe yang sudah melangkahkan kakinya tepat disamping cewek yang katanya cupu nan jelek itu segera menuangkan segelas Cafe Latte tanpa belas kasihan sama sekali.

Byuurr! Segelas kopi membasahi sekujur tubuh cewek tersebut, belum lagi novel nya yang nampaknya sudah tak dapat terbaca lagi.

Reyhan dan teman-temannya kemudian tergelak. Ervin memberi tepuk tangan untuk Joe yang baru saja melakukannya hal hebat. Sedang, Calvin hanya mengangguk dengan tertawa kecil.

Cewek itu mengangkat wajah kearah Joe yang masih kegirangan karena berhasil menyelesaikan dare. Cewek itu menatap Joe dengan mata berkaca-kaca, tak mengerti apa yang terjadi.

"Ekhem, maaf ya. Ini dare dari temenku yang disana, noh!" Telunjuk Joe mengarah kepada Reyhan. Reyhan lalu memanggil Joe untuk melanjutkan permainan itu. Cewek itu segera melempar novel yang sudah basah dan berlari kearah toilet.

"Nah, sekarang gue yang muter!" Ervin memutar sedotan dengan kekuatan luar biasa. Mereka semua memasang wajah tegang.

Tak! Sedotan berhenti tepat kearah Calvin. Calvin terkejut. "Wah gila, salah nih kayaknya!" Ujar Calvin menghindar dari arah sedotan.

Ervin tersenyum jahat. "Truth or dare?".

"Dare ajalah bro!" Seru Reyhan lantang. Calvin menggeleng kepala.

"Kalo buat Calvin mendingan Truth ajalah, gue penasaran dia homo apa kaga. Soalnya kaga pernah pacaran, hahaha!" Joe tergelak sambil mendorong bahu Calvin. Calvin nampak berpikir sementara.

"Dare!" Seru Calvin, teman temannya terkejut. Ervin tersenyum kegirangan.
Ide jahil sudah muncul diotak Ervin.

Ervin menatap sekeliling cafe. Matanya berhenti tepat dicewek yang tadi terkena siraman Joe. Cewek itu sedang menangis kedinginan.

"Oke, kalo itu yang elo mau. Lo tau kan cewek yang tadi disiram kopi ama si Joe?" Perasaan Calvin mulai tak enak. Dia tahu, Ervin pasti sudah merencanakan ide licik plus jahil.

"Elo samperin dia. Tembak dia jadi pacar elo, kalo dia nolak elo, then, elo harus kasih duit jajan buat kita semua! Dan, ingat, kalian pacarannya satu bulan aja, abis itu terserah elo dah!" Ervin menatap tajam Calvin. Seakan menantang Calvin.

Calvin totally ingin menolak tantangan dari Ervin. Tetapi, mengingat resikonya. Bukannya tidak mau memberi uang jajan, Calvin tidak suka berboros uang hanya untuk hal tak ada guna.

"Mantap, Er! Calvin berani gak elo?" Tanya Joe dengan senang kepada Calvin.

"Okay, i'll do it!" Calvin beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan kearah cewek berkacamata tersebut.

Calvin melihat wajah sedih dicewek tersebut. Bajunya penuh bercak kopi.
Tepat dibelakangnya, Calvin menepuk pundaknya.

"Gue Alvin, mau gak jadi pacar gue?". Semua temannya yang sedang berkumpul tercengang tidak percaya dengan apa yang baru diucapkan seorang Calvin Airlangga.

Cewek tersebut mengangkat wajahnya. Wajahnya basah penuh air mata. Calvin tersenyum kecil, entah kenapa dia tersenyum.

"Eng, S...sa..saya Ashilla, kak!" Calvin menggumam namanya.

"Elo mau gak? Please, elo harus mau!" Baru kali ini rasanya Calvin memohon kepada perempuan untuk menjadi pacarnya. Cewek itu mengangguk pelan. "Iya, saya mau!".

Cewek yang ternyata bernama Ashilla itu kemudian tersenyum lebar, yang dibalas dengan sebuah pelukan tiba-tiba dari Calvin. Teman-teman nya yang menonton kejadian itu hanya bisa ternganga. Seorang Calvin memeluk perempuan. Bukan perempuan sempurna seperti dirinya. Cupu, jelek dan norak.

Author Notes:

Hey, Guys!
Udah chap 2 hehehe, maaf ya kalo ada bahasa yang gak baku + typo ;)

Love,
Thika

I Dare You To Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang