Bayang-bayang

13 1 0
                                    

Herman tegak bersemuka dengan cermin wastafel, di toilet milik umum yang berbayar. Pesing dan tidak nyaman. Setelah menyelesaikan hajat kecilnya.

Herman menghirup nafas, berat dan cepat, memenuhi setengah parunya. Suasana toilet ini tak seberapa dibanding gejolak dalam dirinya.

"Lihat.. Apa yang mereka perlakukan.." Herman menunjuk pantulan dirinya, ujung telunjuk kanannya kini bersentuh dengan telunjuk kiri bayang-bayang itu. Keduanya menyeringai tak sedap.

"Salah kau sendiri. Kau bodoh, tapi kau tak sadar. Sedangkan mereka sudah lama tau kau seperti itu." Kini bayangan Herman menghardik tajam. Wajah mereka sama. Sama-sama bengis.

"Mereka yang tak mengerti apa-apa. Malah aku yang mereka bilang gila." Herman membela diri, layaknya manusia lain yang tak sudi dipersalahkan. Menunjuk-nunjuk dadanya dengan keras. Bayang-bayang seketika ikut menunjuki dadanya. Raut mereka sama. Sama-sama merah dan padam.

"Nah, kau marah?"
"Tapi kau serampangan menunjuk-nunjuk siapapun yang kau lihat dengan perkataan, 'Gila'."
"Kau gila?"
Bayang-bayang tak tahan, menyeruak juga emosinya, bersama Herman di toilet kelam.

Herman terdiam sendu. Perkataan bayangannya tadi bak sebuah tamparan dalam, yang melalu saja masuk ke rongga-rongga usus dan limfa.

"Ayoklah kita keluar dari masalah ini, dari toilet ini." Bayang-bayang berkata lunak.

"Cepatlah Herman.. Nanti sama penjaga itu, kita disangka telah buang air besar."

24072018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan dan HermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang