Yang namanya ada peraturan, pasti ada hukuman. Baik itu hukuman fisik atau non-fisik. Tapi untungnya di Indonesia nggak boleh ada hukuman yang menyakiti fisik dan hati.
Nggak bisa dibayangkan kalau di Indonesia ada hukuman untuk hati. Karena rata-rata hatinya orang Indonesia lemah. Kenapa? Gampang baper sih!
Bicara baper, atau bawa perasaan. Jujur saya adalah satu dari sepuluh cewek yang single sejak lahir. Serius.
Kalau kata meme saya dalam fase nggak mau pacaran, maunya banyak uang. Hehe.Pernah saya bilang begitu ke teman SMP saya. Dia malah jawab, "Lebih enak punya uang banyak terus dihabisin sama teman hidup."
Saya jawab, "Sementara ini, gue bisa habisin uang tanpa teman hidup."
Teman saya bingung, "Buat beli sekinker ya?"
"Beli makannya Coki, sisirnya Coki, pasirnya Coki, shamponya Coki, Vitaminnya Coki, perawatannya Coki, dan apapun tentang Coki."
Sejak saat itu saya dicap sebagai Bucing. Budak Kucing.
Bodo amat! Yang penting saya cinta kucing saya, Coki.
Kembali lagi ke hukuman.
Hari ketiga ospek mungkin hari yang nggak baik buat Ica. Karena di hari ini dia mendapat hukuman dari kakak-kakak jahat. Eh, maaf ya kak.
Saya agak kasihan sama Ica. Sudah dia orang luar pulau, nggak punya teman selain saya, kena hukuman pula.
Ceritanya, hari ketiga Ospek, kami disuruh membawa bekal berupa sayuran. Tidak boleh ada lauk sama sekali. Biar sehat kata kakaknya. Nah, karena Ica nggak bisa masak sendiri, akhirnya dia titip ke teman kelompok kami yang nge-kos, buat beli di warung dekat kosannya.
Pagi harinya, saya dan teman kelompok saya--yang dititipin sayur--sudah menunggu Ica di dekat parkiran motor. Jam sudah menunjukkan jam lima kurang, tapi Ica belum datang juga. Kami gelisah, meringis-meringis sambil terus lihat jam tangan.
"Gimana nih, si Ica?" tanya teman saya.
"Mana gue tahu. Tunggu lima menit lagi aja. Kalo belum datang, tinggal." putus saya sambil menganggukkan kepala.
Sorry ya, Ca. Batin saya merasa bersalah.
Lima menit berlalu, Ica juga belum datang. Dengan terpaksa, saya dan teman saya meninggalkan Ica. Dan sayur titipan Ica ditaruh di sela pot bunga, berharap kalau-kalau Ica bisa menemukannya. Tapi saya tahu, itu mustahil. Mustahil pol.
Siangnya, saat kelompok berkumpul. Seperti yang saya duga, Ica dapat hukuman.
Dengan wajah lesunya, Ica berkata, "Alamat gak bisa tidur nih," Ica menghembuskan napas berat, seolah hidupnya benar-benar berat.
Ya kalau saya kayak Ica, bakalan sama sih.
"Tenang Ca, gue bantu semangat dari chat. Biar lo gak putus asa terus bunuh diri." Saya menenangkan. Serius. Menenangkan.
"Matamu bunuh diri," Ica memukul pundak saya agak keras.
Gila ini anak, kemarin baru kenal diem-diem. Sekarang udah main pukul, mentang-mentang saya bilang "Anggap gue temen lama lo."
Saya mengusap pundak saya lalu bertanya hukuman apa yang diberikan si kakak jahat. Ternyata Ica disuruh buat Essay minimal 1000 kata.
Lumayan gampang sih. Semangat ya Ca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Itu?
Teen FictionAira dan Ica. Dua maba yang selalu bersama. Masa Ospek, masa kuliah yang kata mereka dulu asik ternyata nggak sesuai ekspetasi? Jadi, kuliah itu?