: PROLOGUE :

49 9 5
                                    

LEE JI HYUN

"Aku Lee Ji Hyun bisa di panggil Ji Hyun. Aku gadis terlahir dari orang yang masih di bilang 'beruntung'. Tapi kehidupanku lebih pantas di sebut 'pembawa sial'. Ya, pembawa sial. Ibu dulu meninggal karena melahirkan aku. Tapi aku tinggal dengan bibi selama 12 tahun, tepat 12 tahun ayah datang.

Wajahnya tampak seperti memohon kepada bibi membuatku yakin kalau ayah sangat menyayangiku. Tapi itu tidak berlangsung lama, setelah sampai di rumah ayah semua terasa seperti dingin. Aku mempunyai kakak, namanya Lee Taeyong. Umurnya beda 5 tahun denganku.

Pertama kali aku melihatnya, aku memanggilnya 'kakak' tapi dia malah menyebutku pembunuh. Di saat itu aku bertanya pada diriku, apakah aku benar-benar pembunuh? Itu artinya aku telah membunuh ibu saat melahirkanku, jadi ini semua salahku. Ya! Aku mengerti.

Setiap hari aku harus menerima angin dingin di semua ruang di rumah ayah. Aku diperlakukan seperti debu yang lewat begitu saja. Tidak ada yang peduli denganku, bahkan saat aku jatuh pun ayah tidak peduli.

Mulai saat itu aku mengerti, aku harus hidup mandiri tanpa harus menyusahkan ayah dan kak Taeyong. Aku sudah terbiasa hidup mandiri dan selama aku tinggal di sini, aku tidak pernah berkata banyak pada ayah dan kak Taeyong.

Aku sedih, saat kak Taeyong pulang dari sekolah. Aku tahu dia lelah, tapi aku hanya ingin meringankan bebannya tapi hanya bentakan kasar yang kuterima. Bahkan kak Taeyong menamparku dengan keras hingga telingaku berdenging.

Ayah juga, ketika ia mendapat masalah di kantornya, dia bilang ini salahku. Dia terus menyalahiku tanpa henti. Aku tidak tahu apa salahku hingga disalahkan. Ayah pun tidak segan menamparku saat aku bertanya apa salahku.

Jika aku tidak diinginkan, kenapa ayah tidak membiarkan aku tinggal dengan bibi walaupun aku kadang dimarahi?

Kenapa ayah tidak mengusirku dan membiarkan aku hidup layaknya seorang gelandangan?

Aku tahu ayah sayang denganku, tapi dia tidak tahu caranya. Jadi itulah caranya, tetap mempertahankan aku meskipun menyiksaku secara fisik dan mental.

Ayah sering memberiku uang saku, tapi jika ku hitung uang saku ku hanya cukup untuk 2 minggu. Padahal ayah bilang uang saku itu untuk sebulan. Tapi aku mengerti, ayah mendidikku hemat. Akupun belajar hemat dengan tidak jajan di sekolah.

Setiap pagi, biasanya seorang anak dibangunkan ke sekolah, tapi tidak denganku. Aku dibiarkan oleh ayahku. Aku mengerti, ayah mengajariku untuk tidak manja. Aku pun belajar bangun sendiri.

Sarapan pun begitu, saat kak Taeyong dan ayah sedang sarapan, aku mendatangi meja makan tidak ada sisa makanan untukku. Aku mengerti, ayah lagi-lagi mengajariku agar memasak sendiri. Jadi aku masak sendiri. Tapi ayah lagi-lagi marah karena aku membuat makanan hanya membuang-buang bahan makanan. Jadi aku selalu bangun dini hari untuk membuat sarapan diam-diam.

Lucu bukan? Hidup di rumah sendiri, tapi serasa menjadi pencuri.

Dan ayahku lagi-lagi mengajariku agar berolahraga. Setiap hari aku berjalan kaki sejauh 2 kilometer, pegal. Tapi itu bisa menyehatkan bukan?

Tidak di rumah dan tidak di sekolah. Aku lagi-lagi tidak memiliki siapa-siapa. Teman pun tidak. Aku selalu jadi korban bullying di sekolah. Kenapa aku tidak melaporkannya, satu alasan yang membuatku yakin kalau mereka itu ingin mencari kebahagiaan meskipun harus menyiksa ku.

Pukulan, tamparan bahkan ejekan sudah ku terima berkali-kali. Aku sudah kebal, toh mereka juga akan berhenti jika aku bersabar.

Hal yang paling menyenangkan adalah setiap ada tugas. Mereka berebut agar berkelompok denganku, karena aku salah satu siswi yang cukup pandai. Akupun bersekolah dengan beasiswa yang ku bawa dari sekolah menengah.

Walaupun begitu, mereka akan menyuruhku menyelesaikan semua tugasnya. Dan mereka tinggal menerima hasilnya. Toh, aku selalu di beri acungan jempol saat tugas selesai dan jawaban benar. Tapi mereka meninggalkanku lagi setelah itu dan kembali menolok-olokku.

Tubuhku yang kecil dan berkacamata sangat cocok di beri julukan 'cupu'. Aku seperti remaja penyakitan, tubuh kurus yang sangat tidak lazim dan wajah selalu pucat karena tidak pernah memakai polesan wajah sedikitpun.

Tapi aku bersyukur, di beri Tuhan hati yang kuat agar bisa menjalani kehidupan ini. Tuhan pasti punya rencana baik setelah semua ini. Tapi kapan? Tenang... Tuhan tahu waktu terbaik itu akan tiba pada masanya..."

Hurt | DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang