05 : WHAT's MY FAULT?

13 2 0
                                    

"Kamu kenapa kok pake masker? Kamu sakit ya?" Tanya Eun Woo.

"Enggak kak, cuman pilek aja." Jawab Ji Hyun berbohong.

"Yaudah, lain kali jaga kesehatan ya... Gimana bukunya kemaren?"

"Belum aku baca kak, tapi btw makasih ya kak."

Tiba-tiba Somi datang dan menghampiri Ji Hyun. Tanpa rasa berdosa ia langsung menarik masker Ji Hyun.

"Ngapain ditutupin? Dikira gue bakal ga ngenalin lo? Muka bentukan kayak lo tu gampang ditebak." Bentak Somi

Ji Hyun menunduk saat maskernya ditarik paksa oleh Somi.

"Liat gue Bangs-" Somi menarik dagu Ji Hyun. Namun yang ia dapati hanyalah lebam luka di sebagian wajah Ji Hyun.

"Upss... bonyok." Ucap Somi. Kemudian ia meninggalkan Ji Hyun.

"Kamu kenapa?" Tanya Eun Woo khawatir.

"Aku kemaren kepleset terus nabrak pintu." Ji Hyun berbohong lagi dengan Eun Woo.

"Yuk ke UKS."

Ji Hyun berniat menolak tapi tangannya sudah ditarik Eun Woo.

Bel berbunyi tanda masuk.

"Udah yuk balik ke kelas. Aku gakpapa kok."

"Kamu harus ke UKS! Aku obatin kamu." Paksa Eun Woo.

"Gausah nanti kamu ketinggalan pelajaran buat UTS! Apalagi kamu mau ulangan harian kan?"

"Tapi kamu lebam Ji!"

"Yaudah aku sendirian aja ke UKS! Jangan khawatirin aku! Aku obatin biar kamu gak khawatir."

Eun Woo akhirnya menuruti Ji Hyun keduanya berpisah. Eun Woo menuju kelasnya sedangkan Ji Hyun menuju UKS.

Ia membuka pintu UKS yamg tertutup. Ia kemudian membuka kotak P3K. Ia mendengar suara tangis.

Kemudian ia membuka gorden yang menutupi salah satu ranjang untuk siswa yang sakit.

"Daniel?" Ji Hyun kaget karena mendapati yang menangis adalah Daniel.

Daniel langsung menghapus air matanya.

"Ngapain lu disini? Lu dengerin gue nangis kan? Sekarang apa lu mau bilang apa sama orang lain?" Ucap Daniel dengan nada tinggi.

"Aku enggak niat kaya gitu kok. Semua orang berhak nangis. Gak semua orang yang keliatan kuat itu selalu kuat dan tangguh. Ada kalanya orang itu harus nangis karna suatu alesan." Ucap Ji Hyun.

Daniel diam karena mendengar ucapan Ji Hyun barusan.

"Kamu kalo punya temen, lebih baik cerita aja. Biar lepas."

"Diem ah bacot."

Ji Hyun menatap tangan Daniel yang berdarah. Ia awalnya shock tapi dia diam agar Daniel tidak marah.

"Muka lu kenapa bonyok?" Tanya Daniel.

"Gakpapa, cuman kejedot pintu." jawab Ji Hyun.

"Emang ada kejedot pintu, yang kena pipi?"

"Ya bisalah... sebentar." Ucap Ji Hyun.

Ia langsung mengambil kotak P3K dan mengobati luka Daniel.

"Ngapain sih ah! Gausah diobatin! Biarin aja."

"Gabisa, nanti lukanya bisa parah. Apalagi bisa infkeksi." Jelas Ji Hyun.

"Biarin aja infeksi, sekalian nanti kena kanker! Terus gue mati!" Ucap Daniel.

"Kanker itu bukan penyakit sesepele itu loh... Saraf utama bakalan sakit, setiap hari pusing dan satu lagi yang bikin semua orang takut... yaitu diagnosa hidup."

"Maksud lo apa?" Daniel kini mau mendengar kata-kata Ji Hyun.

"Iya diagnosa hidup, hidup seseorang ditentuin sama dokter. Bayangin kalo seseorang ternyata kena kanker dan dikasih tau kalo hidupnya tinggal lima bulan lagi. Lima bulan waktu yang lama, tapi bagi penderita kanker, waktu lima bulan itu waktu yang sangat cepet.Cuman 5 deti aja rasanya."

Ji Hyun bercerita dan baru kali ini Daniel mendengarkan. Ji Hyun juga bercerita sambil mengobati luka Daniel.

"Gue gapunya temen!" Ucap Daniel tiba-tiba.

"Lah Seung Wu? Kak Somi juga kan pacar kamu?" Tanya Ji Hyun.

"Mereka emang temen dan pacar gue, tapi mereka ga pernah tau kalo gue terpuruk. Mereka ya gue bahagia dan selalu nindas orang. Termasuk lo." Jelas Daniel.

"Oh, kamu nindas aku?"

"Menurut lo gue ngapain lo kalo ga setiap hari gue jahatin lo?"

"Aku ga ngerasa siapapun nindas aku, tapi keadaan yang nindas aku." Ucap Ji Hyun sambil tersenyum hambar.

"Maksud lo apa?"

"Kamu gakperlu tau, biar waktu yang ngasih tau kamu. Oh ya, kemaren aku ketemu mamamu, dia katanya butuh guru privat. Apa bener?"

"Sialan! Ngapain juga gue harus belajar privat! Buang-buang duit aja..." kesal Daniel.

"Mungkin mamamu mau yang terbaik buat kamu, dia mau kamu jadi sukses." Sahut Ji Hyun sambil tersenyum.

"Gue mau bebas ngerti gak sih lo! Gue bukan robot yang cuman diatur ini itu! Gue mau bebas."

Daniel menunduk setelah mengucapkan perkataan terakhirnya.

"Tau gak? Orang tua melakukan sesuatu pasti ada alasan lainnya... bukan cuman pengen sukses. Tapi mereka mau kalau kita berubah. Berubah dalam arti kita bisa-"

Darah segar menetes, Ji Hyun langsung menutup hidungnya.

Ia bergegas menuju wastafel di UKS. Daniel mengikuti Ji Hyun dari belakang.

Daniel melihat wajah Ji Hyun yang mendadak pucat.

"Lo sakit?"

"Enggak, ini biasa kalo kecapekan."

"Tapi lo tadi gak ngapa-ngapain kan?"

"Gue gakpap-"

Tubuh Ji Hyun sekejap runtuh. Ia pingsan lagi.
Daniel langsung menangkap Ji Hyun dan memastikan Ji Hyun tidak pingsan.

"Plis bangun dong... lu kenapa?" Daniel berusaha membangunkan Ji Hyun dengan menepuk pipinya namun tidak ada respon apapun.

"Ji Hyun? Lo ngapain dia? Minggir lu sana!" Ucap Eun Woo tiba-tiba muncul di UKS.

Eun Woo langsung menggendong Ji Hyun ke ranjang.

"Ji Hyun? Bangun! Kamu kenapa?"

Eun Woo langsung keluar memanggil petugas PMR yang berjaga.

"Tolongin Ji Hyun dia pingsan. Kok lu pada gak jaga sih?" Bentak Eun Woo pada petugas PMR.

"Disuruh keluar sama Daniel gue. Udahlah gue mau ngecek Ji Hyun dulu." Ucap sang petugas.

Eun Woo langsung menarik Daniel keluar.

"Ngapain Ji Hyun lo! Lo punya masalah apa sama dia? Kalo lo punya masalah sama dia, lo bisa lampiasin masalahnya ke gue!" Bentak Eun Woo.

"Gue gak ngapa-ngapain dia! Dia tiba-tiba pingsan! Kalo lo nyalahin gue terserah lo! Tapi sampe dia pingsan bukan karena gue, gue harap lo minta maaf di depan gue." Daniel pergi meninggalkan Eun Woo.

"Woy bantuin gue bentar dong, jagain Ji Hyun dulu... gue panggil dokter dulu. Badannya lemes banget, detak jantungnya lemah."

Sang petugas PMR langsung berlari memanggil dokter. Eun Woo sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Ji, plis... jangan buat aku khawatir. Aku takut kamu kenapa-kenapa."

"Kalo lo sampe kenapa-kenapa gue gak bakal maafin Daniel." Ucap Eunwoo pelan.

Hurt | DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang