06 : REALLY FINE

12 2 0
                                    

Ji Hyun menatap langit-langit samar saat membuka matanya.

Kemudian matanya beralih pada Eun Woo yang sedang tertidur di lengannya. Matanya pun beralih menuju jam di dinding yang ternyata sudah menunjukkan jam 4 sore.

"Astaga! Udah Sore." Teriaknya. Sontak Eun Woo terperangah dan mengusak matanya.

"Eh maaf kak."

Eun Woo memeluk Ji Hyun erat.

"A-ada apa sih kak?"

Eun Woo terdengar terisak dibalik pelukan. Ji Hyun berusaha tenang dan menepuk pundak Eun Woo.

"Kak? Kenapa?"

"Kamu gaktau ya aku khawatir sama kamu! Kamu bisa gak sih cerita sama aku sebenernya."

Eun Woo tiba-tiba menatap Ji Hyun lekat.

"E-mang aku kenapa?"

"Kamu selama ini nyembunyiin sesuatu dari semua orang, termasuk aku. Kamu mau bohong apapun gabisa ditutupin lagi!" Ucap Eun Woo sambil terisak.

"Apa yang aku sembunyiin kak? Aku gakpapa. Aku beneran gakpapa."

"Ini apa? Ini? Ini?!"

Eun Woo menunjuk ke arah luka lebam di wajah dan tangan Ji Hyun.

"Ini aku cum-"

"Gak mungkin Ji! Nabrak pintu gak mungkin kaya gini! Tolong Ji cerita sama aku! Siapa yang ngelakuin ini semua?" Potong Eun Woo.

Ji Hyun menunduk dan sedikit terisak.

"Maaf kak! Aku gabisa cerita apapun sama kak Eun Woo. Ini emang bukan karna nabrak pintu, tapi aku gabisa cerita apapun! Maaf."

"Kenapa harus bohong Ji, kamu nutupin semuanya bukannya gak bikin orang lain khawatir, tapi kamu bikin aku gila Ji. Aku gamau kamu luka! Aku gamau kamu kayak gini! Aku takut kamu kenapa-kenapa." Jelas Eun Woo.

"Iya kak m-maaf."

"Kamu harus tau! Aku suka sama kamu Ji! Tolong Ji jangan bikin aku khawatir dengan cara diemnya kamu! Aku gabisa!"

"Kak?"

.
.
.
.

"Som kita putus!" Ucap Daniel datar.

"Kenapa sih, Niel? Aku salah apa?" Sahut Somi tak terima.

"Aku mau kita udahan! Karena kita udah gak cocok satu sama lain! Aku juga udah capek nanggein kelakuan kamu yang kayak anak kecil."

"Niel! Plis..."

"Maaf Som gakbisa."

Daniel pergi meninggalkan Somi di koridor sekolah sendirian.

"Oke, kita putus Niel. Tapi aku bakal cari tau penyebabnya." Ucap Somi pelan.

Daniel menunggu di kelas Ji Hyun. Ia masih menatap kosong tempat duduk yang di atasnya masih ada tas milik Ji Hyun.

Terkadang ia merasa bersalah karena perbuatannya kepada Ji Hyun selama ini.

"Dia sakit?"

Sudah hampir 5 jam Daniel duduk di kelas Ji Hyun hingga sore hari.

Kemudian muncul Eun Woo datang ke kelas Ji Hyun.

Eun Woo mengambil tas Ji Hyun, Daniel segera manghampiri Eun Woo.

"Dia masih sadar! Lu aman kok." Ucap Eun Woo.

"Gue bukan masalahin itu! Dia sakit apa? Dia kenapa bisa tiba-tiba pingsan? Dia-"

"Kok lu mendadak peduli sih?" Tanya Eun Woo dingin.

"Ya gue peduli karena gue ada di sana! Gue yang pertama kali liat dia tiba-tiba pingsan dan gue juga harus tau alesannya." Jawab Daniel santai.

"Alesannya lu ga perlu tau! Dia gakpapa selama ada gue. Dia cuman capek."

Eun Woo meninggalkan Daniel di kelas.

.
.
.
.

Eun Woo menyalakan motornya setelah Ji Hyun menaikinya.

Eun Woo menarik tangan Ji Hyun pelan agar tangannya memegangi tubuhnya.

"Pegangan ya! Aku gakmau lu jatuh! Nanti kalo lo ngerasa gak nyaman atau kekencengan bilang aja ya." Ucap Eun Woo memberi komando sebelum berangkat.

"Iya kak!" Sahut Ji Hyun. Ia memegang pundak Eun Woo. Tapi karena ia tidak yakin, ia kemudia memeluk pinggang Eun Woo.

Saat perjalanan menuju gerbang, Daniel melihat keduanya dari kejauhan.

Terselip rasa bersalah di lubuk hati Daniel saat melihat Ji Hyun keluar dari gerbang.

Memang dia adalah berandal sekolah. Tapi ia memiliki rasa simpati pada Ji Hyun.

Maaf part ini pendek karena otak sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan :)

Hurt | DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang