7. Masa lalu itu lagi

90 11 5
                                    

Sheila berjalan menyusuri koridor. Senyumnya tidak pernah luntur dari bibir mungilnya, Sheila menyapa siswa siswi SMA cakrabuana. Gadis itu memang periang, dia sangat hyperaktif.

Mata nya yang indah menangkap sosok Arthur, cowok yang selama ini menjadi kekasihnya. Arthur sedang merangkul Asya-sahabat Sheila sejak kecil. Diujung koridor sana, Arthur dan Asya sangat terlihat bahagia, mereka saling melempar tawa dan senyum.

Sheila tersenyum pedih, ia mengepalkan tangannya, bukan karena kesal kepada Asya, tapi ia merasa tidak berguna menjadi kekasih Arthur, jika bersamanya mengapa Arthur selalu marah marah dan berprilaku kasar, Sheila pikir, mungkin karena dirinya yang terlalu over terhadap Arthur.

Gadis itu kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Ia tidak mau melihat pemandangan menyakitkan itu lagi, Sheila harus terima, jika Arthur lebih dekat dengan Asya dibanding dirinya. Sheila cukup tahu diri, dia memang tidak pantas bersanding dengan Arthur, apalagi ia tidak mempunyai teman sekarang. Sering dibully pula oleh teman teman sekolahnya.

Mungkin Arthur malu.

Jam istirahat telah berbunyi. Sheila keluar dengan membawa kotak bekalnya. Sheila memutuskan untuk makan ditaman belakang sekolah, hari ini dia sedang tidak ingin bertemu Arthur. Sheila cemburu, Ya jelas cemburu terhadap Asya yang bisa lebih dekat dengan Arthur dibanding dirinya. Yang notabennya adalah kekasihnya sendiri.

Perempuan mana yang tidak cemburu saat kekasihnya lebih dekat dengan wanita lain. Jika ada yang bilang tidak, itu palsu. Semua pasti sakit saat melihat orang yang kita sayang lebih dekat dan lebih terbuka dengan wanita lain. Begitu juga Sheila, dia sangat amat cemburu terhadap Asya.

Sheila membuka kotak bekalnya, saat mulai menyuapkan nasi kemulutnya. Badannya terasa dingin, seperti air yang jatuh membasahi tubuhnya. Padahal tidak hujan, hanya mendung saja.

Sheila mendongak, ia melihat Arthur dan teman temannya sedang menatapnya rendah, ada juga Asya yang tersenyum sinis. Sheila mengusap wajahnya yang disiram air oleh Arthur."Kalian kenapa?"Ucap Sheila lugu.

Arthur berdecih, ia mendekati Sheila. Menatap kekasihnya dengan tatapan menghunus."Kenapa lo, gak nyamperin gue?! Lo marah, huh?"

Asya menatap sinis."Lo lihat kan gue sama Arthur tadi pagi? Lo cemburu?! Heh ngaca Sheila, lo itu gak pantes buat Arthur. Arthur itu gak cinta sama lo, dia cuman jadiin lo taruhan doang, engga usah berharap lo bisa disukain Arthur anak pelacur!"Ucap Asya, gadis itu menyunggingkan senyum sinis.

Sheila menghela nafas pelan. Air matanya sudah siap jatuh, sakit. Iya sakit rasanya saat semua orang tidak menerima kehadirannya."Kalian itu kenapa, sih? Aku punya salah apa sama kalian?"

Bella, teman sekelas Sheila. Ia mendorong Sheila, hingga gadis itu jatuh."Lo itu gak pantes sekolah, lo pantesnya jadi pelacur sama kaya ibu lo. Jangan berharap, Arthur suka sama lo Sheila!"

Sheila menangis, ia mengusap tengkuknya yang luka. Ia menatap orang orang kejam dihadapannya."Bisa gak sih, kalian engga usah bawa bawa ibu aku?!"

Tari tertawa. Ia menendang Sheila. Hingga cewek itu mengaduh."Kenapa emang kalo kita bawa bawa ibu lo?! Malu hah?!"

"Udah, siksa aja dia."Ucap Arthur. Ia menatap sinis kekasihnya itu."Gue muak liat muka lugu dia!"

Asya tersenyum puas. Teman temannya yang lainnya mengangguk setuju dengan ucapan Arthur tadi. Sheila diam, dia tidak berani melawan, karena percuma melawan. Jika akhirnya dia akan kalah juga.

Bella menjambak rambut Sheila. Gadis itu meringis kesakitan."Harus kuat fisik, jika lo masih bertahan disekolah ini."

Sheila hanya menangis. Bibirnya bergetar, menahan sakit.

SHEIKAI [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang