Sheila membuka setiap lembar buku diary nya dulu. Membaca setiap kata yang dia tuliskan dibuku bersampul putih dan pink itu. Hatinya terluka mengingat kejadian itu, dimana semua orang menjauhi dirinya. Hanya karna Sheila dicap sebagai anak pelacur.
Sheila benci, dia benci hidupnya. Dia benci manusia manusia jahat di masa lalunya, manusia yang tak tahu perasaan. Jika boleh, Sheila ingin meminta kepada semesta agar ia lupa ingatan. Lupa semua hal yang terjadi dalam hidupnya.
Masa lalunya, yang membuatnya menjadi benci kepada semua orang. Tidak percaya kepada siapapun, enggan bersosialiasasi dengan siapapun. Benci keramaian, menjadi gadis introvert adalah pilihannya.
Cinta dan lukanya bisa mengubah sikap dan perasaan seseorang, orang yang mencintaimu dengan tulus dia akan benar benar berubah untuk kamu. Tapi, jika cinta itu hanya dijadikan bahan candaan, bahan hinaan. Yang tersisa hanya luka, Ya. luka itu yang bisa mengubah sifat manusia.
Bukan kah manusia diciptakan untuk saling mengasihi, saling berbagi, saling membantu? Jika manusia saling menghina, saling memaki. Saling menyalahkan, tidak intropeksi diri bahwa dirinya juga salah, apakah itu masih pantas disebut manusia?
Kejadian yang di alami Sheila dulu, dimana dia dicaci dihina. Dicampakan oleh orang tersayangnya, itu membuatnya sadar. Bahwa dirinya harus lebih kuat, lebih semangat, lebih bisa. Bisa untuk menunjukan kepada dunia, bahwa dirinya bisa menjadi manusia yang sesungguhnya.
“Gue benci masa lalu...”Gumamnya, Sheila melempar diary itu ke sembarang arah. Gadis itu meringkuk, menangis diam diam.
“Kenapa masa lalu itu menghantui terus menerus.”Gadis itu mencengkram spreinya.
“Gue benci manusia manusia jahat!”Lanjutnya, air matanya mengalir begitu saja. Membasahi bantalnya.
BUGH!
Tangisannya terhenti, saat mendengar suara orang terjatuh. Sheila berbalik badan, gadis itu terkejut saat siapa orang yang kini berada didalam kamarnya.
“Duh, sialan pantat gue.”Ringisnya Kailand, entah bagaimana caranya Sheila tidak tahu mengapa manusia itu bisa ada didalam kamarnya.
“Ngapain lo, kesini?!”Sheila berucap dingin, matanya menatap Kailand tajam.
Kailand nyengir.“Nganterin makan, lo belum makan kan?”
“Pergi, gak usah sok perhatian sama gue.”
Kailand tersenyum manis. Mendekati Sheila, duduk ditepi kasur gadis itu, Kailand tau gadis itu habis menangis. Tadi, dirinya sudah mendengarkan semua apa yang Sheila katakan.
“Jangan pernah benci masa lalu, Shei. Dari masa lalu seharusnya lo belajar, supaya jadi manusia yang lebih dewasa lagi.”Kailand berujar, menatap lekat gadis didepannya.
“Pergi, gak usah sok peduli sama gue!”
“Bukannya sesama manusia emang harus saling peduli ya?”Kailand mengangkat satu alisnya. Lalu cowok itu tersenyum.“Gue gak tahu masa lalu lo gimana, gue juga gak tahu gimana kehidupan lo yang dulu gimana.”Ada jeda saat Kailand melanjutkan kalimatnya. Cowok itu menghapus jejak air mata dipipi Sheila.
“Kita hidup untuk melihat kedepan, Sheila. Bukan kebelakang, kalau lo terus lihat kebelakang, gimana lo mau lupain masa lalu lo?”Kailand berucap, cowok itu tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEIKAI [On going]
Teen FictionNamanya Sheila Andrea, gadis dingin, kehidupannya tidak pernah dihiasi dengan senyuman. Hari demi hari, wajahnya selalu berekpresi datar, seolah senyuman darinya itu sangat tidak boleh ditampakan kepada orang lain. Sheila sangat membenci masa laluny...