❀01 - Mark Lee

72.9K 5.8K 523
                                    

"Abang punya tabungan lebih, buna lagi kepengen apa?"

"Buna punya abang sama yang lain dirumah. Jadi, buna jangan capek-capek, ya?"

"Buna tau kan, kalau abang sayaaaaang banget sama buna?"

"Bun, abang diajak nginep dirumahnya Lucas. Boleh?"

"Bunaaaa, semangka abang di kulkas kok ga ada?"

"Abang mau curhat dong, bun."

aku tersenyum menanggapi permintaan anak pertamaku itu. Namanya Mark, berusia dua puluh tahun, dan dikenal sebagai pecandu buah semangka.

Mark duduk disebelahku, bibir bawahnya mengerucut, disertai kedua alisnya yang hampir menyatu.

"Mau curhat apa, bang?"

Anak itu menyodorkan ponselnya kearahku, seolah menyuruh buna-nya ini untuk melihat apa yang tertera dilayar persegi panjang tersebut.

"Abang ditelfon terus sama cewek."

Aku tertawa. Hei— anak berusia dua puluh tahun, datang sambil merengek karena ada seorang gadis yang menelfonnya terus menerus. Itu sangat menggemaskan.

"Terus, masalahnya dimana?" Tanyaku.

Mark mengotak-atik ponselnya sejenak, kemudian menyodorkan benda itu kearahku lagi.

"Dia chat abang terus. Nanya udah makan atau belum, udah mandi atau belum. Padahal kan abang udah diingetin sama buna," Protesnya.

Aku semakin tertawa. Astaga, anakku sudah dewasa. Sudah ada perempuan yang naksir anak sulungku ini.

"Abang gak suka?"

Mark menggeleng kecil. Seperti ragu, tapi agak mantap.

"Anaknya yang mana, sih? Ada fotonya gak?"

"Bunaaaaaaaa."

"Ih? Kan buna mau tau, siapa sih yang ngejar-ngejar anaknya buna," Ujarku.

Mark menggeleng. "Abang cuma punya buna. Bukan yang lain."

Aku tersenyum menanggapinya. "Suatu saat nanti, pasti cintanya abang dibagi dua. Setengah buat buna, setengahnya lagi buat wanita yang akan mendampingi abang."

Aku mengusap rambut hitamnya. "Atau mungkin, semua cinta abang bakal dikasih ke wanita yang beruntung— yang bisa milikin abang."

Setelah mendengar kalimatku barusan, Mark langsung menggeleng kuat.

"Enggak! Abang sayangnya sama buna, cintanya juga sama buna," Tegasnya.

"Huhuhuuu, abaaang. Buna terharu nih."

Anak itu mendecak. Tapi tubuhnya menghambur kepelukanku. "Buna mah, lebay," Ledeknya.

Aku mencubit pinggang Mark pelan. Dibalas kekehan kecil darinya.

"Anak buna sudah besar. Perasaan baru kemarin kamu hilang di mall gara-gara ngikutin badut semangka."

"Bun, itu lima belas tahun lalu. Jangan diungkit lagi, dong."

"Sampai sekarang, kamu juga kalau disogok pakai semangka, mau-mau aja."

Mark meringis. "Lagian, buna waktu hamil abang. Kenapa coba ngidamnya punya kebun semangka."

Aku terbahak, kala mengingat waktu aku mengandung anak pertamaku ini.

"Kamu udah dua puluh tahun. Tapi buna selalu takut kalau kamu tiba-tiba diculik."

"Buna mah, ngomongnya," Rengek Mark.

Senang rasanya bisa meledeki Mark seperti ini.

"Bilang sama perempuan yang telfonin kamu. Kalau mau deket sama anaknya, harus deket sama buna-nya dulu."

"Siap, bun!"

Ya. Sekali lagi, namanya Mark.

Bayi kecilku yang kini sedang bingung karena ada gadis yang mendekatinya

tbc.

Bᴜɴᴀ | 𝐍𝐜𝐭 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐎𝐭.7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang