❀07 - Gandengan

29.6K 3.9K 210
                                    

"Buna!"

Aku mendongak, menatap Haechan yang tengah berlari ke arahku. Dasinya hanya tersampir di bahu, dan juga tas yang dilempar sembarangan ke atas sofa.

"Mas! Tasnya disimpen yang bener," kataku.

Haechan hanya menunjukkan deretan giginya yang rapi. dengan sedikit ngos-ngosan, dia berusaha untuk memberitahuku sesuatu.

"Huh." Haechan menarik nafas, "Gawat, bun. Ninuninu!"

Alisku terangkat, apa itu... ninuninu?

"Mas, minum dulu gih," suruhku.

"Buna ih. Ini gawat, tadi adek gandengan sama cewek!"

"Lele?"

Anak itu menggeleng, kemudian menunjuk ke belakangnya, dimana Jisung baru saja masuk kedalam rumah.

"Dek Icung, bun! Dia gandengan sama cewek!"

Aku menganga, menatap Jisung tidak percaya. Jadi, anak bungsuku sudah ada pasangannya? Uh, hatiku sakit.

Setelah Jisung sampai di hadapanku, dia malah menatapku bingung.

"Buna kok liatinnya gitu? Muka adek ada apanya, bun?"

Aku menggeleng, masih speechless dengan apa yang dikatakan Haechan barusan.

"Palingan juga mas Haechan ngasih tau buna kalau tadi kamu gandengan." suara Jeno terdengar, anak itu memelukku sebentar kemudian duduk disofa.

"Uh? Gandengan?"

"Iya. Gandengan sama cewek. Di depan kelasmu," sahut Jaemin. Dia menarik tanganku pelan. "Buna duduk dulu, pasti kaget kan sama yang dibilang mas? Apalagi kakak yang liat langsung," sambungnya.

"Ih, kalian salah paham!"

Aku mengerjap. "Adek udah punya pacar?"

"Bun? Adek ga punya pacaaaar."

Aku mengalihkan pandanganku, menatap Jeno yang tengah terpejam menikmati angin dari kipas.

"Abang, mas Injun, sama adek kemana, kak?"

Jeno membuka matanya. "Abang katanya ada rapat, Renjun ekskul, adek katanya lagi mengembara."

Aku melotot, sedangkan Jeno malah tertawa.

"Bercanda, bunaaaaa. Adek lagi kerja kelompok di rumahnya Daehwi. Hpnya mati, jadi gak bisa ngabarin buna."

"Yaudah, kalian bertiga bersih-bersih, gih. Buna mau interogasi adek dulu."

Jisung menatapku melas, bibirnya maju sedikit. "Buna, adek udah bilang. Adek tuh ga pacaran."

Ketiga anakku naik ke lantai atas diiringi dengan kekehan mereka. Sedangkan Jisung langsung duduk disampingku.

"Buna kira, bungsunya buna belum mau pacaran."

"Bun, adek ga pacaran. Sumpah. Buna salah paham."

"Huhuhu, sekarang buna cuma punya abang, kakak, mas, sama Lele. Icung udah ada pawangnya, huhuhu." aku menutup wajahku, berpura-pura menangis di depan si bungsu.

Kulihat dari sela-sela jariku, mata Jisung memerah. Wajahnya juga ikut memerah, kebiasannya ketika menahan tangis.

"Bunaaa," panggil Jisung. Suaranya bergetar, hahaha. Aku jadi gak tega.

"T-tadi Haerin emang pegang tangan adek. Tapi adek langsung lepasin, hiks. Icung ga suka Haerin, dia suka nempel-nempel ke adek. Buna jangan nangis doooonggggg, hueeeee."

Mendengar tangisan Jisung, sontak aku menarik tubuhnya, mengucapkan maaf berkali-kali dan menjelaskan bahwa tadi aku hanya pura-pura. Tapi, Jisung tetap menangis. Aku jadi merasa bersalah.

"Buna becanda doang, dek."

Jisung sesenggukan, wajahnya penuh peluh. Aku tertawa kecil.

"Icung sayangnya sama buna doang, hiks."

"—BOHONG TUH BUN."

Aku mendongak, menatap Haechan yang tengah memperhatikan kami dari lantai atas.

"MAS! ICUNG GA BOHONG! ICUNG BENERAN SAYANG BUNA!"

Ah, Haechan. Lihat adikmu, kini dia menangis lagi.

Haechan tertawa, kemudian masuk ke kamarnya. Meninggalkan aku dan Jisung yang masih menangis.

"Udah ah, jangan nangis."

"T-tapi buna salah paham, huhuhu."

"Becanda, sayang."

"Buna ga marah kan?"

Aku menggeleng, "Enggak. Udah, ya? Sekarang adek naik ke atas, bersih-bersih. Buna mau siapin makan siang."

Jisung mengambil tasnya, kemudian berjalan menaiki anak tangga.

"Oh iya," sahutanku berhasil membuat Jisung berhenti, "Chat abang, mas Injun. Bilangin, pulangnya jangan lama-lama. Daehwi juga di chat, ya. Bilang tolong kasih tau ke Lele jangan pulang lama-lama."

Anak itu mengangguk seraya menunjukkan jempolnya, "Siap, bun."

Tbc.

Bᴜɴᴀ | 𝐍𝐜𝐭 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐎𝐭.7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang