Part 2: I Don't Care About That

29 6 2
                                    

"Aku tidak membuang waktu.. Aku ingin bertanya apa cita - cita mu, Bil?" Venus penasaran kepada Nabila yang tidak pernah peduli mengenai masa depannya.

"Entahlah, Ven. aku tidak tahu bagaimana kehidupanku di masa depan.. Aku meragukan masa depanku." Nabila menatap kosong ke depan. Seolah sedang membayangkan masa depannya yang tiada tujuan.

Venus menggoncang bahu Nabila, membuat Nabila dengan cepat menatap Venus. Venus Mengernyit,

"Kau harus sukses bagaimanapun caranya. Pikirkan masa depanmu. Aku akan selalu menyemangatimu dan membantumu agar sukses meraih impianmu."

Nabila tertawa,

"Maaf, Ven.. Aku tidak mungkin berusaha untuk hal yang sia - sia."

"Sia - sia? Apa maksud ucapanmu?"

Nabila menghembuskan napas panjang.

"Sekarang aku harus mencari Ayahku ke Jepang. Semua orang tahu bahwa Jepang bukanlah tempat yang sempit. Butuh waktu lama untuk dapat menemui Ayah. Aku tidak tahu kapan aku akan bertemu Ayah. Jika ayah telah kutemui, mungkin saja Ayah tidak ingin pulang ke rumah dan aku harus membujuknya. Melelahkan."

Nabila menunduk. Ia menutupi wajahnya yang telah basah oleh air mata.

"Kau akan pergi ke Jepang?" Venus tampa tak percaya dengan keputusan Nabila.

Nabila mengangguk,

"Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti sebuah keluarga pada umumnya. Aku ingin Ibu sembuh, aku ingin ayah pulang, aku ingin bahagia bersama mereka!!"

Nabila mengusap air matanya.

"AKU TAK PEDULI SOAL CITA - CITA."

Nabila berlari meninggalkan Venus.

~•°•°•°•~

Nabila tidak tahu tujuannya sekarang. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk sampai di Jepang. Sekarang ia sudah berada di sebuah bandara.

Tiba - tiba Nabila menabrak seorang pria bertubuh tinggi dan berseragam tentara.

"Maafkan aku, om."

Nabila meminta maaf berkali - kali kepada pria tu. Namun pria itu tidak mengindahkan kalimat maaf Nabila.

"Kau siapa? Berhati - hatilah jika tidak ingin bermasalah denganku." Ucap pria itu dengan angkuh.

Nabila menatap pria itu. Sepertinya Nabila pernah melihatnya. Benar! Ia adalah Ayahnya Venus. Namanya Samuel. Ia merupakan seorang tentara Israel yang tinggal di Indonesia.

"Maafkan aku, Om.." Nabila menunduk takut.

Salah satu tentara berbicara,

"Sam.. penerbangan menuju Jepang akan dilaksanakan sebentar lagi. Sebaiknya kita segera bersiap - siap."

Samuel mengangguk, kemudian menatap Nabila.

"Kau dimaafkan."

Samuel dan rekannya segera pergi.

Nabila berpikir.
'Mereka akan ke Jepang? Untuk apa? Ah.. sudahlah. Yang terpenting tujuan mereka sama denganku. Aku harus ikuti mereka diam - diam.'

For My CountryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang