Part 4: Emiko

6 3 2
                                    

"Konnichiwa¹." seorang gadis membungkuk di depan Nabila.

"Ya?" Nabila tak mengerti ucapan gadis itu.

Gadis itu kemudian menjabat tangan Nabila.
"My name is Emiko. And you?"

Nabila tampak gugup dihadapannya. Dengan canggung ia membalas jabatan tangan Emiko.

"I'm Nabila.."

"Doko ni sunde imasu ka?²"

Nabila kebingungan, Emiko segera meralat pertanyaannya.

"Eum.. Where do you live?"

Nabila tersenyum dan mengangguk,
"Indonesia.."

Ditemani angin yang berhembus pelan, menciptakan kedamaian diantara mereka. Emiko, seorang gadis seusia Nabila yang merupakan gadis keturunan bangsawan. Walau begitu, dirinya tidak pernah malu untuk bergaul dengan siapapun.

~•°•°•°•~

Nabila sangat beruntung dapat mengenal seorang Emiko, karena sifatnya yang dapat membuat semua orang berdecak kagum. Emiko baik hati menawari Nabila untuk tinggal di rumahnya.
Kini, mereka menjalin persahabatan. Banyak hal yang dilakukan mereka sepanjang hari. Mulai dari bersepeda mengelilingi kota-kota indah di Jepang, pergi ke rumah makan untuk mencicipi banyak masakan jepang.
Sebulan lamanya Nabila berada di Jepang hingga ia fasih berbahasa Jepang.

"Apa acara kita hari ini?" Tanya Emiko dengan bahasa jepangnya yang terdengar khas.

Nabila memikirkan ide,
"Aku akan menelepon sahabatku di Indonesia. Aku akan memperkenalkanmu dengannya."

Emiko meloncat-loncat girang. Sementara Nabila menggelengkan kepalanya, ia berpikir seolah Emiko adalah anak kecil yang kegirangan karena dibelikan es krim.
Nabila beranjak dari sofa, lantas menyambar handphone yang tergeletak di atas meja. Matanya mencari sebuah nama 'Venus', jarinya tampak menari-nari diatas layar handphone.

'Halo Billl!!!!' (Venus)

"Kau baik-baik saja disana, Ven??" (Nabila)

Emiko sedang asyik mendengarkan.

'Ada apa Bil? Aku baik-baik saja..' (venus)

"Aku mengkhawatirkanmu." (Nabila)

Rasanya ingin sekali Nabila bertemu Venus dan menceritakan soal Samuel, namun teringat tugas Nabila di Jepang belum selesai. Nabila berada di posisi yang sangat berat. Ia harus mencari ayahnya, namun ia juga harus memastikan bahwa Venus baik-baik saja.

'Bil? Halo.. haloo.. mengapa diam saja?' (venus)

Emiko mengguncang tubuh Nabila,
"Bil.."

Nabila akhirnya merespon.
"Hah? apa? apa?"

Mata Emiko melihat Handphone Nabila. Memberi kode bahwa Nabila sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

Nabila tersadar kembali, setelah pikirannya melayang jauh menembus angkasa.

"Maaf Ven.. aku tadi sedang melamun." ( Nabila )

'
"Apa itu?" ( Nabila )

'Aku mengikuti sekolah militer disini tampa sepengetahuan kedua orangtuaku.' ( Venus )

"Mengapa tidak memberi tahu orangtuamu?" ( Nabila )

'Mereka tidak suka jika aku mengabdi pada Indonesia.' ( Venus )

"Kau tidak boleh menyerah, Ven. Aku akan selalu mendukungmu." ( Nabila )

'VENUS!!!!'

Terdengar suara wanita di handphone Venus yang berteriak-teriak memanggilnya.

'BERIKAN HANDPHONE MU PADAKU, VEN!!'

"Venus? Apa yang terjadi di sana?" ( Nabila )

'Tidak mau, Ma.. Aku ingin mengobrol dengan sahabatku.' ( Venus )

Ternyata itu adalah suara Mama Venus bernama Riana

"Venus.. Ada apa?" ( Nabila )

'Dia penghasut bukan sahabat!!' ( Riana )

Suara itu terdengar lebih keras dari sebelumnya, kemudian suara Venus tidak terdengar lagi.

'Kau tidak boleh berbuat macam-macam terhadap keluargaku.' ( Riana )

"Aku tidak-" ( Nabila )

'Kau ada dimana sekarang? Aku akan membawamu untuk pergi dan ditahan di markas Tentara Israel.' ( Riana )

Emiko dan Nabila saling menatap satu sama lain.

"Aku tidak bermaksud menghasut anak mu, Walaupun aku adalah orang Indonesia.. tapi aku tak pernah memaksa seseorang untuk mengabdi pada negaraku." ( Nabila )

'Kau menggunakan siasat bodohmu itu!! Kau bersahabat dengan anakku untuk mempengaruhinya!! Aku tahu semua niat jahatmu, anak bodoh!' ( Riana )

Nabila sangat ketakutan, ia menangis sejadi-jadinya. Sementara Emiko berusaha untuk menenangkan hati Nabila yang saat ini sedang menciut.

'Aku akan melaporkan semua ini kepada suamiku, Samuel..! Dan kau akan lenyap dari dunia ini."

Sambungan terputus. Tak sengaja, Nabila menjatuhkan Handphone nya ke lantai. Ia tak percaya dengan semua pernyataan Riana, ibu dari sahabatnya itu.
Nabila berpikir bahwa permasalahan seolah datang bertubi-tubi. Ibu depresi di rumah, Ayah menghilang tanpa kabar, ancaman Samuel dan Riana.

"Aku tidak bisa membantumu soal ini.. Karena ini masalah melibatkan negara. Aku tidak berani. Maaf." Emiko berbicara pelan.

Nabila terus menangis. Air matanya mengalir begitu deras.

"Aku takut.." Hanya itu kalimat yang mampu Nabila ucapkan.

~•°•°•°•~

______________________________
Konnichiwa(1): Selamat siang
Doko ni sunde imasu ka(2): Dimanakah kamu tinggal?
______________________________


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For My CountryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang