Part 3: Ancaman

16 5 5
                                    

Nabila duduk tepat di belakang Samuel dan rekannya. Ia tidak tahu apakah ia akan berhasil untuk sampai di Jepang atau tidak. Namun, ia teringat sebuah deretan kata-kata yang selalu ia jumpai di tempat-tempat umum, 'Try is better'.

'Tuhan.. selamatkan aku sampai tujuan.' Nabila berdoa, kemudian matanya terpejam.

~•°•°•°•~

"Hai Bil!!" Dari kejauhan, terlihat seorang lelaki melambaikan tangannya ke arah Nabila dan berteriak memanggil namanya.
Nabila memfokuskan pandangannya ke depan. Ia mengenal lelaki itu.

"Venus? Sedang apa?" Tanya Nabila.

Lelaki itu adalah Venus yang berdiri tegak dengan mengenakan seragam tentara.

"Bil.. lihatlah aku! Aku sudah menjadi tentara."

Nabila tersenyum bangga, namun ekspresinya berubah ketika seseorang yang berada di belakang Venus tersenyum sinis kepada Nabila.

Tak lama orang itu semakin dekat beberapa jengkal di belakang Venus, suara dentuman terdengar begitu keras dan refleks Nabila menjerit histeris.

Nabila terbangun dengan napas tersengal-sengal. Ia menyapu pandangannya ke sekitar. Kemudian ia melihat ke arah depan. Samuel masih asyik mengobrol dengan rekannya.

Nabila berpikir mengenai mimpinya tadi. Apa maksud mimpi nya? Sebuah firasat buruk terlintas dipikirannya sebelum ia berusaha mengusirnya jauh-jauh.

'Itu hanya mimpi.' Batinnya berucap.

Untuk kedua kalinya Nabila menatap ke depan. Tempat Samuel dan rekannya mengobrol. Tidak terjadi apa-apa.
Nabila menyandarkan tubuhnya ke belakang, ia menghembuskan napas panjang. Kepalanya terasa pusing dan berdenyut.

"Sam, apakah kau akan menyekolahkan anakmu di sekolah militer Israel??"

Ucapan itu membuat Nabila terkejut. Nabila berniat untuk mendengarkan perbincangan mereka.
Samuel tertawa,

"Anakku itu sangat keras kepala.. Dia pernah mengatakan NKRI harga mati. Dia lebih mencintai Indonesia dibanding Israel."

"Lalu apa rencanamu?" Tanya rekannya.

Nabila semakin tertarik untuk mendengarkan mereka.

Samuel terdiam, mungkin sedang memikirkan rencana untuk membuat Venus, anaknya mencintai Israel dibanding Indonesia.

"Aku akan memaksanya agar mengabdi pada Israel."

Nabila membulatkan matanya.
'Kejam sekali Samuel.' Batinnya berucap.

Nabila mengambil sesuatu dari kantong celananya. Sebuah handphone. kemudian merekam semua pembicaraan Samuel dan rekannya.

"Bisa-bisa anakmu akan menjadi seorang pengkhianat untuk negara Israel." rekannya bergumam.

Samuel memukul kepala rekannya,
"Dasar bodoh!! Apa yang kau katakan hah??!"

"Aku bercanda."

Samuel tersenyum,
"Siapapun orang yang mencoba mengkhianati negaraku, aku tidak akan segan untuk melenyapkannya dari dunia ini."

Rekannya bertepuk tangan. Sementara Nabila berusaha agar ia tenang dan tidak panik menghadapi sesuatu yang akan terjadi pada sahabatnya itu.

Samuel menoleh ke belakang. Tatapannya begitu tajam kepada Nabila.
Samuel tersenyum sinis,

"Hai anak kecil.. Kau dengar bahwa aku akan menghabisi siapapun yang mencoba mengkhianati negaraku ISRAEL! Tapi bukan hanya itu,.."

Samuel terdiam sebentar, menatap Nabila yang panik karenanya.

"Aku akan menghabisi seseorang yang menjadi mata-mata."

Nabila menelan salivanya. Ia menunduk takut. Lantas perlahan tangannya menyentuh layar HP, mematikan rekamannya.
Ingin rasanya Nabila melarikan diri dari ancaman orang kejam ini. Namun, apa daya ia hanya bisa terdiam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa yang kau inginkan, anak kecil?" Rekan Samuel baru membuka mulut.

Nabila menggeleng pelan. Ia masih menunduk ketakutan. Kemudian ia memberanikan diri untuk melihat keadaan.

'Para penumpang sudah turun? Apakah ini sudah sampai di Jepang?'

Ternyata pesawat yang ia tumpangi sudah sampai di Jepang.

Dengan cepat Nabila berlari turun dari pesawat. Samuel dan rekannya mengejar Nabila yang mencoba lari darinya.

Ia terus berlari. Langkahnya begitu cepat. Nabila mempunyai bakat berlari dengan cepat. Ia menjuarai lomba marathon di sekolahnya. Orang dewasapun kalah darinya.

Nabila mencoba melihat ke belakang. Samuel tak terlihat. Ia beruntung karena lolos dari kejaran orang yang sangat kejam itu.

Napasnya terengah-engah. Bulir-bulir keringat membanjiri tubuhnya. Ia melihat sebuah kios, dan berniat singgah di kios tersebut.


~•°•°•°•~



Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tetap ikuti cerita ini ya guys.. Aku akan bikin endingnya sulit ditebak..

Tapi aku mohon support dari kalian, Readers..Supaya aku tetep semangat bikin cerita ini:)

Jangan lupa give me BINTANG

salam author^~^

For My CountryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang