DUA PULUH DUA

507 49 5
                                    

Keesokan harinya, Vano membanting vas bunga yang ada di atas mejanya ke lantai di hadapan anak-anak buahnya,"Kamu dengar apa yang saya perintahkan? Saya mau dia di bawa ke hadapan saya sekarang juga! Cari dia sampai ke pelosok dunia, saya tidak peduli," perintah Vano kepada anak buahnya. Dia menugaskan para anak buahnya untuk mencari dimana keberadaan Gilang, sahabatnya yang sangat amat brengsek.

            Dia sama sekali tidak menyangka kalau Gilang akan menjadi orang yang brengsek seperti ini. Akan susah untuk mencari Gilang karena cowok brengsek itu sudah menutup account banknya, keluar dari pekerjaannya, memberikan nomor palsu saat membeli mobil baru untuk kabur, menjual apartmentnya, dan menyuruh keluarganya untuk tutup mulut. Tapi, Vano yakin kalau dia pasti akan menemukan mantan sahabatnya itu. Sangat yakin.

            Ketika Vano sudah bertemu dengan cowok brengsek itu, sudah bisa di pastikan kalau nanti dia akan menghajar cowok itu habis-habisan. Tidak peduli kalau dia akan masuk penjara karena membunuh orang. Yang akan di lakukannya nanti pasti akan sangat setimpal dengan apa yang di lakukan oleh cowok itu padanya. Termasuk mengacaukan hubungannya dengan Shannon. Orang yang paling berharga di hidupnya.

            Vano merapikan jasnya dan keluar dari kantornya, hari ini dia berencana untuk pulang cepat untuk makan malam dengan Anna, adik angkatnya. Langkahnya di ikuti oleh sekretaris pribadinya itu, Hubert."Tell Ryan untuk jemput Anna dikampusnya, " perintah Vano pada sekretaris pribadinya itu.

            "Yas, Sir"

            Vano mengeluarkan ponselnya dan melihat jam yang ada disana. Sudah jam enam, yang artinya sekarang Shannon sudah mendarat di Europe untuk perjalanan bisnisnya. Cewek itu memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya bahkan dia bisa pergi ke belasan negara dalam waktu satu bulan.

            "Van, hari ini lo mau kemana?" tanya Angga yang tiba-tiba muncul di depan Vano.

            "Mau ngapain lo kesini?" Vano terkejut dengan kedatangan Angga secara tiba-tiba di kantornya. Tidak biasanya Angga muncul tanpa mengabarkan kedatangannya pada Vano ataupun sekretaris-sekretaris pribadinya Vano.

            "Gue mau minta tolong nih," pinta Angga dengan nada memohonnya.

            "Minta tolong apaan? Gue nggak banyak waktu, habis ini gue ada sister date sama Anna. Kalau mau ngomong cepetan ya, waktu lo cuman lima menit," Vano menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya selagi menunggu Angga membuka suara, "Waktu lo cuman tinggal tiga menit loh."

            "Ahh! Damn it! Masa iya waktu gue cuman tinggal tiga menit? Gue yakin kalau lo bakalan senang banget denger kabar dari gue," kata Angga dengan mata berbinar-binarnya itu.

            "Apaan? Tadi katanya mau minta tolong, kok sekarang jadi gue yang seneng pas denger kabar dari lo?" tanya Vano.

            "Gue tau dimana Gilang."

            "Dimana dia?" Nada yang digunakan Vano sangat tegas dan juga penuh emosi.

            Angga tersenyum miring, "Dia terlalu bodoh. Kayaknya dia nggak berpengalaman kabur deh, masa dia nyalahin ponsel lamanya selama dua jam. Anak buah gue langsung lacak dimana keberadaan dia dari GPS terus gue nemu bukti pembayaran dia di hotel yang ada di kota itu, jadi bisa gue pastiin kalau dia emang bener-bener netap disana. Gue udah cek CCTV yang ada di hotel buat mastiin dia ada disana dan BOOM!" Angga menggerakan tangannya seolah-olah ada bom yang meledak, "I found him."

            "Good, dimana dia?" tanya Vano, dia melirik ke arah Hubert yang juga berada di dekatnya. Dia bersiap-siap untuk memerintahkan sekretaris pribadinya untuk menjemput setan kecil yang berani-beraninya bermain dengannya.

            "Easy bro, gue udah suruh anak buah gue buat jemput dia dan bawa dia kesini," ujar Angga santai.

            "Dia kabur kemana?"

            "Tubac, Amerika serikat di bagian Tenggara," jawab Angga. Dia merangkul Vano dan memiting bagian lehernya, "gue udah bantuin lo buat nyari Gilang, sebagai gantinya, gue nggak mau Shannon ngeluarin air matanya lagi karena lo. Ngerti kan?"

            Nafas Vano tercekat akibat pitingan dari Angga, "Lepas bego!" Vano berontak ke kanan dan kiri tapi dirinya tak juga lepas dari Angga, si manusia kampret.

            "Janji dulu bego!"

            "Le-lepas!" teriak Vano susah payah, sampai pada akhirnya dia berhasil menendang kaki Angga dengan kakinya yang dia ayunkan ke belakang. Memang tidak sakit. Tapi berhasil untuk membuat Angga melepaskan pitingan di lehernya.

            "Awas aja kalo gue lihat lo bikin dia nangis, gue lepas kepala lo, terus gue lelang. Syukur-syukur kalau ada yang mau beli sih," kata Angga. "Terus kemarin kenapa tuh? Kenapa pake acara mabok-mabok segala?"

            "Secret, tapi yang pasti sih berhubungan sama si dua iblis yang udah jadi pengrusak hubungan gue," Vano membetulkan dasi dan jasnya yang sedikit lecak karena pitingan dari Angga tadi.

            Angga menganggukan kepalanya mengerti, lalu dia menyodorkan undangan berwarna merah muda kepada Vano, "Lo harus dateng, gue bakalan buat kejutan disana."

            "Kejutan?" Vano menaikkan sebelah alisnya binggung. Kejutan apa yang sedang di maksud oleh Angga? Dia melihat ke dalam isi undangan tersebut, "Acara pernikahan?!"

            "Yeah, acara pernikahan."

            "Atas nama Angga Martin and Syenna Bagastara? What the hell is going on? Sejak kapan lo pacaran sama Syenna?" tanya Vano histeris. Dia sungguh tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan undangan pernikahan dari seorang Angga yang dikenal dunia sebagai pengusaha tampan jomblo bahkan dia mendapatkan peringkat nomor dua sebagai manusia jomblo yang paling berpengaruh di dunia. "Are you crazy? Syenna bukannya masih SMA? Lo pedofil ya?"

            Angga mengangkat bahunya, "Nggak tau tuh, orangtua gue sama orangtua dia kayaknya sih udah ngebet minta cucu. Tapi gue nggak pedofil juga kampret! Walaupun beda tujuh tahun sih," Angga memutar bola matanya, "Gue sama dia udah buat perjanjian juga kok, selama dia nggak siap ya gue gak akan 'nyentuh' dia. Lagian dia aja baru mau lulus tahun ini."

            Vano menutup mulutnya dengan undangan yang ada di tangannya saat ini, lalu menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Nyentuh, bahasa lo udah makin dewasa ya. Nggak nyangka gue sama lo."

            "Sialan lo!"

            "Kayaknya julukan lo bukan jomblo tampan yang berpengaruh di dunia deh," kata Vano.

            "Di ganti jadi apa emangnya? Hot daddy?" tawa Angga.

            "Di ganti jadi pedofil kurang ajar karena menikahi anak dibawah umur." Setelah mengatakan itu, Vano langsung berlari masuk ke dalam lift yang beruntungnya berhenti di lantai ruangannya. Sepertinya hari ini keberuntungan sedang ada di pihaknya. Dia bisa terbebas dari pitingan mantan adik kelasnya yang kurang ajar itu.

I LOVE YOU TO THE MOON AND BACK | ABIJAYANTO SERIES #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang