2 • The Tragedy

49 25 14
                                    

Akan jadi last chap untuk hari ini!

KASIH vote jangan lupa ⭐️⭐️⭐️

Makasih dan selamat membaca!

now playing:
Midnight Waltz (David Garrett)

RUANGAN gelap, sempit, dan lembab itu tidak ada bedanya dengan tempat tinggal binatang, seperti tikus contohnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RUANGAN gelap, sempit, dan lembab itu tidak ada bedanya dengan tempat tinggal binatang, seperti tikus contohnya. Terlebih jika musim dingin akan tiba, rasanya tak terhitung orang—binatang bagi mereka—yang mati karena hiportemia. Setelah tubuh membeku, bibir membiru, yang manusia-manusia berseragam itu lakukan hanya membuang mereka entah ke mana.

Mungkin di danau. Mungkin juga menggabungkannya dengan kumpulan sampah. Atau, yang paling rumit adalah membakarnya. Tentu, para bajingan berseragam itu tidak ingin ambil pusing dan memilih untuk langsung membuangnya dalam galian yang dalam tanpa dibungkus atau apapun itu. Tapi, mengingat beberapa hari ini ada wabah misterius, mungkin mereka membuang mayat-mayat itu sembarangan.

Seolah memberi makanan pada hewan peliharaan.

Tetapi, di sini tidak terlalu seperti neraka baginya. Orang-orang menjauhinya. Orang-orang takut padanya. Bahkan para manusia berseragam itu juga menghindari tatapannya. Ketika ia keluar, ketika waktu makan tiba, tak ada yang berani menatapnya. Mereka takut. Tanpa merasakannya saja wanita itu tahu mereka takut padanya. Pada kutukannya.

Tubuhnya bau. Rambutnya kacau dan lengket, tidak dibersihkan berhari-hari. Wajahnya kotor. Sungguh, dirinya memang ceroboh karena menetap di satu kota terlalu lama. Seharusnya ia pergi dari Birmingham sebelum orang-orang mulai menyadari kejanggalannya. Sebelum dirinya masuk ke tempat kotor ini.

Namun, tiba-tiba saja wabah sialan menghantui kota ini. Rencananya kabur di malam hari tidak bisa karena keputusan pemerintah yang melarang semua orang berkeliaran di malam hari. Jika ia kabur di siang hari, pasti orang-orang akan menanyakannya. Jika ia kabur di pagi hari, mayat berserakan di jalanan dan para petugas berkeliling di mana-mana. Seperi semut di antara gula. Ingin rasanya Navi menginjak mereka.

Satu hari di sini seperti satu abad di neraka. Meskipun jarang diganggu, tetapi tak bisa dipungkiri beberapa orang berani untuk menganggunya. Tepat seperti sekarang.

"Don't look at me like that you, bitch!"

Wanita bermata monolid itu tersenyum miring. "Mengapa? Takut aku tahu rahasiamu?"

"YOU—!"

Seketika teriakan dan jeritan terdengar di lapangan itu. Wanita asing itu tidak kalah kuat menarik rambut wanita di hadapannya.

Moonrise Over the SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang