04. Save me

156 13 3
                                    

Aku hanya ingin istirahat.
Aku hanya ingin merasakan ketenangan.
Hanya itu saja



Taman kota sekarang sangat sepi. Siapa juga yang mau panas-panasan ditengah terik matahari, jawabannya aku. 
Aku suka suasana ini, tenang. Hanya ada 2 pasang kekasih yang lagi pacaran. Tuh orang gak kepanasan apa ya pacaran di taman siang bolong gini. Bodo amat lah.

"Liaaa"

Aku menoleh dan kaget. Aku gak salah liat kan. Aku gak lagi berhalusinasi kan. Itu beneran dia. Kalian anggap aku lebay, gak masalah. Tapi ini serius, itu cowok aneh yang ada di perpus tadi. Kok bisa ada disini? Segitu sempitnya kah Jakarta sampai-sampai dia kesini juga.
Nih ya, anak-anak cowok itu biasanya kalau pulang cepet pasti nongkrong dulu atau langsung pulang ke rumah. Lah ini malah jalan ke taman dengan sinar matahari yang lagi panas-panasnya kan aneh. Oke aku juga sama anehnya kayak dia. Tapi kan aku gak pernah suruh orang buat nulis nama dibuku kayak dia. Jadi aku lebih waras dong. Atau jangan-jangan

"kamu ngapain disini? Ngikutin aku ya. Ngaku"

"Tidak, rumah saya melalui jalan ini dan saya sering ke taman ini"

Sial, aku terlalu parno. Untung aku sering pakek muka badak a.k.a gak tau malu. Jadi aku tinggalin dia dan lanjut keliling taman.
Aku tau, dia ngikutin aku. Kali ini aku gak geer ya, aku denger langkah kaki dia. Tapi aku biarin aja dulu, selama dia gak macem-macem

"Lia, kenapa tidak langsung pulang?"

"Terserah aku dong"

"Rumah Lia dekat sini?"

"Mau rumah ku deket sini atau enggak, terserah aku lah mau main kemana. Bukan urusan kamu"

"Saya boleh temani Lia?"

Aku berhenti dan menatapnya. Astaga, kenapa dia harus pasang muka polos gitu sih. Kesannya aku orang paling jahat kalau nolak dia.

"Terserah"

Ku rasa itu jawaban paling tepat. Aku pun melanjutkan berkeliling, tentu aku ninggalin Tama. Tapi dia langsung menyusul ku dan berjalan disamping ku.
Oh ya, apa aku sudah jelasin tentang Tama. Belum? Oke aku jalasin. Tama, dia itu manis apalagi ada lesung pipi disebelah kiri, tingginya sekitar 170, rambut yang berwarna kecoklatan dengan model ala cowok-cowok korea. Kalian bisa bayanginkan tapi. Ada tapinya nih, dia itu aneh. Cara dia ngomong dan tingkah-tingkahnya kaku kayak orang yang tinggal di goa.

"Lia, kenapa Lia tidak langsung pulang ke rumah?"

"kan udah aku bilang, terserah aku"

Aku melirik ke arahnya, kelihatan banget kalau dia lagi cari topik pembicaraan. Ya ampun lucu banget ekspersinya. Eh apa-apaan sih Lia, kok mikir gitu.

"kamu ngapain bawa-bawa buku itu?"

Duhh, nih mulut kenapa gak bisa dikontrol sih keponya. Malu-maluin aja sih Lia.

"Saya sering lupa nama seseorang, jadi saya meminta mereka menuliskan nama mereka dibuku ini"

"Namun anehnya, tadi saya ingat nama Lia, ini pertama bagi saya mengingat nama seseorang" lanjutnya

Apa aku harus terharu atau tersanjung karena dia ingat nama ku. Mungkin karena namaku gampang diingat, kan namaku cuma tiga huruf. Masa iya dia gak ingat

"namaku kan cuma tiga huruf, ya kali kamu gak ingat"

"Saya hanya ingat jika nama itu terdiri dari dua huruf"

Otak dia kayaknya emang lemah deh. Masa iya nama cuma tiga huruf gak bisa ingat.

"Lia ingin bermain ayunan?"

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang