My blue heart spreads
And becomes a withered scent
I call your name but there's no answer
It rings like an echo
"Aku datang kesini untuk mengajakmu sarapan, bukan untuk memarahimu! Mengapa kau tak bisa menjaga kesehatanmu sendiri, Kim Taeyeon?"
Gadis yang beberapa hari lalu merayakan pertambahan usianya menatap kesal sosok di hadapannya. Meringkuk menyerupai fetus di balik selimut. Ia menghela napas panjang kemudian duduk di samping tempat tidur sembari mengusap kepala leadernya. "Kau sudah makan?"
Taeyeon menggeleng. "Nanti saja."
"Akan kubuatkan bubur untukmu."
Tanpa kata ia keluar kamar dan mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan dari lemari es. Bibir mungilnya masih menggerutu karena tak mengira akan diberi kejutan oleh membernya tersebut. Tadinya, ia berencana menyambangi apartemen Taeyeon untuk memasak dan makan bersama. Mereka tidak sempat merayakan ulang tahunnya karena Taeyeon harus bertolak ke Jepang. Siapa yang menyangka kalau dia malah mendapati kakaknya itu terbaring dengan wajah pucat?
"Siapa yang bisa kumintai petunjuk?" Yoona mengerutkan keningnya. "Ah, Ming Unni!"
Dia meraih ponsel yang disimpan di atas meja. Mengapitnya di antara pundak dan telinga kirinya. "Yeoboseyo, Unni?"
"Ada apa Yoong?"
"Apa saat di Tokyo kemarin Taeyeon unni mengeluh sakit? Atau kau melihat gerak-geriknya yang tak wajar?" tanyanya setengah berbisik.
"Taeyeon? Tidak. Setahuku dia baik-baik saja, Yoong. Wae?"
"Aku sekarang ada di apartemennya, Unni. Dia sakit."
"Mwo? Sakit apa? Gastritis lagi?"
"Molla. Aku akan membawanya ke rumah sakit setelah selesai sarapan."
"Mengapa kesehatannya tiba-tiba menurun? Minggu lalu saat aku mengantarnya ke Taiwan dia masih sehat. Begitupun saat dia menonton Festival Jazz. Tak ada tanda-tanda kalau dia sedang sakit. Atau dia merahasiakannya padaku?" Sang manager terdiam sesaat. "Sebentar, Yoong."
"Huh? Kenapa, Unni?" Ia meletakkan panci yang sudah terisi air. "Kau sedang apa?"
"Yoong, ada sebuah artikel yang kurasa menarik perhatian Taeyeon. Jika tebakanku benar penyebab sakitnya sekarang adalah karena pemberitaan yang rilis pada akhir mei kemarin."
"Jangan bilang kalau maksudmu tentang dia?"
"Sayangnya memang tentang dia," ada penekanan pada kata terakhirnya. "Masih kelanjutan berita kencannya dengan perempuan yang sama."
"For the sake of the Lord, mereka sudah berpisah hampir dua tahun, Unni! Menurutmu Taeyeon unni masih belum bisa melupakan dia?"
"Kau rasakan saja sendiri bagaimana jika hubunganmu harus berakhir disaat kau tidak menginginkannya. Ah, hidup kalian rumit sekali."
"Rumit sudah menjadi nama tengah kami, kau lupa?" ia menggelengkan kepalanya. "Baiklah, Unni, aku tutup dulu. Nanti kuhubungi lagi."
Yoona membawa bubur yang dia buat ke dalam kamar. Taeyeon duduk menekuk lutut di tempat tidurnya. Ia tersenyum kecil saat Yoona menghampirinya. "Aku jadi merepotkanmu."
"Harus berapa kali lagi aku menerima terapi jantung darimu, huh? Ini alasan utama mengapa aku memaksa meminta password apartemenmu, Unni. Kau itu selalu saja membuatku jengkel."
"Maaf."
"Ck! Habiskan sarapanmu lalu kita pergi ke rumah sakit."
Namun, Taeyeon menyerah pada suapan keempat. Ia memalingkan wajah saat Yoona mencoba untuk menyuapinya. "Wae? Kau baru makan sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Gtae
FanfictionIni hanyalah kepingan-kepingan cerita. Tentang penggalan satu rasa atas setiap episode kehidupan. Tentang bagaimana cara berdamai dengan keadaan. Because, life can be so cruel sometimes.