Christmas Without You

820 221 14
                                    

Angin yang berhembus kencang dan salju yang turun tidak membuat perempuan bermata kecil itu pindah dari tempatnya berdiri. Ia tetap bergeming menatap kosong ke luar jendela dan membiarkan tubuhnya diterpa hawa dingin yang menusuk. Membiarkan buku-buku jarinya semakin membeku dan mati rasa. Ia tidak lagi mempedulikan apapun. Tidak ingin lagi memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Kau pun tidak akan lagi memarahiku.

Derit pintu kemudian terdengar disusul langkah yang perlahan menghampiri. Sosok itu menghela napas panjang lalu mengambil selimut dari atas tempat tidur. Dengan hati-hatidia menyampirkannya ke pundak sang yeoja dan memeluknya dari samping.

"Ayo kita keluar. Makan malam sudah siap."

"Aku tidak lapar, Sunny. Kalian makan duluan saja."

"Seharian ini kau belum makan, Taeyeon. Aku tidak mau lagi menerima penolakan darimu."

Taeyeon mendesah kasar. "Sunny-ah..."

"Aku mohon. Kau bisa sakit kalau terus-menerus seperti ini."

Mungkin memang lebih baik aku mati saja. Taeyeon hampir mengatakannya secara lugas, tetapi urung dilakukan mengingat sahabatnya pasti akan lebih marah padanya.

"Baiklah."

Sunny tersenyum lega. Ia menuntun sosok itu menuju ruang makan.

"Noona.... Cepat kemari! Aku sudah pesankan makanan kesukaanmu."

Taeyeon tersenyum pada adik sepupunya. "Gomawo, Kibum-ah." Ia menarik salah satu kursi. "Sejak kapan kau disini?"

"Tadi sore."

"Kalau kau lelah lebih baik langsung pulang saja. Aku tidak apa-apa, Kibum-ah. Tidak perlu kalian temani."

"Dan kau akan lebih bersuka hati mengabaikan kesehatanmu." perempuan berkulit putih berucap ketus dari samping Kibum. "Kami disini saja kau sulit sekali makan, apalagi kalau kami tidak mengawasimu?"

"Aku bukan anak kecil, Tiffany. Aku tahu apa yang harus aku lakukan."

"Ayo makan..." Sunny mencoba mengalihkan situasi yang mulai memanas. "Ayo, Taeyeon!! Tiffany! Makan!"

"Kibum-ah, apa keadaan Tuan Park membaik?" Taeyeon memecah kesunyian setelah beberapa menit mereka saling terdiam.

"Demamnya sudah menurun, Noona. Jiwon bertanya padaku kapan kau akan bermain dengannya lagi."

Jiwon adalah gadis kecil yang merupakan puteri dari pasien Taeyeon. Dia selalu ingin bermain dengannya apabila Taeyeon sedang bertugas.

"Sampaikan salam rinduku padanya."

"Kapan kau akan kembali ke rumah sakit?"

Taeyeon mengerdikkan bahu. "Entahlah. Aku tidak tahu."

"Kau tidak bisa terus mengurung diri, Tae," lanjut Tiffany. "Jiyong Oppa tidak akan menyukainya."

Sunny dan Kibum langsung berjengit dan bertukar pandang. Kibum memberi isyarat kepada Sunny agar menghentikan Tiffany.

"Jiyong tidak ada disini, Tiffany." ada nada penekanan di tiap kata yang dilontarkan Taeyeon. "Jangan membawa-bawa namanya!"

"Dia memang tidak ada bersamamu, tetapi Jiyong Oppa pasti menyetujui ucapanku. Kau harus melanjutkan hidupmu, Tae."

Taeyeon berdiri dari kursi dan membanting sendok yang dipegangnya. Matanya menatap tajam pada sosok yang belasan tahun menjadi sahabatnya.

"Cukup! Bukan kau yang harus mengalami mimpinya direnggut hanya dalam waktu lima menit. Bukan kau yang ditinggal oleh calon suamimu hanya dua minggu menjelang pernikahanmu. Bukan kau yang menanggung luka karena harapan hidupmu kandas, dan bukan kau yang merasakan cintamu hilang sampai-sampai kau berpikir akan lebih baik kalau hidupmu sama berakhir dengannya. Bukan kau, Tiffany! Jadi lebih baik kau diam karena kau tidak akan mengerti apa yang aku rasakan." Taeyeon menghela napas dalam. "Silakan lanjutkan makan kalian dan tolong mulai besok jangan lagi datang kemari. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

Piece of GtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang