"Sudah berapa kali kubilang kalau aku tidak mau menerima minumannya? Dia pura-pura tuli atau tidak mengerti ucapanku?"
Perempuan bertubuh mungil itu mendecak kasar seraya menatap jengkel secangkir hot latte mochachino yang tersimpan di mejanya. Haruskah setiap paginya dirusak oleh orang yang sama?
"Dan sudah berapa kali kubilang kalau dia akan terus melakukannya, eonni. Dia tidak akan pernah menurutimu."
"Wae? Apa ucapanku selama ini kurang jelas?"
Yoona mengerdikkan bahu. "Kau tanya sendiri saja padanya setelah dia kembali dari pantry."
"Yoona-ya.."
"Memang itu jalan satu-satunya."
"Kau sudah gila?"
"Anniyo. Gelar kegilaan di kantor ini sudah dipegang oleh kalian berdua."
"Yaa!!!"
"Selamat pagi, Taeyeonnie..."
Taeyeon mendelik ke asal suara. Dia langsung mengambil cangkirnya lalu berjalan menuju sosok yang merupakan sumber kekesalannya.
"Kwon Jiyong-ssi,"
"Ya?"
"Telingamu berfungsi dengan baik, kan?"
"Tentu saja."
"Lalu, kenapa kau masih saja mengirimkan ini padaku?"
"Karena aku ingin."
"Aku tidak mau!"
"Itu urusanmu. Yang jelas aku akan tetap mengirimkan makan siang dan minuman pagi untukmu."
"Kau ini maunya apa? Kenapa kau terus saja menggangguku?"
"Aku suka padamu."
"Kwon Jiyong-ssi."
"Guys.... jam tayang drama kalian pagi ini sudah habis," Yoona merangkul pundak Taeyeon dan mengajaknya kembali ke kubikel. "Ayo, eonni, lebih baik kau mulai bekerja. Bukankah ada laporan yang harus segera kau periksa?"
Taeyeon menghela napas panjang. Setiap pagi tenaganya sudah terkuras untuk menghadapi Jiyong. "Arraseo. Mianhae."
Yoona melirik sekilas ke arah Jiyong yang tengah menatap Taeyeon lekat. Dia tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Satu tahun lalu, Jiyong bergabung dengan mereka dan semenjak itu pula dia selalu mencari perhatian padaTaeyeon. Mengganggunya setiap jam istirahat, mengatakan kalau dia menyukai Taeyeon, memberikan makan siang yang selalu Taeyeon tolak, menawarkan pulang bersama, dan masih banyak lagi sikap yang membuat Yoona menggelengkan kepala. Pekerjaannya sebagai akuntan malah dirasa lebih mudah dibandingkan menonton pertunjukanTaeyeon dan Jiyong setiap hari.
********
"Kau tidak akan lembur, kan?"
Jiyong berdiri bertopang dagu di kubikel Taeyeon. Senyum manis terlukis di wajahnya, tak mempedulikan sang lawan bicara yang masih jengkel padanya.
"Taeyeonnie, aku bertanya padamu."
"Apa urusannya denganmu? Kau pulang saja! Aku lebih berkonsentrasi kalau kau tidak ada dalam jarak pandangku."
Jiyong tergelak. "Benarkah? Tadinya aku ingin mengajakmu pulang bersama."
"Aku punya mobil sendiri, Jiyong-ssi."
"Dan aku sudah menyuruhmu untuk tidak membawanya. Aku bisa mengantar jemputmu setiap hari."
Taeyeon melepas kacamatanya asal. "Tolong jangan menggangguku, Jiyong-ssi, pekerjaanku masih banyak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Gtae
Fiksi PenggemarIni hanyalah kepingan-kepingan cerita. Tentang penggalan satu rasa atas setiap episode kehidupan. Tentang bagaimana cara berdamai dengan keadaan. Because, life can be so cruel sometimes.