(2)

54.1K 359 4
                                    

Di sebuah rumah bertingkat yang terlihat elegant dengan nuansa putih menjadikan rumah tersebut tampak terlihat seperti istana. Didalamnya tedapat sepasang ayah dan anak lelakinya, dan istrinya? Istrinya telah meninggal karna sebuah penyakit yang telah menggerogotinya selama 2 tahun lamanya. Tapi keluarga tersebut tetap hangat walaupun tidak ada sesosok ibu ataupun istri didalamnya.

Seorang pria tua yang diyakini pemilik dari rumah tersebut sedang menelfon di sisi ruang rumah tersebut. Walaupun pria tersebut telah berumur, namun ketampanan yang dimilikinya masih terpancar jelas. "Halo nak, tidakkah kau lupa bahwa satu jam lagi kita akan pergi ke rumah pak Hardika?"
"Oh tenanglah Ayah aku mengingatnya bahkan aku memasang alarm di hpku", "Baguslah kalau begitu, dan sekarang kembali kerumah dan mandi, aku tidak ingin mempermalukan diriku disana yang membawa bocah ingusan" Ya pria tua itu adalah Adimas yang sedang menelfon anak lelaki satu-satu nya. "Astaga ayah anak ayah yang tampan ini tidak akan pernah mengecewakanmu, baiklah aku akan tiba 15 menit".  Lalu sambungan telfon itu terputus.

Hingga waktu berjalan dengan sangat cepat akhirnya kedua anak dan ayah tersebut tiba di rumah Hardika, yang tidak lain adalah kerabat dekat dari sang ayah. Hardika dan istrinya menyambut kedatangan mereka dengan hangat dan mempersilahkan masuk, dengan beberapa makanan yang telah mereka siapkan untuk tamu mereka itu.

Di dalam ruangan itu mereka mengobrol seputar bisnis dan masa remaja mereka. "Ah apakah ini Ryan, kau tumbuh menjadi pria yang tampan rupanya nak" hardika berujar  "Apa kesibukkan mu sekarang, Ryan?", "Hanya mengelola beberapa cabang perusahaan ayah om", sambil menyeruput teh yang dihidangkan oleh keluarga tersebut. "Rupanya anak mu ini cukup bisa diandalkan untuk mengelola cabang perusahaanmu ya" kata Hardika. "Seperti yang kau lihat, dari pada dia berkumpul tidak jelas mabuk-mabukan lebih baik kuberikan saja dia setumpuk berkas". Namun setelahnya sebuah suara mengintrupsinya "Nah ini dia anak gadis tante, sini Sha duduk samping mami". Dan seketika seluruh mata memandang gadis itu, terutama Ryan pandangan kedua matanya tidak pernah lepas dari gadis itu, seakan dari tatapannya itu bisa merengkuh gadis itu kedalam pelukannya. Dan lagi gadis itu mampu membuatnya kejantanannya mendadak tegang.

"Nah kenalkan ini anak tante namanya Shasa, dan Shasa ini temennya papi kamu om Adimas dan anaknya Ryan" kemudian mereka bersalaman, namun pada saat Shasa dan Ryan bersalaman mereka merasakan geteran seperti tersengat listrik, hingga akhirnya sebuah deheman memisahkan kedua insan yang sedam berjabat tangan itu.

"Sha om Adimas ini temennya papi kamu waktu masih di jaman sekolah dulu" kata Hardika, "Dan kami ingin ke luar kota, jadi papi ingin menitipkan mu pada anaknya om Adimas, Ryan". Seketika mata Shasa terbelalak lebar mendengarkan perkataan papinya, "Tapi kan pi masa aku ditinggal sendiri dirumah, belum lagi art dirumah lagi balik ke kampung, kan papi tau sendiri aku ga berani dirumah sendirian" dengan muka memelas Shasa mengutarakan apa yang akan di alaminya nanti jika kedua orang tuanya meninggalkannya dirumah seorang diri. "Iya maka dari itu papi menitipkan mu sama anak om Adimas Sha, papi bakal suruh Ryan untuk tinggal dirumah ini untuk sementara waktu, sampai kami tiba kembali kerumah". 'degh' Perkataan papi membuat jantungnya berdegub lebih cepat.

Membayangkan akan satu rumah dengan pria itu membuat dia bergidik ngeri, karna tatapan pria itu tidak pernah lepas darinya. "Tapi kan-"
"Tidak ada tapi-tapian Shasa, papi mami sama om Adimas harus segera berangkat karna ada sebuah bisnis yang harus dilakukan disana, lagipula papi liat Ryan bisa kok menjagamu, selama kami tidak ada disini", dengan terpaksa akhirnya Shasa mengagukan kepalanya lemah "lalu kapan kalian akan berangkat?", "besok kami berangkatnya nak" kata Adimas, "Ta- tapi kenapa secepat itu pi?" Shasa tidak menyangka bahwa kedua orang tuanya akan berangkat secepat itu.

Semakin cepat orang tuanya berangkat maka semakin cepat juga ia satu rumah dengan Ryan. "Kan papi sudah bilang, papi ada bisnis disana yang harus dilakukan secepat mungkin, lebih cepat lebih baik", " dan Ryan kamu bisa kan jaga anak om yang manja ini selama om dan tante pergi keluar kota?" Ryan yang sedari tadi hanya memperhatikan Shasa pun tersentak kaget, saat namanya disebut, dan langsung tegap menjawab " Iya om saya bisa kok jaga Shasa", "baiklah besok kau bawa barang-barang mu, untuk persiapan tinggal dirumah om, selama beberapa hari kedepan", "Iya om".

Keesokan harinya seperti kata pak Hardika, Ryan membawa satu koper yang berisikan baju-bajunya untuk tinggal sementara di kediaman rumah pak hardika untuk menemani gadisnya. Bahkan sekarangpun dia berani mengatakan Shasa sebagai kepemilikannya.

Bahkan semalam saat sepulangnya dari rumah pak Hardika dia tak pernah lepas membayangkan Shasa, membayangkan bahwa dia akan satu rumah dengannya. Membayangkan itu saja membuat dia berfantasi liar dan mampu membuat kejantanannya pun kembali menegang.

"Ryan nanti kamarmu akan sebelahan dengan kamar Shasa ya", "iyaa tante nanti saya akan menaruh barang-barang saya kesana" kata Ryan. "Baiklah tante nitip anak tante ya, maafkan kalo dia sedikit manja nantinya", Shasa pun mendelik ketika sang mami mengatakan bahwa dia adalah anak yang manja. Sambil terkekeh ringan Ryan menjawab "Tidak masalah tante, saya suka kok sama yang manja seperti itu" setelah mengatakan itu Ryan langsung menatap Shasa yang hanya bisa mebelalakan matanya.

"Yasudah om sama tante pamit dulu ya, Sha inget jadi anak yang baik ya jangan menyusahkan Ryan", "Iya pi iyaa". Setelah taksi yang dipesan oleh kedua orang tua Shasa melesat pergi
Shasa jadi membayangkan kehidupannya dirumah hanya bersama dengan seorang pria yang selalu menatapnya dengan intens.

Dan hidupnya pun akan berbeda setelah ini..

My Wild ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang