(3)

52.4K 400 1
                                    

Keheningan pun tercipta setelah kedua orang tua Shasa pergi. "Apa kau ingin terus berdiri disini dengan menenteng kopermu itu?" Shasa bertanya dengan nada sedikit mengejek. "Jika kau mempersilahkan ku masuk dan menunjukkan ruangan kamarnya, aku akan meletakkan koperku" Balas Ryan.

Dan akhirnya Shasa menuntun Ryan menuju kamar yang akan di tempatinya selama beberapa hari. Namun dipertengahan jalan tiba-tiba Ryan menarik pergelangan tangan Shasa sehingga mengakibatkan tubuhnya bertubrukan dengan tubuh Ryan. Seolah menghapus jarak diantara keduanya, dan pada saat itu juga akhirnya Ryan bisa menatap mata coklat yang selalu mengganggu pikirannya sejak semalam.

Mereka saling bertatapan hingga jarak diantara keduanya menipis dan

'Cup'

Ryan mengecup bibir itu, bibir Shasa yang sangat kenyal lembut dan sangat memabukkan baginya. Setelah ciuman singkat itu wajah Shasa merah padam dan segera bernjak pergi dari sana menahan malu, sambil berteriak "kamarmu di pintu berwarna coklat" dan 'Blam' Shasa menutup pintu kamar dan menguncinya.

Ryan merasa bangga akan dirinya yang telah merasakan sebagian tubuh yang dimiliki oleh gadis itu, lalu dia tersenyum senang dan segera memasuki kamarnya.
Dilain tempat Shasa terduduk dikasurnya dan kembali menyentuh bibirnya, ya bibirnya yang telah dicium secara mendadak oleh Ryan.

Entah mengapa dia merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang menjalar di perutnya, yang dirasakannya saat ini pun terasa bingung antara merasa sedih karna ciuman pertamanya telah diambil Ryan dan merasa senang karna telah dicium oleh pria tampan seperti Ryan. Entahlah dia merasa seperti abg labil yang baru merasakan cinta.

'Tok tok'

Ryan mengetuk pintu kamar Shasa dan Shasa membuka pintunya lalu hanya kepalanya yang muncul untuk menjawab ketukan dari pria itu. Melihat itu pun Ryan merasa gemas seakan ingin memeluk dan merasakan gadis itu lagi walaupun hanya dibibir, seperti tadi.

Sambil berdehem lalu Ryan mengatakan "kau tidak ingin makan? Aku baru saja memesan pizza". "Duluan lah aku akan menyusul segera". Lalu Ryan beranjak pergi dan kembali berkutat dengan pesanannya yang baru saja tiba. Ryan duduk di salah satu kursi panjang yang terdapat di ruang tamu itu, kemudian Shasa menyusul dengan celana hotpans andalannya dan baju yang panjangnya hampir menutupi hotpansnya itu yang menambah kesan 'sexy' dan 'menggemaskan' diwaktu yang bersamaan.

Lalu Shasa duduk tidak jauh dari Ryan berada setelahnya dia langsung mengambil sepotong pizza dan memakannya dengan khidmat. Tetapi Ryan yang berada disisi sebelahnya hanya memperhatikan tingkah gadis itu dengan seksama dan lagi gairah itu muncul, melihat Shasa yang hanya mencepol rambutnya asal dan memperhatikan leher jenjangnya yang putih dan mulus

Tanpa Shasa sadari Ryan sudah berada tepat disampingnya, merasa terus diperhatikan Shasa menoleh dan betapa kagetnya dia wajah Ryan tepat berada didepan matanya, Menepis jarak diantara keduanya Ryan mencondongkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Shasa lalu ciuman itu kembali terulang lagi namun ciuman ini terasa lebih panas dan lembut, Ryan mengulum bibir Shasa dan semakin memperdalamnya.

Keduanya saling menikmati ciuman itu lalu Ryan mengangkat tubuh Shasa dan menaruhnya di atas pangkuannya, dengan reflek Shasa mengalungkan lengannya di leher Ryan dan terus mengulum bibir satu sama lain Shasa pun bisa mengimbangi ciuman liar Ryan yang terkesan panas.

Lalu Shasa pun tiba-tiba melepaskan ciuman itu karna kehabisan oksigen dari ciuman panas itu. Dengan napas ngos-ngosan keduanya saling menatap tanpa menghilangkan jarak diantara keduanya, ibu jari Ryan mengusap bibir Shasa yang membengkak merah dan basah karna ulahnya. Karna keduanya telah diliputi birahi akibat ciuman panas yang baru saja mereka lakukan. Ryan tiba-tiba mengatakan sesuatu yang mengejutkan bagi Shasa. "Sha, will you be mine?" Terkejut akan pernyataan Ryan, namun Shasa menganggukan kepalanya pelan dengan rona merah diwajahnya, lalu berkata "yes i will"

Rasa bangga pun melingkupi kedua insan tersebut, tanpa kata Ryan kembali melanjutkan ciumannya yang sempat terhenti tadi.

Namun kali ini ciumannya benar-benar lembut tapi tetap memiliki kesan yang panas dalam ciuman itu. Kuluman demi kuluman mereka lakukan hingga, dirumah besar yang hanya berisikan kedua orang itu terdengar suara cecapan panas dari ciuman mereka. Dan membangkitkan kejantanan Ryan yang sudah mengerah dibawah sana.

Dengan polosnya Shasa menghentikan ciuman itu lagi dan berkata "sepertinya ada sesuatu yang mengganjal dibawah sini" dan 'hap' Shasa menyentuh dan menekan kejantanan yang sudah berdiri tegang itu, 'Ahhh' erangan lolos dari bibir Ryan, Shasa yang masih belum sadar akan tindakan bodohnya itu masih terus menekan dan menggenggamnya "kau sengaja membuatnya lebih bangun lagi ya" dengan seringai mesum dan tatapan gairah yang sangat tinggi, baru lah Shasa tersadar akan tindakannya ini dan dia baru sadar bahwa sesuatu yang mengganjal itu adalah kejantanan Ryan yang sudah mengeras dibalik celananya.

"Ah maaf aku aku ti-tidak tau kalo itu emm anu" dengan malu dan gelagapan Shasa pun bangkit dari atas pangkuan Ryan. Tetapi Ryan menahannya sehingga Shasa masih berada diatas pangkuan Ryan. Dengan seringai nakal Ryan berusaha menggoda gadisnya, Ah kata itu lagi, terasa sangat pas dalam benaknya.
Kau haru tanggung jawab karna telah menyentuhnya dan membuatnya 'bangun' sayang.

Kemudian tanpa menunggu jawaban dari Shasa, Ryan kembali melumat bibir Shasa yang sudah membengkak merah itu dan mengulumnya lagi dan lagi, seakan bibir itu sekarang menjadi candu untuknya.

Disela-sela ciuman itu tangan Ryan mengusap punggung Shasa berulang kali dan perlahan menuju kearah dua gundukan yang kenyal itu. Ryan menggenggamnya yang dirasa sangat pas di kedua telapak tangannya, lalu meremasnya pelan

Desahan dari Shasa pun keluar 'enghh' lalu tanpa membuang kesempatan itu, Ryan terus meremasnya dan mengacaknya dari luar baju yang dikenakan oleh Shasa.

Dan perlahan tangan itu menyusup masuk kedalam baju Shasa kembali meremasnya lalu dengan berani Ryan melepas baju yang dikenakan oleh Shasa, dan dua gundukan itu tepat berada di depan matanya yang tampak sangat berisi di balik bra berenda berwarna pink yang dikenakannya.

Tanpa melepas pandangannya dari dada padat berisi yang dimiliki oleh Shasa, Ryan mengecup di puncak dadanya di balik bra pink berenda itu.

Tampak jelas keduanya telah merasakan birahi yang amat sangat memabukkann.

My Wild ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang