☘Prolog

5.8K 606 6
                                    

Trigger warning; suicide and self-harm

.

Cha Minhyuk ꟷatau biasa dipanggil Pak Chaꟷ terbangun di tengah malam karena mendengar suara jeritan. Istrinya, Seunghye, yang terbaring di sebelahnya kini mengambil posisi duduk, menarik selimut hingga ke dada dan menggenggamnya erat karena ketakutan.

"Suamiku, apa itu tadi?"

"Aku juga tidak tahu," katanya.

"Kalau begitu pergi dan cari tahu, suamiku!" Seunghye berteriak anggun sambil mendorong suaminya.

Mengerang pelan, Pak Cha akhirnya menuruti istrinya yang cantik. Dia bangkit dari tempat tidur dan mengenakan jubah dan sandalnya. Jeritan itu masih bisa terdengar. Keras dan penuh rasa sakit.

Dia melangkah keluar dari apartemen, melihat jika beberapa penyewa juga telah menjulurkan kepala keluar dari pintu apartemen mereka masing-masing.

Beberapa orang bertanya kepadanya ꟷselaku pemilik gedung apartemenꟷ mengenai apa yang sedang terjadi, tapi dia juga tidak punya jawaban untuk pertanyaan mereka.

Di beberapa pintu, para orang tua terlihat mengintip ke lorong dengan anak-anak mereka yang sudah memakai pakaian tidur. Para ibu menggendong anaknya yang masih kecil, sedangkan para ayah berusaha melindungi keluarga mereka dengan berdiri di depan. Semua orang tampak takut dan bingung.

Hanya satu pintu yang belum dibuka dan Pak Cha langsung tahu jika itu adalah apartemen yang disewa oleh seseorang bernama Lee Taeyong.

Apa teriakan itu berasal dari sana?

Pak Cha meragukannya.

Pasalnya, Taeyong selalu menjadi penghuni yang paling tenang, tidak pernah membuat masalah dengan penyewa lain, dan selalu membayar sewa tepat waktu.

Sekarang, jika diingat-ingat lagi, Pak Cha baru sadar jika tidak sampai lima kali rasanya dia pernah berbicara dengan pemuda Lee itu selama hampir tiga tahun. Selain saat pemuda itu menemuinya karena sedang mencari apartemen, lalu saat dia pertama kali pindah, dan tiap kali dia membayar sewa.

"Sebenarnya ada apa?"
"Dari mana asal teriakan tadi?"
"Siapa yang berteriak?"

Semua orang terus melihat ke atas dan ke bawah lorong mencari sumber teriakan. Atau setidaknya penjelasan.

Setiap pintu sudah terbuka, kecuali satu. Semua orang melihat satu-satunya pintu yang belum dibuka itu penasaran.

Suasana mulai tenang sekarang. Suara jeritan pamjang tidak terdengar lagi, hanya beberapa ringisan pelan dan kaca pecah.

Pak Cha menelan ludah kasar. Dia menarik jubah tidurnya lebih erat dan berjalan menuju pintu.

Beberapa pria dan wanita dewasa keluar dari apartemen mereka dan mengikutinya, tapi kebanyakan lain tetap diam di tempat mereka ꟷtanpa memalingkan mata.

Pak Cha menoleh ke belakang dengan gugup dan sedikit dibuat tenang karena keberadaan pria-pria besar dan para ibu-ibu yang mendukungnya.

Dia mengetuk pintu dengan keras.

"Taeyong ssi? Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Dia berteriak, dan suara jeritan berhenti tiba-tiba. Membuat semua orang semakin yakin jika asal suara teriakan itu, memang dari sana.

"Taeyong ssi, aku akan masuk."

Dia berkata sambil memutar kenop pintu tapi... terkunci. Pak Cha menepuk saku jubahnya seolah-olah berharap menemukan kuncinya di sana.

No LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang