Beep.
Beep.
Beep.
Beep.
'What the hell?'
Bunyi beep konstan terdengar menyerbu telinga dalam kegelapan, menenangkan pikiran Taeyong. Dia perlahan membuka matanya dan mengernyit ketika melihat kilauan cahaya putih.
Sejenak, dia berfikir dia berhasil masuk ke surga terlepas dari apa yang telah dia lakukan. Tapi kemudian dia merasakan nyeri yang membakar di sekitar kedua pergelangan tangannya.
Taeyong mengerang dan mencoba menelan rasa kering dan serak di dalam mulut dan tenggorokannya.
'Kenapa? Kenapa aku bisa masih hidup, Tuhan, kenapa?'
Dia memaksa matanya terbuka dan melihat sekeliling.
Taeyong seketika tahu dia ada di rumah sakit dari jarum infus yang tertancap di lengan kanannya. Lalu dari seprai putih bersih tempat dirinya terbaring. Ada kursi sofa di seberang ruangan, di sisi lain ada televisi menempel ke dinding. Menyala, tapi dibuat tanpa suara.
Dia menyadari kemudian bahwa lengan dan kakinya diikat ke sisi besi tempat tidur ꟷcukup kencang hingga dia tidak bisa melepaskan diri. Khusus untuk bagian pergelangan tangannya yang diperban dibiarkan begitu saja. Mungkin karena meskipun Taeyong mencoba menggerakkan itu, jari-jarinya sama sekali tak menanggapi perintah dari otaknya.
"Kau beruntung bisa selamat," kata suara dari pintu.
Dia berbalik dan melihat seorang dokter berumur, dengan tangan memegang clipboard, masuk.
"Seseorang tidak bisa dikatakan beruntung ketika baru saja gagal melakukan sesuatu, dokter," kata Taeyong. Suaranya kering dan serak. Dia benar-benar haus. Belum lagi mulutnya yang terasa tidak enak.
"Bahkan jika sesuatu itu adalah percobaan bunuh diri?"
Dokter tadi bertanya tenang sambil memeriksa beberapa mesin di sebelah tempat Taeyong terbaring.
"Terutama ketika kau... mencoba melakukan itu."
Taeyong menelan ludah. Dia merasa malu pada apa yang telah dia coba lakukan.
"Kalau begitu, anggap saja kami yang beruntung karena kau selamat, Taeyong ssi."
Dokter itu tersenyum dan berjalan keluar ruangan.
Taeyong menghela nafas dan mencoba melenturkan tangannya bergantian. Tak banyak respon yang dia dapat dari bagian tubuhnya itu selain kedutan kecil yang lebih teras di kanan kiri daripada tangan kanannya.
Seorang perawat berjalan masuk dan mengutak-atik jarum dan selang infus. Dan pada akhirnya Taeyong bisa segera rileks karena rasa sakit dan gatal di lengannya menjadi berkurang.
Terlepas dari apa yang coba dia lakukan sebelum ini ꟷyakni dengan membunuh dirinya sendiri, Taeyong tidak suka jika harus merasa kesakitan.
"Bisakah aku meminta air?" Dia bertanya kepada perawat.
"Tunggu sebentar, sayang."
Perawat itu tersenyum dan meninggalkan ruangan. Dia kembali dengan cangkir kertas yang diisi dengan potongan es tipis. Lalu menaruh beberapa es itu di mulut Taeyong, membiarkannya hingga meleleh sendiri.
Taeyong merasa lebih baik ketika rasa aneh di mulutnya menghilang.
"Aku akan bertanya beberapa hal untuk memastikan informasi tentang latar belakangmu ini benar. Apa namamu benar Lee Taeyong ssi?" Tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer
ФанфикMungkin, Taeyong tak lagi tertarik bunuh diri setelah gagal di percobaan pertamanya. Apalagi setelah dia bertemu dengan Jung Jaehyun dan putrinya yang manis. Tapi, siapa yang tahu? 🕉 BXB 🕉 JaeYong 🕉 Trigger Warning; suicide and self-harm