☘Tiga

2.9K 474 56
                                    

Taeyong memperhatikan ketika perawat mengganti perban di tangannya. Baru satu minggu sejak dia terbangun di rumah sakit dan luka sayatan 'tambahan' yang lebih kecil hampir seluruhnya sembuh, sementara dua luka sayatan yang lebih besar ⚊yang dimaksudkan untuk mengakhiri hidupnya⚊ masih dalam proses penyembuhan.

Ketika perawat itu selesai, Taeyong menekuk kedua tangan kanan dan kirinya sekuat mungkin agar tertutup rapat. Tangan kirinya merespon meski sangat lemah, tapi yang kanan masih tidak bergerak sedikitpun.

Perawat tadi melempar kain kasa bekas ke tempat sampah dan berjalan keluar ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ya, itu adalah si perawat super serius. Makanya Taeyong juga enggan mengganggunya.

Taeyong sudah mempersiapkan diri untuk merasakan kesepian lagi setelah itu, tapi itu tidak terjadi. Sesaat setelah perawat pergi, seorang lelaki cukup jangkung masuk ke kamar.

Rambutnya cokelat gelap dan terlihat halus. Mata cokelat hangatnya terasa familiar meski dia tak bisa menyebutkan pernah melihatnya dimana. Bahunya bidang, dibalut kemeja ketat berwarna biru yang menunjukkan otot sekitar lengan hingga dadanya. Sementara tubuh bagian bawahnya proposional.

Taeyong senang, karena tubuh pria itu tak kelebihan otot seperti para atlet, karena dia justru suka tubuh sejenis ini.

Taeyong terkekeh melihat gambaran sosok pria itu muncul dari balik pintunya dengan raut kebingungan.

"Permisi, aku mencari seorang gadis kecil. Setinggi ini."

Pria itu mengangkat tangannya sekitar paha.

"Rambut diikat dua dan selalu membawa-bawa boneka beruang bernama Swan ke mana-mana."

Pria itu tersenyum, menujukkan dimple-nya. Dan Taeyong langsung mengenali dengan siapa sosok itu terasa familiar setelah mendengar deskripsi orang yang dicarinya.

"Mina?" Taeyong bertanya.

"Ya, para perawat bilang jika dia sering berkeliaran di sini." Pria itu berkata dan mengambil langkah sedikit lebih jauh ke dalam ruangan sekarang ⚊karena dia yakin penghuni kamar ini mengenal putrinya

"Ya, benar." Taeyong melirik jam. "Sebenarnya dia seharusnya datang tak lama lagi. Sudah saatnya dia muncul ke sini dengan membawa Swan di belakangnya." Taeyong tertawa.

Pria itu ikut tertawa tapi menutupi wajahnya untuk menyembunyikan rona merah.

"Aku minta maaf, aku benar-benar berharap Mina tidak⚊"

Dia berhenti sejenak ketika melihat perban di lengan Taeyong. Perlakuan sembrono si perawat yang tidak ikut mengganti perban luka 'tambahannya' yang masih berbekas membuat garis-garis merah kecil di kulitnya sekarang terlihat jelas.

Taeyong merasa malu dan cepat-cepat membalikkan telapak tangan kirinya hingga menangkup di atas tempat tidur. Sayangnya, dia tak bisa melakukan apapun untuk tangan kanannya.

"Kuharap Mina, dia tidak mengganggu dengan datang ke sini terlalu sering," kata pria itu. Dia mencoba menutupi momen keterkejutan sesaatnya, dengan tersenyum pada Taeyong.

"Tidak, dia gadis kecil yang manis. Hanya suka jalan-jalan, bertanya tentang segala hal dan banyak bicara," kata Taeyong. "Kehadirannya tidak mengganggu."

Perasaan malunya mulai mereda dan digantikan oleh perasaan yang menurut Taeyong tidak bisa dirasakannya lagi ⚊bahagia, saat mengingat Mina.

"Baguslah, karena aku tidak bisa sering-sering bertemu dengannya lagi meski ingin. Karena harus bekerja. Sepertinya dia hanya kesepian."

"Ya, Mina pernah menyebutkan itu. Tolong, jangan buat dirimu tidak nyaman di sini. Duduklah."

No LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang