Happy reading...
Yana menatap kedua kakak-beradik yang berada dihadapannya sambil memijat kepalanya yang serasa pusing karena pertengkaran mereka.
"Sean, Devan diam gak. Kalo gak aku pergi aja nih. Aku pusing dengerin kalian tau, mending kalian aja yang pilih cincinnya trus kalian juga yang tunangan. Ahh, Yana pusing" teriak Yana frustrasi mendengar perdebatan kakak beradik yang ada dihadapannya.
Mendengar teriakan frustrasi Yana membuat Sean dan Devan pun menghentikan perdebatan mereka mengenai cincin apa yang cocok untuk Yana. Mereka mempersilakan Yana sendiri untuk memilih cincin pertunangannan nya karena pertunangannan Yana dan Sean hanya tinggal menghitung hari saja.
Yana memilih cincin yang berbentuk sederhana tetapi bergaya elegan untuk dirinya dan Sean.
Devan menatap cincin pilihan Yana dengan penuh minat dan tanpa diduga ia memakaikan cincin tersebut pada jari manis Yana dan menyuruh Yana juga memakaikan cincin milik Sean pada jari manisnya juga.
Sean menatap tingkah adiknya yang mulai aneh, seolah-olah Devan menganggap bahwah dirinya tak ada disini. Ya benar, disini Sean mulai cemburu terhadap keakraban Devan dengan Yana.
Sean melepaskan cincin yang dipakai oleh Devan dengan kasar.
"Devan, jaga batasanmu" tegas Sean.
"Cieeee, bang Sean cemburu tuh Yana. Kayaknya udah mulai keluar aura-aura cemburunya nih" canda Devan tanpa menganggap serius perkataan Sean.
"Dev, jangan gitu. Yang dibilang Sean tadi benar. Seharusnya kamu bisa jaga batasan kamu untuk menghargai aku sebagai kekasih Sean"
"Jadi, maksud kamu aku harus pergi sekarang" tanya Devan lalu pergi dengan perasaan dongkol.
"Bukan gitu maksud aku-"
"Udah, biarin aja Devan pergi. Lagian kita juga butuh privasi" ucap Sean untuk menenangkan Yana.
~~~
Yana menatap punggung Devan yang berjalan jauh didepannya. Ia heran, kenapa setelah pertemuan terakhir mereka kemarin Devan seperti menjauhinya.
Yana berjalan gontai menuju ruangan ia menuntut ilmu. Lalu suara pekikan seseorang membuatnya merasa terganggu.
"Ros, bisa diam gak sih?"
"Ih, Yana. Jangan panggil gue Ros! Nama gue itu R-O-Z-A" eja Roza pada bagian namanya dengan penuh penekanan.
"Terserah,lagian suara lo itu toa" balas Yana cuek tanpa mempedulikan gerutuan sahabatnya itu.
Roza adalah teman masa kecil Yana sebelum ia dipindahkan ke Amerika setelah kematian ibundanya yang menyebabkan ayahnya frustrasi sehingga kakeknya-Daniel Xavier memindahkan dirinya. Karena takut cucu kesayangannya terkena impas atas kefrustasian Adrian-ayah Yana.
"Aliana Xavier, cucunya kakek Daniel, anaknya Paman Adrian, ponakannya paman Arsen, adiknya kak Ra-"
"Ros, berisik tau. Kenapa gak dari buyut gue sekalian lo sebut atau lo mau promosiin keluarga gua kan?" tanya Yana sambil menaik turunkan alisnya berniat menggoda sahabatnya.
"Rencananya sih juga mau nyebut buyut lo, tapi lo beruntung karena waktu lahir gue gak kenalan sama buyut lo. Dan soal promosi-promosian emang lo kira gue sales"
"Dasar tai, lo" ucap Yana tanpa menghiraukan kalau pandangan seisi ruangan mengarah pada dirinya dan juga Roza yang sedang berdebat.
Kedatangan dosen membuat perdebatan Yana dan juga Roza berhenti karena yang sedang mengajar sekarang adalah pak Bambang, dosen yang paling ditakuti oleh seluruh mahasiswa. Sedikit saja terdengar suara, maka ia akan keluar dan memberi nilai seisi ruangan dengan D.
~~~
Yana keluar dari ruanganya setelah berpacu adrenalin. Bagaimana tidak, tadi pada saat jam terakhir pak Bambang menyuruh dirinya menerangkan kembali materi yang telah dijelaskan karena ia menunduk pada saat pak Bambang menjelaskan materi. Bukan hanya tidak menyukai suara bising, pak Bambang juga tidak suka mahasiswa yang menunduk pada saat ia menjelaskan karena ia akan merasa tidak dihargai berada didepan.
"Yana" panggil seorang pria.
"Gue?"
"Ya, nih dari Devan tadi"
"Trus mana Devannya?" tanya Yana setelah melihat kedalam paper bag.
"Dia, udah pergi dari tadi. Kalo gitu, gue pergi dulu ya" ucap pria tersebut
"Thanks" balas Yana.
Yana berkali-kali menatap isi paper bag tersebut, tanpa sadar kalau dirinya sudah sampai didepan mobil Sean.
"Yana, kamu kenapa balak-balik liat isi paper bag itu?''
"Nih, liat aja sendiri" ucap Yana sambil memperlihatkan isi paper bag tersebut pada Sean.
"Dasar Devan, jahilnya gak pernah hilang" ucap Sean yang melihat kalau isi paper bag itu ternyata foto-foto Yana yang sedang memperhatikan Devan dari jauh dengan raut wajah yang menyedihkan plus stiker-stiker aneh.
"udah, gak usah kamu pikirin tingkah aneh Devan. Mending kita pikirin aja persiapan pertunangannan kita" ucap Sean menyentuh wajah Yana lalu ia mengecup kedua pipi Yana dan berakhir di kening Yana.
Tok-Tok-Tok
Suara ketukan kaca mobil Sean.
"Maaf, Tuan - Nyonya. Dilarang cium-ciuman didepan kampus karena saya selaku perwakilan jomblo ngenes iri" ucap orang yang telah mengetuk kaca mobil Sean .
"Dasar, Ros. Pergi loh" ucap Yana dengan kedua pipi yang memerah.
"Ciiiieee, merah pipinya" goda Roza lalu lari terbirit-birit menuju supir yang telah menjemputnya tanpa mendengarkan sumpah serapah dari Yana.
~~~
21 Juni 2019
Love u reads
Jangan lupa vote dan komen!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ?
Romancekepulangan ku, ke Indonesia ternyata membawa dampak buruk bagi hubungan ku dengan kekasihku. Aku sama sekali tidak menyangka, Kalau adik dari kekasihku bisa mencintaiku bahkan mau menjalin hubungan gelap denganku dibelakang kekasihku, tentunya. Ta...