2

5.1K 341 49
                                    

Tampak seorang perempuan tengah berjalan di antara bunga - bunga kesayangannya yang tertanam rapi pada taman kecilnya. Perempuan berambut panjang, lekuk tubuh indah bak seorang model yang terbalut dress putih menambah keindahannya.

Perempuan itu berjalan lebih cepat menuju dalam rumah saat melihat mobil yang baru terlihat memasuki halaman rumahnya.

"Dimana suamiku?" Tanya perempuan itu pada seorang pria.

"Beliau langsung menuju kamar, Nyonya" jawab pria tadi.

Perempuan tersebut mengangguk mengerti dan berbalik menuju lantai atas dimana kamar yang dimaksud pria tadi berada.

"Kau sudah pulang?" Tanya perempuan tadi saat melihat suaminya tengah melepaskan jasnya.

"Begitulah"

"Aku merindukanmu..." Perempuan tersebut mendekat, memeluk sang suami yang baru saja melepaskan jas nya.

"Aku juga merindukanmu Mook" bisik sang suami pada istrinya, membuat sang istri tersenyum lebar.

"Kau sangat bau" Mook melepaskan pelukannya.

"Ah, mandikan aku!" Goda sang suami.

"No! Kau akan meminta lebih jika aku meng-iyakannya." Tolak Mook lembut, sedikit mendorong tubuh suaminya menuju kamar mandi di ujung kamar.

"Astaga, kan aku suamimu? Kenapa tak boleh?"

"Katanya tadi lelah?"

"Tidak ada kata lelah jika untuk mandi bersama" sang suami menarik Mook kedalam dekapannya, memundurkan sedikit wajahnya sebelum mencium mesra sang istri.

"Eenhhh...." Mook sedikit melenguh saat suaminya menyibakkan dress yang dikenakannya.

"Lakukanlah sayang, kumohon..." Mook membiarkan suaminya menciumi bibirnya.

Sang suami mendorong Mook hingga terjatuh di atas ranjang, dengan gerakan lembut sang suami menindihnya, mencium bibir, leher yang terekspos.

Mook hampir melepas semua pakaiannya sebelum sang suami menahannya.

"Tok" "Tok" "Tok"

"Tuan Krist, tuan Guy telah sampai" ujar seseorang di balik pintu kamarnya, menganggu Krist dan Mook yang tengah di atas ranjang.

"Suruh dia menunggu!" Perintah Krist.

"Sebaiknya kau menemuinya dulu..." Ujar Mook.

"Maafkan aku Mook..." ujar Krist menciumnya cepat.
.
.

Di belahan negara lain, sore ini Singto tampak duduk di kursi cafe dekat jendela. Pemandangan Milan selalu membuatnya terkesima. Pasangan muda mudi berjalan ke sana kemari menikmati senja di kota itu.

Singto tak pernah bosan berada di kota ini, tidak akan bosan hingga ia akan mengingat sang kakak di Thailand.

"Kau selalu duduk disini sendiri. Tak ingin membawa kekasihmu kemari?" Tanya seorang pria mengganggu ketenangan Singto, yang tak lain pemilik cafe ini.

"Kau tau aku tak memiliki kekasih. Bagi rokoknya Earth..." Ujar Singto setelah menggelengkan kepalanya.

"Lusa aku akan kembali ke Thailand. Mau pulang bersama?" Tawar Earth setelah menyerahkan rokoknya.

"Lusa? Thailand? Hahahaaa" Singto tertawa, tapi Earth tak melihat tawa itu, karena kedua mata Singto tak ikut tertawa.

"Masih belum ingin pulang?" Tanya Earth.

"Milan lebih indah dari Thailand" ujar Singto sebelum menyalakan rokoknya.

"Tawarkan negara lain, dan aku akan ikut. Aku tak akan menginjakkan kakiku di Thailand jika dia belum menyuruhku pulang" lanjut Singto setelah menyalak rokoknya.

Choice? (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang