Tiga

3.8K 225 8
                                    

"Assalamualaikum." ucap Aslan saat baru saja tiba di rumahnya

nampak Aisyah dengan kerudung panjang nya yang tengah asyik membuat kue di dapur, hingga tak sadar bahwa putranya telah berdiri di sampingnya.

"Astagfirullah, Kamu tuh ya ngagetin ibu aja." ujarnya sambil mengusapkan tangan nya ke dada.

"Aku nggak ngagetin."

"Tapi dengan kamu berdiri di samping ibu, terus diem aja ya sama aja itu namanya ngagetin ibu sayang." paparnya

"Udah ucap salam tadi, tapi Ibu diem aja."

"Massa, ibu nggak denger."

"terlalu fokus."

Aisyah tersenyum, putranya memang seperti itu, cenderung pendiam dan berbicara hanya seperlunya saja.
awalnya Aisyah gemas sendiri dengan sifat putranya ini, dan dia yakin kalau sifat putranya ini menurun dari ayahnya yaitu Ali Ibrahim rasyid.

"Iya ibu terlalu fokus tadi, soalnya lagi mau bikin kue lapis legit. oh ya kamu mau.?" Tawar Aisyah, akhir-akhir ini ia memang lagi gemar untuk membuat bermacam-macam kue khas Indonesia, dari mulai lapis legit, bika ambon dan lain-lain.

"Mau, nanti Aku makan."

"Harus dong, kalau engga Ibu ngambek sama kamu."

"Nanti juga baik sendiri."

"Kamu kan tau sendiri kalau ibu paling nggak bisa marah sama putra kesayangan ibu ini." ucap Aisyah sambil mengacak pelan rambut anaknya.

"Oh jadi Arumi bukan kesayangan ibu gitu.?" ucapan gadis yang baru saja sampai itu langsung mengalihkan perhatian Aisyah dan juga Aslan.

gadis yang tengah memasang wajah cemberut itu, nampak menggemaskan dengan seragam abu-abu yang melekat di badannya.

"Kamu udah pulang dek.?" Tanya Aisyah.

Dari pernikahannya dengan Ali, dia memang memilik dua anak yaitu Ali ibrahim rasyid, dan putrinya yang satu ini yaitu Arumi Arrasyid. Arumi sendiri persis seperti Aisyah, dari mulai mata, hidung sampai sifatnya tak jauh berbeda. memang benar buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya.

"Udah dong Bu."

"Ucap salam makanya kalau udah balik." unjar Aslan lalu berjalan ke arah arumi, dan mencubit kedua pipi adiknya yang chubby ini.

"Duh kak, sakit tau. nanti kalau pipi arumi tambah gede gimana? pokoknya kakak harus tanggung jawab.!" keluhnya, dia memang paling tidak suka jika ada yang mencubitnya apalagi di bagian pipi. dan parahnya kakaknya itu sering sekali mencubit pipinya.

"Nggak gimana-gimana, iya kan bu.?" jawab Aslan

Aisyah tersenyum hangat, mengusap dengan sayang kepala putrinya yang di balut kerudung berwarna putih ini. "Iya sayang, kakak kamu juga ada benernya dek. harusnya kalau sampai ke rumah tuh ya salam dulu."

"Arumi udah salam tadi, eh nggak ada yang jawab. pas Arumi masuk ke dalam rupanya ibu sama kakak lagi asyik ngobrol."

"Yaudah maafin ibu sama kakak ya, oh ya ibu buat kue lapis legit hari ini. gimana kamu mau nyobain.?"

mata Arumi seketika langsung berbinar mendengar ucapan dari ibunya "Mau bu, mau banget malah."

"Katanya nggak mau chubby, tapi di kasih makanan nggak nolak." sindir Aslan

"Astagfirullah kak, nggak boleh gitu. makanankan rezeki dari Allah. nah kalau Allah kasih Rezeki kita tuh nggak boleh nolak, malahan harus bersyukur."

"Dasar." kata Aslan yang gemas dan kembali mencubit ke dua pipi adiknya ini, setelah itu dia langsung berlari menuju kamarnya

"Kakak pipi Arumi sakit...!"

Aslan dan AsyikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang