Delapan

3.2K 172 2
                                    

Sebagian orang menganggap hari senin adalah hari yang paling menyebalkan. mungkin, karna hari senin adalah hari dimana segala aktivitas yang biasa mereka jalankan harus kembali di mulai.

Biasanya Asyika tak pernah membenci hari senin, tapi tidak untuk hari ini. senin pagi ini Asyika sudah mendapat musibah, bagaimana tidak, di tengah perjalanan menuju kampusnya tiba-tiba saja si merah-motornya mogok. dan alhasil saat ini Asyika seperti orang hilang yang berada di pinggir jalan.

Dia sama sekali tak tau harus berbuat apa, ponselnya kehabisan baterai, sehingga dia tak bisa menghubungi ayahnya. rasanya kalau seperti ini dia ingin sekali meminjam pintu ajaibnya doraemon, dan langsung berada di kampusnya.

Jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, sedangkan dirinya ada kelas jam setengah sepuluh nanti. Allah, tolong. Asyika akhir-akhir ini dirinya sudah terlalu sering telat, masa sekarang harus telat juga.

Asyika pasrah dia kini duduk di pinggir jalan, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya. dia terlonjak kaget dan matanya langsung membulat sempurna saat melihat siapa yang kini berdiri di sampingnya.

"Kamu.?" katanya dan langsung berdiri.

Yah, cowok itu adalah Aslan. kenapa dia sering sekali muncul tiba-tiba. perasaan tadi Asyika masih sendiri, lalu sejak kapan Aslan ada di sampingnya?

Sedangkan Aslan tak tau kenapa dirinya bisa berakhir seperti ini, di tengah perjalanannya menuju kampus tak sengaja dia melihat gadis yang sedang duduk sendirian di pinggir jalan, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti berniat untuk membantu, siapa tau gadis tersebut sedang dalam masalah.

Tapi saat dia menepuk pelan pundak gadis tersebut, dia juga sedikit terkejut karna ternyata gadis yang duduk di pinggir jalan itu adalah Asyika. gadis yang tempo lalu dia temani karna takut hujan.

Walaupun dia sedikit terkejut, Aslan langsung mengatur Mimik wajahnya, dan diabhanya menaikan sebelah alisnya sebagai jawaban.

"Ngapain di sini.?" Tanya Asyika.

"Harusnya yang nanya gitu Gue.!" jawab Aslan dan jangan lupakan nada judes yang terdapat dalam setiap ucapannya.

"Kamu nggak liat kalau Aku dari tadi duduk? eh tunggu, mata kamu belum rabun kan.?"

"Maksud Gue, Lo nggak kuliah.?"

"Kuliah kok, tapi si merah tiba-tiba aja mogok, emang nggak tau sikon banget. padahal aku ada kelas setengah jam lagi, kenapa si merah harus mogoknya sekarang coba, nggak nunggu nanti aja gitu pas aku udah di kampus." tanpa sadar Asyika malah menumpahkan kekesalannya kepada Aslan.

"Tunggu, si merah? maksudnya.?" Tanya Aslan dia sama sekali tak mengerti makna dari si merah yang gadis itu ucapan.

"Motor Aku."

"Jadi Motor Lo punya nama.?"

Asyika hanya mengangguk sebagai jawaban, sampai sebuah senyuman kecil tercetak di wajah Aslan.

"Yaudah naik." Lanjutnya dan langsung berjalan menaiki motornya.

"Naik apa coba? kan tadi aku udah bilang kalau si merah mogok."

"Motor Gue, Lo emang nggak mau kuliah.?" Balas Aslan, dia kini sudah duduk manis di motornya sedangkan Asyika masih diam di tempat.

"Mau."

"Yaudah makanya naik."

Setelah Aslan mengucapkan kalimat itu baru Asyika mulai melangkah pelan mendekati Aslan.

"Tapi nanti si merah gimana.?"

"Nanti Gue telpon orang bengkel, biar mereka yang ambil si merah lo itu." Balasnya

Aslan dan AsyikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang