Boleh kami minta mereka kembali?

621 63 13
                                    

Donghae memandang kedua lelaki yang sedang duduk tertunduk dihadapannya. Kedua tangan ia lipat didepan dada, wajah manisnya sudah memerah dengan dada kembang kempis menahan emosi.

Pikirnya.. Bagaimana bisa kedua lelaki ini tega membuang anak kandung mereka ke panti asuhan?

Lalu, sekarang mereka datang dan malah meminta si kembar kembali.

"Apa itu benar?" Taehyung bertanya, kedua mata anak itu sudah memerah, kedua tangannya mengepal sangat erat.

Ia marah, sangat..

"Maafkan kami.. Maaf." lelaki yang berambut agak panjang menangis, kepalanya menengadah. Dengan wajah merah dengan cucuran air mata, lelaki itu memandang Taehyung sayang. Mereka punya rambut yang sama, bergelombang. "Papah udah berusaha cari kalian, tapi kita malah kehilangan jejak kalian."

"Papah apanya?" Jungkook si anak yang biasanya polos sekarang tampak seram dengan nada bicaranya yang ketus. "Mana ada orang tua yang tega buang anaknya sendiri? Mana ada?" Jungkook ikut menangis. Entah kenapa, melihat lelaki berbibir tebal itu menangis membuat dadanya sakit.

Jungkook sangat ingin memeluknya, tapi ia tahan.

"Maafkan kami." lelaki disebelahnya berujar. Ia peluk tubuh suaminya, berusaha menenangkan aang suami yang sebenarnya tidak suka jika dibentak. "Itu salahku. Aku menikahi suamiku diusia kami yang masih terlalu muda. Aku tidak tau bahwa suamiku memiliki kelainan." tangan kanannya terulur, mengusap lembut kepala sang suami sayang. "Aku tidak tau kalau dia memiliki ovarium. Aku tidak tah bahwa suamiku bisa hamil jika dibuahi." Donghae perlahan merasa iba. Dia paling tidak kuat jika sudah menyangkut urusan anak remaja. "Kau tau.. Kami berhubungan lalu dua bulan setelahnya mendapat kabar bahwa suamiku hamil." menghela nafas, mengusap sebelah matanya yang nyaris meneteskan air matanya. "Aku senang, kami senang. Tentu saja. Siapa yang tidak senang mendapat kabar bahagia seperti itu? Tapi disitulah masalahnya." lelaki berpipi gembil itu menoleh pada Taehyung dan Jungkook dan tersenyum sangat tulus pada kedua anaknya. "Kami terlalu muda, dan aku tidak punya pekerjaan tetap, aku hanya karyawan kontrak dan diberhentikan saat kontrakku habis. Gaji yang aku terima juga tidak seberapa, apa lagi setelah tau bahwa anak yang akan kami dapatkan dua." beralih menatap Donghae yang sudah mulai berkaca-kaca pada kedua pelupuk matanya. "Kami sangat ingin merawat mereka. Tapi setelah memikirkan sulitnya kehidupan kami, kami tidak tega. Kami ingin anak kami mendapat hidup layak, makan yang teratur, pendidikan yang tinggi, tidur di tempat yang Bagus." terkekeh sebentar masih sambil mengelus kepala suaminya. "Bukan di sebuah flat kecil yang hanya beralaskan tikar dan berbantalkan lengan seperti kami. Kami tidak mau."

"Jadi kau memutuskan meninggalkan anakmu di panti asuhan? Begitu?" Donghae bertanya dan lelaki iti mengangguk.

"Kami menitipkan mereka pada adik sepupuku yang mengelola panti itu. Kami berpesan, bahwa akan menjemput mereka saat kami sudah hidup berkecukupan, dan kami berjanji akan memberikan mereka kehidupan yang sangat layak. Kami tidak mau mereka merasakan kehidupan seperti kami." Jungkook dan Taehyung saling lempar pandang. Keduanya mulai meneteskan air mata.

Kedua orang tua kandungnya benar-benar memikirkan nasib mereka.

"Tapi gak gitu juga caranya pah, dad.." Jungkook mengusap air matanya. Sepertinya si bungsu mulai menerima dan mengerti alasan kedua orang tuanya melakukan itu.

"Maaf.. Maaf.." lelaki berambut agak panjang terus menangis sesenggukan, kepalanya masih tertunduk takut. Ia takut kedua anaknya akan membenci dirinya dan suaminya.

"Pah.." Taehyung bergumam, si sulung mendekati papa kandungnya, bersimpuh dihadapan sang papa sambil memeluk pinggang papa kandungnya erat. "Kami ngerti. Abang Tae sama adek Kookie ngerti kok pah.." Jungkook mengikuti, bersimpuh pada sisi lain, ikut memeluk lelaki yang sejak tadi ingin ia peluk.

Pelukan mereka dibalas. Ketiganya menangis sejadi-jadinya.

"Aku Lee Chunji." si lelaki berpipi tembam memperkenalkan diri pada Donghae.

Donghae mengusap wajahnya yang basah. "Saya Lee Donghae." sahut Donghae dengan senyum manis merekah diwajahnya. "Lalu suami anda?"

Chunji melirik suaminya. "Anh Daniel." kembali fokus pada Donghae lalu tersenyum. "Lee Daniel."



























*
*
*



























"Jadi kita mau pergi ke Jepang? Beneran?" kedua mata Jungkook berbinar bahagia. Sejak dulu anak iti sangat ingin pergi ke Jepang, dia sangat ingin melanjutkan perguruan tinggi disana. Tapi mengingat papah Dongahenya yang tidak terlalu punya, Jungkook selalu memendam keinginannya.

"Iya.. Kami akan menyekolahkan kalian disana. Gimana?" Niel mengelus kepala Jungkook yang masih betah memeluknya, sedang Taehyung sedang berbincang dengan sang daddy.

"Abang Tae gak nyangka kalo abang punya daddy!  Kayak Jongin 'kan Kook?" Chunji tertawa. Kedua anaknya bertingkah sangat lucu dan sopan. Donghae sangat baik dalam hal mengasuh anak rupanya.

"Gimana Donghae-ssi? Boleh kami ajak mereka? Boleh kami minta mereka kembali?" Niel memandang Donghae dengan pandangan penuh harap. Ia tau Donghae merasa sangat berat untuk merelakan kepergian si kembar.

Donghae mengangguk. "Mereka punya kalian, aku cuma bantuin jagain mereka buat kalian." Jungkook dan Taehyung merubah wajah ceria mereka. Mereka juga tidak rela jika harus berpisah dengan sang papah angkat, tapi bagaimanapun, mereka sudah menemukan orang tua kandung mereka. "Tapi.." Donghae kembali mengusap wajahnya, menyamankan posisi duduknya. "Ijinkan kami bersama sampai kelulusan si kembar. Hanya sampai itu."

Niel tersenyum. "Kamu juga boleh ikut pergi tour sekolah sama mereka Donghae-ssi. Itu hak kamu, kamu yang udah nyekolahin mereka. Mereka masih punya kamu sampai sebulan kedepan." Jungkook mengeratkan pelukannya pada tubuh papah kandungnya. Ternyata papa kandungnya sangat baik dan sangat pengertian.

"Beneran dad?" Taehyung bertanya pada Chunji dan Chunji mengangguk. "Huaaa.. Kita akan manfaatkan waktu sebulan itu dengan sangat baik. Iya 'kan Kook." Jungkook mengangguk dengan mata terpejam, pelukan papa kandungnya sangat hangat dan nyaman, seperti pelukan papah Donghaenya.

"Sebulan? Itu gak terlalu lama?" Donghae bisa saja berteriak kegirangan, tapi ia tutupi karena malu.

"Kami masih nau liburan dulu di Korea. Tapi kami gak akan nginep disini kok, kami gak akan ganggu momen kalian bertiga." Chunji mengangguk. Sekali lihat saja Chunji sudah tau kalau kedua anaknya memiliki perasaan lebih pada papah angkat mereka.

"Makasi.. Sebulan itu akan kita pakai dengan baik." Donghae tersenyum. Si kembar beranjak dari tempat mereka, beralih menerjang dan memeluk Donghae sambil menghujamkan kecupan-kecupan kecil pada seluruh wajah Donghae.

Chunji merapatkan tubuh pada suaminya, sebelah tangan menelusup pada punggung sang suami, memeluknya dari samping. "Setelah mereka lulus kuliah, kita lamar Donghae buat mereka." berbisik tepat ditelinga kanan Niel. Niel menoleh pada sang suami, tersenyum lalu mengangguk.

"Hihi.. Kita sayang deh sama papah Donghae!!"

"Iya.. Iya.. Papah Donghae juga sayang sama kalian."




















































Sunday, 9 June 2019

9:54 WITA
















To be continued..

I'm being targeted with my two sons {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang