awal perjalanan

10 0 0
                                    

Garis-garis jingga mulai terlukis di langit, menampakkan keindahan langit di sore hari. Bel pulang berbunyi memenuhi setiap sudut lorong kelas, membangunkan kembali semangat siswa siswa yang kian memudar. suara riuh anak anak mulai terdengar,semua siswa berhamburan keluar kelas menuju gerbang dan tempat parkir.

"Ran tungguin gue!" Seru Angga, sedikit berlari,menyusul Rania yang kian menjauh. Rania menoleh "Apa?".
"Lo harus jelasin dulu!" Ujar Angga lagi, yang kini sudah berdiri di hadapannya.
Rania berdecak "jelasin apalagi sih ga, gue kan udah bilang itu cuman coretan biasa".
"kalo itu cuman coretan biasa, lo nggak mungkin seserius itu ngerjainnya,gue gak bodoh ran, pasti lo lagi ngerjain sesuatu"
Rania berdecak, Angga benar,ia tak sebodoh itu untuk percaya begitu saja  kalau itu hanya coretan biasa,lagi pula Ia sudah terlanjur melihatnya,dan Rania tak bisa apa apa lagi selain menjelaskan yang sebenarnya.
"Oke, gue bakal jelasin tapi lo janji, lo gak bakal bilang gue aneh atau gila,terus lo gak boleh kasih tau anak anak yang lain"
"iya gue janji".Angga mengangguk spontan.
Rania menatap serius wajah Angga,mencari keraguan dalam dirinya, namun nihil, wajahnya penuh keseriusan,ia benar benar ingin mengetahui yang sebenarnya.
"Oke,tapi sebelum itu gue mau tanya dulu".Angga kembali mengangguk dengan mantap."ga,lo percaya kalo semua yang ada di kehidupan ini,semuanya adalah misteri?,termasuk diri kita sendiri". Rania mulai serius menjelaskan apa yang ada di pikirkannya selama ini. Angga mengernyit "Maksud lo?"
"ikut gue!" Rania menarik lengan seragam Angga,berjalan menuju cermin yang tertempel di dinding dekat tangga.
"bisa,gak usah tarik-tarik seragam gue?"  Ucap Angga ketus, ketika ia sudah sampai di depan cermin.
"Iya iya maaf" Rania menarik tangannya dari seragam Angga. Angga berdecak."ngapain lo bawa gue ke sini?".
"Ga, apa yang lo liat di cermin itu?" Tanya Rania tanpa basa basi.menunjuk pantulan dirinya dan Angga di dalam cermin.
"Lo gila ya? pertanyaan itu masih lo tanyain, anak tk aja bisa jawabnya"
"Tuh kan, tadi janjinya gak bakal bilang gue gila, lah sekarang, yaudah ah gue pulang aja". Rania memutar tubuhnya,hendak pergi meninggalkan Angga,namun urung karna sesuatu menahan ujung belakang kerudungnya.
"Iya iya gue minta maaf, janji nggak bakal gitu lagi" ujar Angga,dengan tangan yang masih menempel di kerudung Rania. Rania memutar tubuhnya hingga tangan Angga terlepas dari kerudungnya.menatap Angga tajam.
"Jangan pegang pegang kerudung gue, atau lo mau gue tonjok!" Ancam Rania,menunjukkan kepalan tangannya.Angga hanya menggelengkan kepala,baru kali ini ia bertemu dengan gadis seperti Rania.
"yaudah ah cepetan, jelasin semuanya!" Titah Angga tak sabar. Rania mulai serius kembali.
"Yaudah lo dengerin baik baik apa yang gue ucapin, gak boleh protes sedikitpun". Angga berdehem menyetujui.
"Sekarang lo liat,liat baik baik orang yang ada di pantulan cermin itu". Angga memandang lekat wajahnya di cermin. 
"terus lo tanya, siapa dia, siapa diri lo yang sebenarnya,dan kenapa lo ada?" Bagai terhipnotis oleh perkataan Rania, sesuatu telah merubah jalan pikirannya. Namun, sayangnya ia masih tidak mengrtai apa yang Rania katakan. 'Benar-nenar anak yang aneh', gumamnya. Namun, ia tetap pura-pura paham dengan apa yang gadis didepannya katakan. Angga mematung, seketika pikirannya buntu tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan Rania.
"Gimana,Lo gak bisa jawabkan?".Rania tersenyum miring.
"Ini gila Ran" Angga menggelengkan kepala tak percaya, Masih menatap dirinya di pantulan cermin.
"Iya ini emang gila, tapi akan lebih gila lagi kalo kita gak bisa nemuin semua jawaban itu. Lo pikir,kita hidup selama ini,di bumi ini,ngadepin semua masalah yang datang,tangisan, rintihan,senyuman dan semuanya.tapi kita gak tahu siapa kita,gak tahu kenapa kita disini, gak tau apa tujuan kita disini. Buat apa? Kita kaya orang gila tahu gak?,berjalan dengan begitu percaya diri, menganggap semua yang kita lakukan benar, tapi untuk tahu siapa diri kita aja kita gak tau?,itu yang gila!".
Rania tersenyum miris,membuat Angga lagi lagi membisu. Semua yang dikatakan Rania masuk akal.
"Sekarang lo liat itu". Rania menunjuk langit bergradasi orange di atasnya, menatapnya lekat, diikuti oleh pandangan Angga.
"Gue yakin ada hal menakjubkan dibalik langit itu yang kita gak tau, ada sesuatu yang hendak diungkapkan langit itu, ada pelajaran berharga di dalamnya. Lo percayakan Tuhan gak akan nyiptain satu hal terkecil pun dengan sia sia,dengan main main. Itu tandanya ada sesuatu dibalik semua yang nampak ini". Angga mengangguk, semua yang dikatakan Rania memang masuk akal. Ia tak habis pikir kalau Rania bisa sampai berpikir ke sana.
"Kenapa lo sampai bisa mikirin ini semua?" Tanya Angga, menoleh sekilas pada Rania yang masih menatap langit.
"Karna gue penasaran sama kemampuan kakek gue yang bisa liat apa aja yang ada dipikiran orang lain. Ketika itu gue tanya sama kakek kenapa bisa gitu,gimana caranya, dan kakek bilang kita harus kenali dulu diri kita dengan baik, benar benar harus tau siapa kita tanpa dibumbui sudut pandang manapun termasuk sudut pandang kita sendiri. Kenali dengan baik siapa yang telah menghendaki segala sesuatu atas diri kita,Minta agar dibukakan semua hijab yang selama ini menutupi apa yang tersembunyi.  dengan begitu semua hijab akan tersingkap, yang sebelumnya tersembunyi akan terlihat. Gitu katanya" Tutur Rania panjang lebar. Angga menyimak dengan baik setiap kata yang keluar darinya.
Rania memicingkan mata ketika pandangannya menangkap sebuah objek yang sedari tadi ia tunggu. "Kak Andri" gumamnya.
"Eh Ga, gue duluan ya,ada urusan penting". Rania menghentak pergi tanpa menunggu jawaban dari Angga.menuruni anak tangga dengan cepat. Angga menatap punggung Rania yang kian menghilang, dengan tatapan yang sulit diartikan.
...
Ruangan 7×6m² itu didominasi warna biru tua dengan poster besar grupband favoritnya yang tertempel di dinding. di atas nakas di samping kanan tempat tidur terdapat beberapa figura foto dirinya bersama keluarganya dan sebuah lampu tidur,Sebuah lemari dengan cermin juga terdapat disamping kiri tempat tidurnya,Satu meja belajar dekat jendela, dan satu lemari besar berisi buku buku di sampingnya. Di sana juga terdapat keyboard,gitar,dan speaker. Di dinding di hadapan tempat tidurnya tertempel sebuah televisi berukuran sedang,dan di bawahnya terdapat sebuah lemari berisi beberapa vidio game dan beberapa kaset kumpulan lagu dan film favoritnya.
  Angga merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. menatap langit langit kamar yang berwarna putih. Apa yang dikatakan Rania telah mengganggu pikirannya. Dari mulai tentang identitas diri yang sebenarnya,sampai tentang sikap Rania yang aneh begitu melihat Andri. Entah kenapa ada sesuatu yang mengusiknya ketika melihat Rania dan Andri. Kakaknya sendiri. "Arrrrrghh!"Angga mengacak kasar rambutnya."kenapa juga sih gue harus mikirin cewek aneh itu, kenapa gue gak suka liat dia bareng Andri coba?!". Angga mengusap wajahnya kasar. Perasaannya aneh tiba tiba. Moodnya memburuk.
"Tapi apa yang dibilang cewek itu bener juga, banyak misteri di kehidupan ini, ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh dunia tapi kita tak bisa memahaminya. Arrrrggggh.. Apa sih, kenapa gue jadi ikut ikutan aneh?! sial dia bener bener udah cuci otak gue, gue jadi kepikiran terus!" Gumamnya frustrasi, kembali mengacak rambutnya.
"Tok,,tok,,,tok!"Suara ketukan pintu membuyarkan semua yang dipikirkannya. Angga bangkit dari rebahannya.menoleh ke arah pintu.
"Den, kata tuan makan dulu!" Seru bi minah dari balik pintu.
"Hem,,nanti"teriak Angga tak berminat.
"Iya den"jawab bi minah, setelah itu suaranya tidak terdengar lagi. Angga beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
...
"Rania gak mau ngaji ah, capek!".Rania membantingkan tubuhnya di atas sopa panjang di ruang keluarga.
"Loh kok gitu, kamu harus semangat dong,gak boleh males, katanya mau kayak kakek" ujar ayahnya yang duduk di sampingnya.
"Nanti aja ah, Ran capek yah!" Rajuk Rania yang langsung mendapat gelengan kepala oleh ayahnya.
"Nggak, kamu harus ngaji, atau mau ayah sembuhin penyakit males itu pake Ramuan khusus punya ayah."
"apaan?"
"Balon" ayahnya terkekeh ketika melihat ekspresi Rania yang langsung berubah,wajahnya memucat seketika.
"Iiiiiih, ayah jahat, yaudah Rania pergi ngaji, tapi ayah yang harus nganterin ke pengajian. Rania males ngendarain motor"ucap Rania mengerucutkan bibirnya.
"Iya, nanti ayah yang anterin putri ayah yang cantik ini ke pengajian" ujar ayahnya, mengelus lembut Rambut Rania.
"Ya udah kamu ganti baju dulu, terus siap siap!"seru ayahnya yang dihadiahi anggukan oleh Rania. Rania beranjak menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Knight Above The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang