Eps. 3 : Seorang Pecundang

77 7 12
                                    

CHAPTER I
Episode 3 : Seorang Pecundang

~~~

          "Tuan Alex Elvano, saya ingin membuat anak dengan Anda!"

Deg ...

Apa-apaan perkataannya itu?!

Aku menarik tangan sedikit menyentak agar genggamannya lepas. Mataku melotot menatap manik mata kecoklatan gadis itu. Dia sedikit terkejut atas sikapku. Tampak dari gelagatnya yang seakan bingung harus menanggapi apa.

Aku berdiri, dia mengikuti, kini wajahnya ditundukan. Takut, atau hormat, entahlah itu tidak penting sekarang.

"Kupikir, kamu berbeda dengan yang lainnya ... ternyata sama saja!" bentakku. Dia tetap bergeming.

Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang-orang di dunia ini. Apakah hal ini lumrah dan sudah menjadi kebutuhan bagi seluruh wanita di sini. Abnormal!

"Sialan! Kupikir dia gadis yang berbeda." Kembali aku mengumpat dalam batin, setidaknya agar tidak menyakiti hatinya.

Aku memutar tubuh, kembali menarik tudung untuk menutupi kepala, hendak melangkah pergi. Namun, tentu saja dia akan mencegahku. Kurasakan jubah ditahan dari belakang, membuatku harus berhenti sesaat. Kemudian kembali memutar tubuh.

"Ada apa la—"

Blam!

Ugh!

Bogem mentah mendarat tepat ke muka. Seketika aku limbung dan jatuh ke tanah. Hidung terasa perih dengan darah segar yang mulai keluar. Reina ... dia yang melakukannya?!

Aku menatap ke atas, siluet seorang gadis tampak berdiri gagah. Kilat merah tampak dari matanya. Aku mencoba berdiri tapi rasanya badan ini begitu berat untuk segera diangkat. Seolah ada benda berat yang menahan tubuh.

"Reinaaa!!!" teriakku sebisanya. Namun, ia malah mengarahkan tangannya ke wajahku, aku bisa melihat seperti ada bola berwarna hijau yang berputar-putar di telapaknya. Aku yakin itu jenis bola energi yang berasal dari tenaga dalamnya. Kupikir kekuatan semacam ini hanya ada dalam film anime, ternyata di dunia ini juga ada. Sekarang mengancam nyawaku.

"Alex, untuk sementara kau istirahat saja dulu!" ucap Reina dengan nada bicara yang jauh berbeda dari sebelumnya. Dia benar-benar penyihir!

Bola tenaga tadi semakin besar hingga dengan sedikit dorongan, membuatku semakin pusing. Pandangan mengabur hingga kemudian seluruh indra beku. Tak terasa. Hampa. Kegelapan menyelimuti pandangan.

***

          "Hoi, bocah nolep! Ngapain lu sekolah, sampah lu!"

Tawa mengikuti hinaan mereka. Aku hanya diam. Membiarkan wajah-wajah memuakkan itu semakin melonjak. Menindas. Menatapku sebagai binatang tak berguna.

Aku akan terus mengingat wajah mereka! Wajah-wajah penuh kebiadaban itu.

Mereka berdiri mengitariku, melontarkan berbagai hinaan yang kini bagai dengung suara lebah saja.

"Nolep!"

Aku diam.

"Anak haram!"

Menikahlah Denganku! [VOL. 1] (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang