Deru suara teriakan dan geraman memenuhi seisi bumi, suara mereka yang berseteru berperang satu sama lainnya dari bawah langit.
Tampak bumi rusak, pepohonan ikut terserang, taman-taman penuh darah, potongan-potongan daging berserakan. Seperti itulah penampakan bumi dari langit. Aku tak paham dengan mereka.
"Baiklah, wahai para malaikat, makhluk terpilih yang mulia. Inilah saatnya kita menunjukkan ketaatan kita pada-Nya!"
Gemuruh semangat para malaikat terdengar seantero langit.
"Jangan sisakan satupun, kita habisi para perusak semesta!"
Sekali lagi menyulut semangat mereka.
"SERANGGG!!!!!!" teriakku membuka pintu pembasmian.
Ribuan malaikat turun bersamaan dan aku di belakangnya.
Satu persatu mulai menghabisi penduduk bumi.
***
"Lihatlah, bangsa daratan mulai bertingkah seenaknya hidup di sini. Tak tau malu, mereka pikir siapa yang membantu mereka membangun bangunan-bangunan tinggi itu, cih." ucap petinggi bangsa langit.
"Kita tak bisa membiarkan mereka hidup seenaknya. Terlebih lagi mereka memonopoli perekonomian antar bangsa. Itu merugikan kita. Siapa yang mau hidup dengan kerugian. Aku tak mau." rekan di sampingnya ikut mengompori.
Bangsa daratan, begitu mereka menyebut makhluk berbentuk manusia setengah hewan darat. Bangsa lautan, untuk manusia setengah ikan. Bangsa langit, untuk manusia setengah burung.
Bangsa langit mereka mulai merundingkan permasalahan bangsa daratan di bukit yang tinggi tanpa pepohonan tapi tetap dibumbui keindahan dengan air terjun sumber air paling utama di bumi. Mereka dipimpin oleh sosok manusia elang bernama Garuda. Atau orang Mesir biasa menyebutnya Horus.
Sedangkan bangsa daratan yang dipimpin Anubis mereka bersekutu dengan bangsa laut yang dipimpin Aqua untuk bersama sama membangun peradaban laut dan Leumurian. Di samping itu mereka juga berencana menyerang bangsa langit karena iri dengan kemampuan mereka terbang dan membangun peradaban modern saat itu.
Sementara bangsa jin berlomba-lomba mengambil alih kekuasaan saat petinggi-petingginya memasuki usia senjanya. Sistem yang berlaku di masyarakat jin adalah siapa yang terkuat dia yang memimpin.
***
14 tahun sebelum Adam diciptakan, tepat saat peperangan dimulai.
Tampak dua kubu saling berseberangan, masing-masing panglima bertemu di tengah-tengah Medan perang. Wajah penuh persaingan nampak jelas menempel pada raut muka keduanya.
Sesaat setelah berdialog memutuskan pertarungan, keduanya mundur beberapa langkah seraya mengangkat tangan kanan mereka.
Tak lama, peperangan dimulai setelah keduanya mengepalkan jari jarinya pertanda isyarat perang dimulai.
Teriakan demi teriakan menggema, perang berlangsung mengerikan. Bangsa langit unggul di bawah kepemimpinan Garuda atau Horus. Mereka mampu dengan mudah menghindari serangan lawan dengan kemampuan terbangnya.
Di sisi lain bangsa jin tak ada persekutuan di antara mereka. Hanya keserakahan dan ambisi yang memenuhi jiwa mereka. Saling membunuh satu sama lain, menumpahkan darah di alam ghaib yang bertempatkan di bumi.***
"Hey siapa mereka.. eh i-itu apakah mereka berada di pihak bangsa langit? Sialan." pikir seorang minotaur, manusia berkepala banteng ketika melihat makhluk bersayap bergerombolan turun dari langit.
Bukan hanya bangsa daratan, seluruhnya merasa terkejut dengan kehadiran para malaikat. Terutama bangsa langit, mereka mengira ada pengkhianatan dari bangsanya sendiri.
Sementara itu, aku menonton mereka terlebih dahulu di atas bukit yang kebetulan ada gerombolan kambing di sana.
"Hmm... Inilah saatnya aku menghentikan semua hal yang mengganggu pikiranku selama ini." batinku.
__________________________________________
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Sang Fajar
Historical FictionHey ! Aku ingin kalian semua mencoba berimajinasi bagaimana rasanya mempercayai hal yang bertentangan dengan apa yang telah kita percaya dari kecil hingga dewasa. Timbulkan dalam diri kalian sendiri sebuah keadaan pikiran yang berbeda sehingga sejar...