↪delapan

167 25 1
                                    

setelah seminggu gak ada interaksi baik disekolah maupun di rumah, akhirnya, dengan nyali yang udah dia kumpulin, dia beraniin diri buat ngechat anindya duluan.

nin🌼

nin |

belum ada jawaban. padahal pesannya udah terkirim dari lima belas menit yang lalu.

dia berusaha berfikir positif. barangkali, anindya lagi sibuk beresin kamar. ah, tapi mana mungkin? rohaninya aja kelewat berantakan tapi gak dirapihin.

line!

nin🌸

| ?

dih |

| ?

maaf |

| ?

maaf |
gue minta maaf |

| pnsi

panggilan gratis ke nin🌸

"nin."

📞 "paan?"

"maaf, nin. serius dah."

📞 "y."

"serius, nin."

📞 "y, ok."

"masih mar-"

tut.

"anying anin apaan banget anjeeeeng!"

nyoba ngefreecall lagi gak diangkat, dichat gak di bales. rajendra kudu apa?

yes, betul. samperin kerumahnya.

setelah make kaosnya, rajendra langsung ngacir bagaikan avatar kerumah tetangganya itu.

tanpa permisi, tanpa ngetok, tanpa salam, tanpa malu, rajendra nyelonong masuk.

tiba-tiba udah sampe aja di dalem kamar anindya. gadis itu lagi duduk baca buku.

"nin, gue minta maaf."

anindya gak ngerespon.

"liat gue napa, nin."

masih gak ngerespon.

akhirnya, rajendra ngedeketin anindya. berdiri di samping kursi yang gadis itu pake buat duduk.

matanya natap puncak kepala gadis itu.

kemudian, dengan gerakan lembut, kedua tangannya menangkup pipi anindya dan mengangkat kepala gadis itu pelan.

"nin, gue minta maaf."

masih dengan sama; menangkup pipi anindya.

"serius dah, nin. gue minta maaf."

sebenarnya, anindya udah maafin dari awal kejadian itu. tapi seneng aja ngerjain rajendra.

"sekali lagi, gue minta maaf."

"siapa?" tanya anindya

"gue."

"siapa?"

"rajendra sanwara senja."

"iya, rajendra sanwara senja kenapa?"

memajukan sedikit wajahnya, rajendra mempertipis jarak diantara mereka.

"sanwara minta maaf sama anindya."

tanpa bisa ditahan, senyum anindya mengembang. tangannya dengan refleks melepas genggamannya pada buku yang tadi ia baca.

sekarang, tangannya sibuk mengelus punggung tangan milik rajendra; milik sahabatnya.

begitupun rajendra. dia memanfaatkan waktu ini untuk menatap wajah gemas anindya; menatap wajah gemas sahabatnya.

"jadi, dimaafin kan?" tanya rajendra

anindya tersenyum dengan megah, melepaskan tangan rajendra yang masih setia menyentuh pipinya.

"karena gak mungkin kan, kalo anindya gak maafin sanwara-nya?"

adhgksieklsfr.

🎡

tangan anindya mengusap luka di wajah rajendra dengan hati-hati. berusaha untuk tidak lebih menyakiti lelaki itu lagi.

"masih sakit gak, san?"

"enggak sekarang mah."

"kemarin, darah lo banyak banget."

"biasa aja, kan laki."

"gue tonjok lagi, nih."

rajendra ketawa, tangannya ngusak rambut anindya.

"nin, apa kabar?"

"apaan sih? kayak gak ketemu lama aja."

"iya, kan? lama, kan? seminggu."

"dih. seminggu doang."

"lama itu, nin. gue kangen."

"hah, apaan?"

"kangen."

"siapa?"

"gue."

"oh, iya gue."

"hah? maksudnya?"

"sama."

"apanya?"

"gue juga. kangen."

kemudian, mereka saling memunggungi satu sama lain untuk menyembunyikan senyum kebahagiaan.

Hai !!
Aku tari, penulis dari cerita
'Dwiwarna | San ATEEZ'. Salam kenal yaa ^^

Maaf kalau cerita ku gak sebagus cerita
yang author lain buat. Akan aku usahain
untuk bisa lebih baik dari yang sekarang ini :)

Terimakasih untuk kalian yang udah
baca, komen, dan like yaa !!
It means a lot !! I wuf ya !! ❤

Akun ku sekarang pindah yaa bukan
yang ini lagii hehehe
Yang mau temenan, ayoo di @bitcxy

Makasih yaa i luv yaa!! ♥♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dwiwarna | san ateezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang