Feodor duduk di kursi kosong mes dengan membawa kotak makan siang. Seoang gadis yang ia temui sebelumnya ada di sana. Dia sedikit mengangkat kepala, dan mengeluh ketika melihatnya.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Tiat, dia terlihat kesal.
"Tidak ada tempat kosong," gerutu Feodor, sama kesalnya seperti Tiat.
"Bukannya ada meja yang khusus buat petugas? Tolong duduk di sana saja."
"Pakai matamu, coba. Perwira Menengah semuanya makan di sini untuk alasan yang tidak aku tahu, dan itupun bukan meja yang besar, jadi tidak ada tempat buat orang sepertiku duduk di sana."
"Hmph, masa iya itu–" Tiat menoleh ke sudut mes yang dimaksudkan Feodor. Pundaknya pun turun. "Beneran."
"Makanya," kata Feodor tanpa sedikitpun merasa senang. "Aku makan di sini hari ini."
"Ya sudah deh," gerutu Tiat. Setelah kalah bicara, dia mengarahkan atensinya pada bumbu yang berjejeran di meja mereka.
Karena mes milik Divisi Ke-5 selalu menjadi tuan rumah bagi lidah berbagai ras berbeda, bumbu-bumbu ini selalu siap digunakan. Karena makanannya hampir tidak pernah dibumbui dulu sebelumnya, ini menjadi metode bagi pengunjung untuk memperkenalkan apapun rasa yang dianggap mereka enak.
Tiat memilih beberapa toples dan menaruhnya di depan Feodor. Ada moster bubuk, merica, bawang putih, garam, herbal, dan sesuatu yang sepertinya lemak babi.
"Dari kiri ke kanan, tiga, dua, empat, tiga, satu, dua," tanpa ekspresi Tiat mengatakannya. "Supaya rasanya lebih banyak dan mendingan, tambah toples paling kanan tanpa dicampur dengan yang lain."
Feodor mengangguk dan menuruti instruksinya, kemudian mereka mulai memakan.
"Begitu, ya," ucapnya setelah beberapa menit berlalu. "Meskipun ini menipu ujung lidahku dengan kepahitannya, cara bumbu terakhir menyatu dengan herbalnya membuat rasa yang cukup kuat untuk menyembunyikan rasa dan bahkan bau dari makanan dasarnya? Lumayan untukmu yang belum lama makan di sini."
"Kan? Kan?" angkuh Tiat, reaksinya tidak sesuai dengan penilaian yang Feodor berikan. "Heheheh..."
"Tapi ini terlalu spesifik," lanjutnya. "Karena kau selalu dengan ras yang mirip denganku, pemikiranmu jadi sempit, kan, ya?"
"Hah?" Tiat mengeluarkan suara ketidakpuasan seperti ceret teh yang mendidih. "Apaaaa? Kalau katanya kamu ini pemikirannya luas, kenapa kamu enggak bikin sesuatu yang lebih enak?!"
"Hmph." Ia tidak perlu sampai repot-repot. "Cukup tambahkan saja setengah sendok yang ada di dalam toples hitam di sana.
TIat mengambil toples yang ia tunjukkan, lalu memiringkan kepalanya untuk membaca sepintas ketika dia memmbukanya. Sontak dia tersentak dan teriak.
"Iiiihhh?! B-bau apa ini?! Ini buat manusia hewan, ya?!"
"Kau cepat mengerti, ya," canda Feodor. "ini dibuat dengan memfermentasikan jeroan hewan. Karena baunya tahan lama, hati-hati jangan sampai kena baju."
"K-kamu ingin aku makan ini?!" Dilihat dari air mata yang ada di ujung mata Tiat, jelas sekali dia sudah menghirup banyak bau isi toples itu. "Serius? Kamu gila, ya? Kami mana bisa makan hal beginian!"
Feodor mengangkat bahunya. "Pergi sana kalau kau tidak mau, atau tidak usah makan saja. Aku tidak begitu peduli."
Ekspresi Tiat beruabah tak karuan saat melihat ke dalam toples itu, pikirannya berkonflik antara membiarkan Feodor menang atau mengambil umpannya. Akhirnya dia mengeluarkan sebuah raungan dan memasukkan sendoknya ke dalam toples.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shuumatsu Nani Shitemasuka? Mou Ichido Dake, Aemasuka? (Sukamoka)|Indonesia
FantasyApa yang Kamu Lakukan Saat Akhir Dunia? Sekali Lagi, Boleh Aku Bertemu Denganmu? (終末なにしてますか? もう一度だけ、会えますか?) adalah sekuel dari seri Novel Ringan bahasa Jepang, Apa yang Kamu Lakukan Saat Akhir Dunia? Sibukkah? Bisa Tolong Aku? (終末なにしてますか? 忙しいですか? 救っ...