Kebencian mengisi dunia merah yang membentang menutupi seluruh permukaan.
Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Sungguh, aku tidak akan lupa. Suatu hari, aku pasti akan membunuhmu.
Lebih dari sekedar deklarasi, itu adalah sebuah ikrar pada surga. Tidak dimaksudkan untuk didengar oleh siapapun, maupun tertinggal pada ingatan seseorang. Selama percikan api dari arang yang penuh dengan kebenciannya masih menyala pada seseorang - dia - perjanjian ini adalah perjanjian yang tak dapat dibatalkan yang ditujukan pada dirinya sendiri yang paling terdalam.
Decur. Bunyi dari sesuatu yang hancur.
Decur. Bunyi dari sesuatu yang dihancurkan.
Dia mendekatkan tangan ke wajahnya. Sesuatu yang tampak seperti sampah melekat padanya. "Kalau aku perhatikan dirimu dengan sangat, sangat seksama, dengan dekat, cuma... itu saja. Kamu tahu, aku pernah akrab denganmu, pernah juga tertawa denganmu. Temanku yang berharga, yang sangat dekat denganku hingga kuanggap setara."
Dia tertawa.
"Entah kenapa..."
"...Aku merasa..."
"...gembira..."
"...wajahku... senyumanku..."
"...tampak..."
***
"...COLL-"
Dia terbangun dengan tiba-tiba, mendengar sebuah suara kuat yang terasa dekat dengannya. "...on...?"
Dia meremas dadanya, merasakan jantungnya yang gelisah dan berdetak kencang. Ah... aku bangun karena teriakkanku sendiri. Aku tidak mengiranya.
"Kamu beeerisik banget..." Dari kasur di atas, Tiat menggumam dalam tidurnya. "Bikin raket malam-malam... sudah, dong..."
"Maaf," dia meminta maaf dengan pelan, dengan pemikiran bahwa peri lain mungkin tidak mendengarnya.
Mengingat insiden tempo hari, sekali lagi dia merasa sangat bersyukur Tiat bisa selamat. Mungkin Tiat berpikir kalau mereka semua akan mati dalam tiga bulan, dan cepat-cepat untuk membuat kematiannya lebih berarti. "Aku ingin mati supaya setidaknya satu temanku bisa tetap hidup, meskipun hanya sehari." Mungkin itulah yang Tiat harapkan.
Dia mengerti juga perasaan itu. Dia juga ingin Tiat hidup lebih lama lagi, lebih dari tiga bulan kedepan.
***
Rantholk telah menceritakan semuanya. Peri hanyalah bayangan dari jiwa seorang anak kecil, seseorang yang mati sebelum mereka mengerti apa itu mati. Diantara Leprechaun-Leprechaun yang ada, hanya segelintir saja yang dibuat dengan jiwa yang cukup besar sebagai bahan dasarnya.
Meskipun dia tidak begitu mengerti apa maksudnya, dia teringat saat ketika dia lahir. Ketika itu, dia hanya sedikit merasakan kalau ada sesuatu yang besar yang lain di sana, tersembunyi di dalam kegelapan.
Jika jiwa yang tersesat adalah sosok asli mereka, maka jiwa-jiwa ini pasti punya sejarah mereka sendiri. Jika sebuah sejarah terdapat di dalam jiwa, maka pasti pun ada ingatannya.
Mungkin ingatan yang mereka miliki hanyalah sementara. Jika dia membangkitkan kembali ingatan yang semestinya tersembunyi di dalam jiwanya, maka dia akan langsung menghilang.
Sama saja seperti kematianku.
Atau mungkin sesuatu yang lebih buruk dari kematian.
***
Dia ingin minum air. Berdiri dari kasurnya, dia berjalan ke tempat di samping perapian untuk mengambil sebuah kendi yang telah ditinggalkan di atas sebuah meja kecil. Masih ada air di dalamnya. Dia pun menuangkannya pada sebuah gelas.
Saat dia meminum airnya, tibat-tiba saja dia melihat cermin yang ada di dinding.
Dia diberitahu kalau cermin seperti ini menempel pada tembok di semua ruangan yang ada di penginapan ini. Pernah tersirat di pikiran untuk melepasnya, namun cermin ini telah dipaku ke tembok dengan kencang, sehingga sulit untuk melepasnya. Dia juga takut kalau mereka tanya, "Kenapa kamu tidak mau melihat cermin?" Akhirnya, dia pun tidak bisa mengikuti keinginannya sendiri.
Seorang gadis bermata merah terefleksikan di cermin.
Dia merasa seakan gadis ini sedang melihatnya. Bibir si gadis berubah jadi senyuman tanpa adanya rasa senang.
Dia terkesiap, dan cepat-cepat menutup mulutnya dengan kedua tangan, tanpa sengaja juga dia menjatuhkan gelasnya. Gelasnya jatuh ke karpet dan berputar tanpa bersuara hingga berhenti.
Tubuhnya rubuh ke lantai, dia menutup matanya dan menangis.
Enggak, aku ingin menghancurkan mataku. Aku ingin mengeluarkannya! Kalau itu bisa memperbaiki semua ini, aku akan melakukannya!
Seseorang yang tidak aku kenal ada di sini.
Ingatan asing, perasaan asing, hasrat asing, semuanya mengisi diriku.
Dan itu bukan pertanda baik, bukan untuk kami.
Pada hari itu, Lakhesh Nyx Seniorious sama sekali tidak tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shuumatsu Nani Shitemasuka? Mou Ichido Dake, Aemasuka? (Sukamoka)|Indonesia
FantasyApa yang Kamu Lakukan Saat Akhir Dunia? Sekali Lagi, Boleh Aku Bertemu Denganmu? (終末なにしてますか? もう一度だけ、会えますか?) adalah sekuel dari seri Novel Ringan bahasa Jepang, Apa yang Kamu Lakukan Saat Akhir Dunia? Sibukkah? Bisa Tolong Aku? (終末なにしてますか? 忙しいですか? 救っ...