Mimpi Buruk

86 7 0
                                    

"Eko...., kenapa kau tidak pulang disaat Ibu membutuhkanmu?!" Ucap Ibu Eko yang wajahnya sudah sedikit membusuk, sebelah matanya bahkan sudah sedikit keluar dari sarangnya dan hampir copot.

Eko yang sedang tertidur di kasur, kaget melihat ibunya yang perlahan berjalan menghampirinya. Saat sudah dekat, kedua tangan ibunya mendekati wajah Eko.

"Ibu...." Gumam Eko, tidak peduli walaupun wajah ibunya sudah menjadi seperti itu. Eko masih merasa bersalah karena telah membunuhnya,

"KENAPA KAU MEMBUNUHKU!!!!" teriak ibunya yang mencekik leher Eko dengan kuat

Khuck!

Uhuk!

Eko yang tidak bisa bernapas meronta-ronta sekuat tenaga, ketika dia ingin melepas cekikan ibunya dengan kedua tangannya. Tangannya ternyata diikat ke ujung pilar kasurnya bersama kakinya.

'Sial! Apa ini? Apa ini mimpi?' gumam Eko yang masih kesakitan.

Mata Eko mulai memerah, urat-urat yang ada dilehernya membesar memaksa meminta oksigen dari luar. Dengan kuat Eko menggigit lidahnya sampai berdarah karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit dari cekikan Ibunya yang sangat kuat.

Wajah Ibunya tersenyum lebar ketika mencekik Eko, berkata "Tidurlah sayang..." dengan pipinya yang sudah bolong terlihat gigi putihnya yang mulai menguning dan mengeluarkan belatung

Pandangan Eko mulai menggelap karena tidak ada oksigen yang dipompa ke otaknya, matanya mulai kabur sampai semuanya berubah hitam.

"EKO!..." teriak seseorang

"Uwahhhhhrgghhh.......!" Eko berteriak sekuat tenaga sambil meloncat dari bangku tempatnya duduk didalam mobil. Tubuhnya berkeringat dingin, nafasnya tersengal-sengal dan matanya melotot karena masih trauma dengan kejadian barusan.

Eko dengan tergesa-gesa membuka jendela mobil, dengan segera dia memuntahkan semua isi perutnya sampai lambungnya terasa nyeri.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Linggo yang sedang menggantikan Eko menyetir mobil, sedangkan Abdul menepuk-nepuk punggung Eko.

Tanpa sadar tepukan yang diberikan Abdul sangatlah keras sampai membuat Eko terbatuk.

"Su-sudah cukup.. Dul sudah" pinta Eko menahan lengan Abdul yang masih terus menepuk punggungnya, tidak, lebih tepatnya memukul punggungnya

"Ah... Oke" balas Abdul dengan wajah tanpa dosa

"Ada dimana kita sekarang?" Tanya Eko

"Ahh Kita sekarang sudah berada di area perkotaan, tapi ada yang aneh. Kita belum bertemu manusia semenjak kita berangkat tadi" jawab Linggo

" dan juga sebaiknya kita mencari pom bensin untuk mengisi bahan bakar mobil" lanjut linggo menunjuk kearah speedometer tempat penanda bahan bakar mobil yang jarumnya sudah berada di huruf E yang berarti Empty.

"kalau begitu kita cari pom bensinya tapi, Y-yah hahaha sebenarnya aku tidak hafal jalan daerah perkotaan" Jawab Eko gugup sambil tertawa canggung

"Hah???, lalu bagaimana caranya kita ke pulau Sumatra?" tanya Linggo Kaget, bahkan Abdul hampir tersedak ludahnya sendiri

"Kupikir kita bisa meminta orang lain untuk menjadi pemandu jalan kita, lagipula Jika ada peta. Aku bisa menghafalnya, tapi kautahu kan? Bahkan google Maps saja sudah tidak bisa kita gunakan" Eko menjelaskan

"hmm, yang kuingat hanyalah pelabuhan merak dikota cilegon, tapi aku tidak tahu jalan kesana" lanjut Eko mengingat-ingat kenangan masa kecilnya ketika mudik ke palembang

"Mungkin kita bisa mencari peta di perpustakaan, atau kita juga bisa mencari orang untuk memandu kita" jawab Abdul

"Kau benar, kita harus pergi ke jakarta terlebih dahulu. Tapi yang paling penting sekarang kita harus mencari pom bensin" tukas Linggo

"Ahh! Lihat itu" Eko menunjuk ke arah rambu jalan bergambar pom bensin dengan tulisan 3KM dibawahnya.

Abdul dan Linggo sontak menoleh ke arah tempat yang Eko tunjuk. Bibir mereka langsung tersenyum bahagia, itu karena mereka tidak perlu berjalan kaki mencari pom bensin jika mobilnya mogok ditengah jalan.

Eko, Linggo dan Abdul yang berasal dari daerah kabupaten pelosok itu akhirnya pergi menyusuri jalan menggunakan mobil ke arah pom bensin tadi. Para zombie yang melihat mobil berjalan dengan kecepatan kencang seperti itu, hanya bisa berteriak dan tidak mengejar.

Akhirnya mereka melihat pom bensin dari kejauhan yang berwarna merah,
Setelah sekitar hampir sepuluh menit menyusuri jalan menggunakan mobil, penunjuk bensin tersebut memberikan sinyal bahan bakar yang sudah mau habis karena sudah berkedip-kedip.

"Linggo Stop!" teriak Eko cepat sambil menarik bahunya, Linggo yang kaget langsung mengerem dengan mendadak dan menghentikan laju mobil.

"Ada apa?" tanya Linggo menoleh kebelakang.

"Lihat baik - baik, ada orang yang menjaga pom bensinnya" Eko menunjuk ke arah pom bensin

Linggo menoleh kearah sana, sambil memicingkan matanya. Terlihat ada sekitar 4 orang disana yang mengenakan pakaian bebas. Terlihat jelas kalau mereka manusia bukan zombie.

Yang membuat mereka kaget adalah, dilengan ke 4 orang tersebut. Mereka mengenggam senapan api.

"Apa itu?, polisi?" tanya Linggo heran

"I- ini, ini mimpi buruk!" Abdul yang dari tadi diam berbicara setelah melihat pom bensin yang ditunjuk Eko

"Apa maksudmu?, apa kau tahu sesuatu?" tanya Eko bingung melihat reaksi temannya itu

"jika dugaanku benar, mereka pasti komplotan penjahat atau gengster yang memonopoli sumber daya. Disetiap game survival zombie pasti selalu ada orang seperti itu." jelas Abdul

"Kau bercanda?, itu hanya delusimu saja wkwk, ini dunia nyata bung" Linggo terkekeh

"kau pikir aku bercanda?, sekarang ini diseluruh dunia sudah tidak ada lagi yang namanya hukum!, tidak ada pemerintah yang bisa mengekang masyarakat. Hal tersebut membuat para penjahat menjadi merajalela, jika dugaanku benar. Mereka pasti mendapatkan senjata tersebut dari hasil menjarah gedung kepolisian atau barak tentara" Abdul menduga duga.

" Atau mungkin, mereka adalah orang-orang baik yang sedang berjaga agar tidak ada zombie yang masuk ke tempat mereka berlindung" Jawab Linggo enteng

"hmm..., dua-duanya masuk akal, sebaiknya kita pergi kesana. Jika memang mereka orang jahat,  kita bisa pikirkan cara mengatasinya nanti. Lagipula kita harus mengisi bahan bakar. Dan lagi, mungkin mereka tahu arah jalan ke sumatra." kata Eko sambil memegang dagunya membujuk Abdul

Akhirnya setelah perdebatan mereka selesai, mereka semua sepakat untuk memeriksanya kesana, walaupun Abdul masih sedikit cemas. terlihat jelas diwajahnya jika dia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Linggo menginjak gas mobilnya lalu pergi ke pom bensin, sedangkan Eko dan Linggo mempersiapkan senjata mereka agar dapat dengan mudah digunakan disaat terdesak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mutan Vs Zombie : Goes To PalembangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang