PROLOG

248 16 9
                                    


Maaf kalo burem, tap titik tiga pojok kanan. Di situ kalian bisa pilih kualitas kontennya ^^

Tidak boleh lemah, apalagi sampai berada di titik rapuh sedetik pun. Harus tetap berjuang demi mengukir kebahagiaan hakiki.

°
°
°

Me POV

Ciater, Subang. Jawa Barat.

Perjalanan sang waktu hari ini mulai bersiap memamerkan pesona asmara-nya. Dari balik puncak pegunungan yang menjulang begitu tinggi, nampak lah bentangan sunrise dengan gradasi birunya awan, berpolet konstelasi jingga memudar, di langit sore ini. Estetika semesta yang tiada tara, sungguh sangat menawan; jelita.

Dikawal oleh cakrawala langit senja. Seorang gadis, bercengkrama menapakkan setiap langkah, dan raganya terduduk diam membumi, pada hijaunya hamparan permadani padang rumput. Seketika, semilir angin kedamaian merembas ke dalam relung hati. Menghadirkan rasa yang begitu tenang karena nyaman. Masyaa Allah, rahmatullah yang tiada terkira teruntuk makhluk hidup-Nya, di seluruh alam semesta, dunia.


Jilbab birunya yang terulur, mengikuti sejuknya alunan arah angin sepoi-sepoi. Jemarinya yang lentik mengeratkan pelukan pada kedua tengkuk kaki yang ditekuk rapat menghadap alam raya.  Bahasa sunyi yang membisu menjadi saksi keagungan jagat raya di hadapannya. Namun, caranya menatap langit senja sore ini sedikit berbeda. Matanya berbinar. Tetapi, raut mukanya sendu. Siapapun yang menerkanya pasti akan tahu, bahwa dia sedang lemah, bahkan terlihat... Rapuh.

***

Flashback On

Anak ekskul Pramuka Putri kelas sembilan, hari ini bercengkrama ria setelah meeting pembahasan safari camp untuk Minggu depan.

Jari-jarinya mulai melayang dan berkutat menekan tombol potret pada kamera DSLR, "Udah siap?" Katanya.

Semuanya mulai siap berpose dan kompak menjawab, "Siap dong, Cisss!"

"Oke, 1 2 3 *Cekrek."

"Lagi dong, lagi!" Rewel salah satu gadis yang sedang memegang bendera kitri.

Anak muda berseragam putih biru itu, sembari memegang benda potretannya menghela nafas, "Huft, iya, iya deh." Dia terus menerus menjepret berbagai gaya para gadis dihadapannya dengan berusaha sebagus mungkin hasilnya.

Setelah sekian banyak potret, siswi yang memakai name tag Hana itu, merebut DSLR yang dipakai Dadang untuk pemotretan tadi. Lalu bersemangat melihat-lihat hasilnya.

"Wih, calon Photograper keren nih. Bagus autofokus fotonya, makasih banyak yah. Ini tuh hitung-hitung kamu latihan nye-kill sejak dini lhoo, yakan Dang?" Ucapnya sambil menaik turunkan halis seraya mengulas cengiran di bibirnya.

Dadang memutar bola mata jengah ke arah lain, dia tahu Hana hanya sedang merayunya, "Dasar ya, teteh mulutnya manis banget si kalo maunya udah diturutin."

Teteh = Panggilan dalam bahasa Sunda, untuk Kakak Perempuan.

Hana cengengesan, lalu menyikut tangan Dadang, "Hehee emang dari lahir udah manis yaa. Tapi, itu aslian bagus kok hasilnya aku ga bohong." Dia melirik teman disebelahnya sambil mengedipkan mata, supaya berbicara.

PRESTASI?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang