Hai Reader's ^^
Selamat mengarungi samudera Aksara ku <3***
Semesta ku, kini baru.
Dunia yang sekejap.
Dunia yang antah berantah.
Dunia yang tak mungkin aku menapak kaki sendirian!°
°
°Me POV
Di perjalanan menuju kota Bandung hujan turun deras, maklum ini memang sudah musimnya.
Dalam kaca jendela mobil membias embun air hujan, Wulan menggambar bentuk segitiga menyerupai gunung Ciater yang bisa Ia lihat jelas berada tepat didepan rumah pohonnya, setiap kali dia kesana.Angan angannya masih bergelut pada memori memori indah semasa kecilnya di Desa Ciater.
Hujan seolah tahu perasaanya kini sedang gelisah. Berat rasanya meninggalkan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari hidupnya."Hmm, Desaa... Kotaa... Semesta ku, kini baru..."
Melihat perbedaan antara dunia luang lingkup desa dan kota begitu drastis, gadis yang melukis dikaca jendela mobil itu menghentikan gerakannya, dan menyenderkan kepala pada bantal leher dengan rileks. Tapi, dia terlihat sedikit cemas.Dia bertanya pada dirinya sendiri. Akan kah kehidupan Wulan diantara gedung-gedung pencakar langit tetap menjamin kebahagiaan nya?
Atau bahkan, Wulan takan pernah berjumpa dengan kedamaian suasana kehidupan seperti di Desa nya?Kantuk pun mulai menyerang kesadarannya, dia lelah dan tertidur pulas. Disampingnya terdapat Salma yang sudah dari awal perjalanan tertidur dengan bantal dipangkuan Wulan, kakinya berselonjor begitu santai.
Aisyah tersenyum melihat kedua putrinya tertidur, lalu ia berbalik kearah kursi penumpang diantara celah kursinya dan disamping kursi kemudi Asep, menepikan selimut pada Wulan dan Salma agar tidak kedinginan karena cuaca di perjalanan ini sedikit buruk.
"Yah?"
"Iya mah?"
"Rumah kita seperti apa sih, mamah penasaran" Kening Aisyah berkerut sambil menatap suaminya yang sedang fokus mengemudi.
"Tenang aja, pokoknya kita tetep akan ngerasa nyaman kok, lagian lokasi Rumahnya juga deket lereng gunung, sengaja aku gak beli Rumah ditengah hiruk pikuknya perkotaan, karena aku pengen kita hidup di Kota, tapi tetap bisa merasakan kehidupan damai di Desa seperti biasanya sayang" Asep tersenyum menenangkan sembari menyetir, tangan kirinya mengelus kepala istrinya yang penasaran.
Mata Aisyah berbinar mendengar ucapan suaminya, dia memang imam yang sangat bijaksana dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
"Yah.. Terimakasih untuk segalanya, Jazakalloh khairan katsiran" Aisyah memegang erat tangan kiri suaminya.
"Wa iyyaki, Ana uhibuki fillah yaa Khumaira" Sontak pipi Aisyah merah merona karena merasa malu sekaligus senang mendengar gombalan manis suaminya yang mengandung Do'a "Aku mencintai mu karena Allah, wahai wanita cantik berpipi merah"
Asep heran dan gemas melihat reaksi istrinya yang masih saja suka merasa malu tiap kali sengaja dia gombali atau di cumbu mesra. Padahal, ikatan suci nan halal itu sudah berlangsung selama 18 tahun lamanya.
***
Bandung, Jawa Barat.Hujan mereda beberapa menit lalu, dan setelah melewati gang terakhir apartemen bertuliskan Plazza Star dan sedikit melaju ke dalam bangunan gedung tersebut yang berakhir disuguhkan pegunungan tinggi serta taman tempat pariwisata, di blok kanan area asri itu terdapat komplek mewah yang berjejer beberapa petak mentereng rumah perpaduan klasik dan modern, menghadap pegunungan.