5. Lelang

206 11 0
                                    

5.

| Lelang |

Acara lelang berjalan lancar walaupun Erwin tidak mendapatkan apapun karena Wina yang menawar tidak memberikannya hak untuk memilih. "Floura tidak akan menyukainya" ujar Wina pada barang pertama yang diinginkan oleh Erwin.

"Tidak cocok untuk hadiah peresmian rumah sakit"

"Terlalu boros"

"Terlalu aneh"

"Tidak pas untuk Afrika"

Dan serangkaian kata yang diucapkan Wina yang harus dituruti Erwin hingga keduanya tidak mendapatkan apa-apa malam ini.

Ketika keduanya keluar ruangan lelang dan melewati ruang lukisan yang dipamerkan tadi, Wina kembali berhenti untuk melihat lukisan itu.

"Kita harus membawa pulang ini, pa" ujar Wina dengan mudah tanpa melihat Erwin Tedjaja yang berdiri diam. "Beberapa kali Floura pernah menyinggung bahwa dia ingin sebuah lukisan yang membuatnya tenang dan merasa seperti dirumah

"Saat itu aku bingung, dan ketika melihat ini, aku tahu maksud istri kamu"

"Ini adalah koleksi pribadi orang Kastara dan mereka tidak melelangnya" jawab Erwin pada Wina.

Erwin sudah menebak bahwa Wina pasti menginginkan lukisan ini. Namun pria itu juga bertaruh pada dirinya sendiri apakah dia bisa membawa lukisan ini atau tidak.

"Maka dari itu kita harus membelinya"

"Mereka tidak akan memberikannya pada kita Wina"

"Kita harus mencobanya"

Erwin kemudian memanggil beberapa orang untuk menghubungkannya pada orang yang dapat bernegosiasi dengannya tentang lukisan itu.

Seorang pria muda datang dengan beberapa orang yang mengikutinya. "Seseorang yang keras kepala ingin membawa pulang Abdullah Suriosubroto malam ini. Apakah aku bisa membelinya?" ujar Erwin pada pria muda itu.

Wina kemudian berbalik untuk ikut berdiskusi dengan pria yang bisa membuatnya membawa pulang lukisan itu—atau tidak.

"Daniel?" ujar Wina ragu.

Daniel tersenyum kemudian menyapa Wina. "Ah, sepertinya nama Saya terlalu mudah untuk diingat dalam pertemuan singkat tadi"

"Jadi Anda adalah pemilik lukisan ini?"

"Secara teknis tidak, tapi pemiliknya mempercayakan lukisan ini pada saya"

"Oh.. tentu saja" balas Wina seperti mengetahui bahwa El bukanlah orang yang mengadakan Kastara.

"Tapi mohon maaf Tuan Tedjaja, lukisan ini tidak untuk diberikan kepada siapapun"

"Maaf kalau aku menyela" Wina maju untuk menggantikan Erwin bernegosiasi dengan Daniel. "Kalau begitu, bisakah kami bertemu dengan pemilik lukisan ini?"

"Dia tetap tidak akan memberikannya"

"Saya akan membelinya dua kali lipat dari harga kalian mendapatkannya"

"Bagaimanapun juga sangat sulit untuk meyakinkan pemiliknya"

Keduanya berbicara sangat serius hingga mengundang perhatian beberapa kolektor yang masih berada di acara lelang ini.

Seorang pria paruh baya berjalan perlahan menuju Daniel dan Wina, diikuti beberapa orang dibelakangnya. "Apakah kamu masih menemui orang-orang yang ingin membeli barang yang tidak kita lelang, El?" suara pria itu menghentikan perdebatan Wina dan Daniel.

Erwin Tedjaja kemudian berhenti mengobrol dengan bawahan yang mengikutinya dan berfokus pada pria itu. "Randy?"

Pria yang baru saja datang itu menoleh dan menatap Erwin dengan seksama. "Erwin?"

"Ternyata benar kamu, Randy. Sudah lama aku tidak mendengar kabar mu" kedua pria tua itu kemudian berpelukan sesaat.

"Aku tidak menyangka akan menemui kamu disini, kita sangat berjodoh"

"Pa...?" panggil Wina pada Erwin yang kemudian dengan cepat memberikan perhatian pada Wina.

"Wina, mari kuperkenalkan pada sahabat karibku saat kuliah dulu. Ini Randy Tjandrawinata, dan Randy, ini Wina salah satu senior lawyer yang kuanggap seperti putriku sendiri"

Dalam hati El sudah menebak kalua Wina adalah salah satu pegawai Erwin Tedjaja.

Wina kemudian menyapa Randy dan memperkenalkan dirinya. "Bagaimana dengan lukisan ini?" tanya Wina pada Erwin.

"Ah benar, kurasa Floura akan sedikit kecewa kalau kita tidak bisa mendapatkannya" ujar Erwin melirik Daniel.

"Oh, kamu menginginkan lukisan ini?" tanya Randy.

"Iya, tapi pria muda itu tidak mau memberikannya padaku untuk ulang tahun pernikahanku dengan Floura"

"Ah Floura. Sudah lama aku tidak mendengar kabarnya." Randy terdiam sejenak menunggu rekasi Erwin. "Dan tentu saja pria muda itu tidak akan memberikannya. Lukisan ini milik ku, dan aku rasa, aku bisa memnerikannya padamu" ujar Randy yang membuat Erwin tersenyum lebar.

"Memang sangat jodoh sekali kita kali ini"

"Ngomong-ngomong, biar aku perkenalkan juga pria muda ini adalah putra sulungku. El, ini adalah pria yang membantu ayah mendapatkan ibu kamu"

"Daniel Om, biasa dipanggil El"

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Sofi?" Erwin menyebut nama istri Randy.

Randy kemudian mengajak Erwin untuk berbicara disebuah ruangan yang lebih private. Dan meninggalkan Wina dengan El yang memandangi lukisan itu.

"Sepertinya saya bisa membawa pulang dia" ujar Wina percaya diri menatap El yang tersenyum mendengarnya.

"Sepertinya begitu. Panggil saja saya El"

"Tentu" Wina kemudian mengulurkan tangannya pada El. "Kita perlu berkenalan lagi"

El kemudian menjabat tangan Wina dan wanita itu mengucapkan namanya sekali lagi. "Wina"

"El"

1. Abdullah Suriosubroto adalah pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-20. Benda lukisan kesukaannya adalah pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran yang dijuluki "" ("Hindia Indah").

2. Gundik adalah istilah untuk pelacur atau wanita simpanan para pria kaya.

Tawaran atau Lamaran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang