20. date

95 9 0
                                    

20.

| Date |

Wina sudah sampai di lobby Tedjaja Town ketika sebuah BMW hitam menghampiriya, dan pengemudi mobil itu keluar menghampirinya.

"El.." sapa Wina pada El yang menghampirinya. El tersenyum membuat banyak mata melihatnya karena ketampanannya.

"Ayo masuk" ujar El setelah membukakan pintu untuk Wina dengan sopan.

Mobil dengan nuansa hitam dan maskulin menjadi kesan pertama Wina pada kendaraan pribadi El.

"Bukankah seharusnya masih beberapa bulan lagi?" ujar Wina begitu mobil melaju membelah jalan kota yang tidak terlalu sibuk siang ini.

Wina masih sangat ingat kapan seharusnya dirinya akan bertemu El, karena janji pria itu yang mengatakan bahwa sedang melakukan ekspansi untuk mencari harta karun lagi di China akan memakan waktu beberapa bulan lagi.

Tapi siang ini El menghubungi Wina dan mengajaknya makan siang, yang membuat Wina sebenarnya sangat penasaran dengan jadwal El yang seharusnya sangat padat.

"Adibara.co berencana untuk membeli beberapa perusahaan di Indo, jadi mau tidak mau aku harus kembali untuk memutuskan hal itu" ujar El yang menoleh pada Wina yang juga menatapnya. Mata keduanya bertemu, menciptakan desiran aneh pada dada Wina, namun Wina mengabaikan itu.

Jantung Wina bergemuruh hanya dengan satu senyuman di mata El, tapi Wina tidak bisa lagi menyukai orang lain setelah Jo meninggalkannya dan Ethan yang menolaknya.

"Kamu terlihat sedikit lebih tua dengan rambut-rambut itu" jelas Wina menunjuk rambut halus yang mulai tumbuh disekitar rahang El.

Jujur Wina harus menyembunyikan debaran jantungnya atau pipinya akan memerah dan itu bukan sesuatu yang pantas ditunjukkan kepada El yang hanya orang asing.

El tersenyum menanggapi hal itu, 'menyenangkan sekali mempunyai orang yang memperhatikan kamu'

El merasa ketika bersama Wina ia menjadi lebih banyak tersenyum pada gadis itu, dan di pertemuan ketiga ini.

"Aku ingin menghubungi kamu waktu itu, tapi sayangnya aku tidak memiliki kontak kamu. Jadi terpaksa aku menitipkan pesan pada resepsionis hotel, dan aku tidak menyaka kamu akan benar-benar datang dan mengambil memo itu."

"Aku bukan orang yang tidak memenuhi janji"

Wina mengangguk setuju. "Kamu memang terlihat seperti laki-laki yang jujur" pujinya tulus.

El spontan tersenyum. "Terima kasih pujiannya"

Keduanya telah sampai pada salah satu restoran yang terlihat ramai dengan banyaknya mobil yang terparkir di halaman parkirnya. Wina pernah mendengan restoran ini memerlukan reservasi terlebih dahulu, dan Wina yakin El tidak melakukannya karena kepulangan pria itu yang mendadak. "Sepertinya sulit mendapatkan tempat duduk disini" ujar Wina menanyakan pada El tentang pemilihan tempat ini.

"Tidak juga. Kalau kamu memiliki teman sepertiku" jawab El yang membukakan pintu untuk Wina. "Silahkan masuk"

"Terima kasih"


Tawaran atau Lamaran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang