BRAK BRUK BRAK BRUK
Naya menghentakan kakinya keras-keras sambil sesekali mencuri-curi pandang ke rumah yang akan dilewatinya 10 langkah lagi.
BRAK BRUK BRAK BRUK
"Nay, lo apa-apaan sih! Norak banget baru pertama kali jogging. Kalo gamau gue ajak gausah maksain ikut dong! Berisik tau ga!"
Refan memarahi Naya dengan tampang yang sepet karena merasa malu dan kesal karena adiknya yang Ia anggap norak dan kampungan saat Ia ajak jogging karena membuat suara yang cukup besar dan gerak-geriknya yang seperti pencuri hendak mengambil kesempatan.
"Ish, apasih bang. Kaga usah misuh-misuh gitu dah, lagian lo ngajak gue jogging jam 11 siang ya gimana gue kaga kesel!" Naya tetap mencuri pandang pada rumah yang kini telah dilewatinya. Rumah di depan taman bulat, dengan arsitektur khas zaman dulu.
"Yekan gue udah bilang kalo kaga mau diajak gausah ikut. Eh, ngomong-ngomong si Bian udah keluar Bandung lagi yah? Gue liat di sgnya kemarin ada di kereta gitu, tapi gatau kemana."
Udah pergi toh.
"Ya mana gue tau bang, istrinya aja bukan."
"Kali aja lo tau, kan lo pernah ada story sama Bian" Naya yang kesal dengan abangnya yang cekikikan mendorong bahu abangnya hingga abangnya hilang keseimbangan dan terjatuh.
"WOY NAY, GUE KAN BERCANDA ELAHH" Refan hendak bangkit dari jatuhnya, namun sesaat sebelum Ia bangkit Naya kembali mendorong bahu abangnya dan membuat abangnya terjatuh lagi.
"Abisnya lo ngeselin sih! Udah ah, gue pulang duluan!" Naya berlari kearah rumahnya yang tidak jauh dari tempat kejadian dengan cepat. Ia tak mau Refan memarahinya dan menyiksanya.
"WOY NAYAA TANGGUNG JAWAB LOO SAKIT TAUUU" Refan meringis dan hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam seraya perlahan berjalan ke rumahnya dengan langkah yang terseok-seok.
"Naya, naya... Masih sensian banget kalo diingetin sama Bian."
Refan mengalihkan pandangannya ke belakang -rumah dimana Bian tinggal. Ia menghela nafasnya pelan dan mengambil langkah menuju rumahnya.
Krek
"Refan udah pulang, bu" Refan menutup kembali pintunya dan melangkah menuju ibunya yang kini tengah menyiapkan makan siang di dapur.
"Refan, itu adik kamu ko pulang-pulang cemberut sih? Kamu apain? Samperin gih..." Ibunya yang tengah memakai celemek langsung membombardir Refan dengan banyak pertanyaan.
"Iya buu, tadi ada cekcok dikit lahh hehee"
"Yaudah atuh sok, samperin adiknya di kamar"
Refan mengangguk dan langsung mengambil langkahnya menuju kamar Naya yang berada di lantai atas.
Tok Tok Tok
"Naya, abang masuk yah"
Refan segera menutup pintu kamar adiknya dan mendekati Naya yang tengah telungkup di kasur.
"Naya... Abang minta maaf dehhh, abang gaakan ngomongin Bian lagi kecuali kalo kamu yang duluan mancing... Maafin abang yahh"
Kebiasaan Refan, memanggil Naya dengan panggilan 'aku-kamu' apabila lagi marahan.
"Nayy, jangan ngambek dong... Abang jadi takut kalo kamu ngambek kaya gini..." Refan mengelus-elus kepala Naya dan duduk di kasur Naya.
"Hmm"
"Naya..."
"Iya abang"
"Nayaaaa liat abang donggg" Refan mulai menggoyangkan bahu Naya sambil mengerucutkan mulutnya.
"IYA ABANG NAYA MAAFIN! UDAH AH, NAYA MAU SENDIRI DULU" Naya dengan sekejap duduk dari tidurnya yang otomatis membuat Refan mundur kebelakang.
Lalu Naya tidur telungkup lagi di kasurnya.
"Nay... Nayy...." Refan mencolek bahu adiknya.
"IYA ABAANGGGG"
Abang Naya itu tak sengaja loncat ke belakang mendengar teriakan Naya, sambil mengelus dadanya terkejut.
"Huftt, iya deh Nay... Jangan lupa ke bawah yaa Ibu udah bikin makan siang."
"Hmm"
Refan pun membuka pintu kamar adiknya dan menutupnya kembali.
"Buset, bener dah kalo diingetin sama Bian singanya keluar..." Ia menggelengkan kepalanya.
×××
Let me introduce..... Refan Gema alias abangnya Naya!!!
Abangnya Naya ini gamers abis, sampe suka lupa waktu kalo udah main game.
Ngomong-ngomong, halo semua!! Ini perdana aku publish fanfiction lagii, semoga kalian suka yaa... Ohiya, note nihhh kalau ada kalimat yang diitalic, itu artinya ucapan dalem hati yaa!!! tolong komen atau vote biar aku makin semangat bikin chapter-chapter barunya!! Thanks alll
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia.
Short StoryAda rasa yang tepat namun datang di waktu yang salah, Ada pula rasa yang datang di waktu yang tepat namun perlu membiasakan diri. . "Naya" "Hmm?" Ia mengalihkan pandangannya dari mata Naya menuju indahnya langit dikala sore. "Kalo gue mau lo nunggu...