Fabian Ananta
Laki-laki yang tak pernah Naya sangka akan hadir dalam kehidupannya. Laki-laki yang entah mengapa tiba-tiba datang pada saat Ia sedang pada masa kritis dalam hidupnya. Laki-laki yang seperti ditakdirkan Tuhan untuk bertemu dengan Naya. Menemaninya disaat dunia seakan tidak berpihak kepadanya.
Namun ternyata, semua itu hanya pada waktunya.
.
Bandung, Oktober 2018.
"Nay, lo jadinya mau masuk mana nih?" Lia, temen sebangku Naya bertanya pada Naya yang sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas.
"Gue sih udah fix masuk kampus swasta itu Li, gue udah keterima PMDK juga. Kata bokap gue kalo udah keterima di kampus itu gausah nyari kampus lain." Naya menatap Lia sembari menyampirkan tas ke pundaknya.
"Wah, jadi sultan dong lo kalo masuk kampus itu."
"Haha, bisa aja lu."
Naya dan Lia pun tertawa bersama sembari berjalan keluar kelas mereka.
"Naya!"
Terdengar suara seorang laki-laki memanggilnya sembari berjalan ke arah Naya.
"Woah Nay, abang-abangan lu dateng tuh. Buset, bercahaya banget!" Lia menepok-nepok pundak Naya heboh.
"Bacot lu, udah pergi sana. Gue udah dijemput."
Naya mendorong Lia agar Lia menjauh darinya.
"Dijemput calon menantu orang tua lu Nay?" Lia berkata dengan nada jahil.
"Anjing lo."
Naya menghela nafasnya singkat dan berjalan ke arah laki-laki yang memanggilnya itu.
"Eh Kak Bian, tumben ke sekolah gue. Sejak kapan di Bandung?"
Fabian tersenyum ke arah Naya.
"Baru aja aku dari stasiun, langsung ke sekolah kamu begitu denger dari Refan kalo kamu masih di sekolah."
Fabian mengambil pelan tas milik Naya dan menyampirkan tas itu di pundaknya.
"Eh, gausah Kak. Gue aja yang bawa." Naya berkata pelan sembari berusaha mengambil tas miliknya yang sudah berada di pundak Fabian.
"Gapapa aku aja. Ngomong-ngomong, kok kamu tiba-tiba pake gue-lo sih?"
Fabian dan Naya mulai berjalan ke arah gerbang sekolah Naya.
"Eh iya Kak maaf, udah lama engga ketemu soalnya jadi sedikit gaenak..." Naya berbicara dengan suara yang pelan karena Naya tidak menyangka dan tidak enak mengetahui fakta bahwa Fabian menyadari perubahan gaya bahasanya.
"Tapi aku enak kok pake aku-kamu sama kamu." Fabian menoleh ke arah Naya dan memandang mata Naya lekat.
Naya yang menyadari dirinya ditatap oleh Fabian langsung merasa kikuk dan salting.
"eh.. iya Kak Bian... maaf..."
Fabian tertawa kecil hingga pipinya menunjukan lesung pipinya dan mengacak rambut Naya pelan.
"Iya gapapa kok, aku paham karena kita udah sekitar tiga bulan engga ketemu dan kontakkan. Biasain lagi aja ya Nay pake aku-kamu, soalnya kamu bukan lo bagi aku."
Kalimat yang diucapkan Fabian mampu membuat Naya tersenyum dan merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
"Iya Kak, nanti a-aku coba biasain lagi. Ngomong-ngomong Kak Bian sekarang di Bandung berapa hari?"
"Aku di Bandung cuman 3 hari Nay, abis itu pelatihan lagi. Kita jalan-jalan ke sekeliling Bandung yuk?"
"Langsung kak?"
Fabian terkekeh pelan lalu berhenti berjalan yang diikuti oleh Naya.
"Engga lah Nay, aku pesen taksi online dulu buat balik ke rumah, ambil mobil terus jemput kamu jam 5 sore."
Naya mengangguk paham.
"Hoo, oke kak. Ngomong-ngomong kita mau ke daerah mana nih?" Naya menatap ke arah Fabian yang tampaknya tengah sibuk memesan taksi online dari handphonenya.
"Rahasia dong."
Fabian memeletkan lidahnya yang dipukul pelan oleh Naya lalu mereka pun tertawa bersama.
×××
Balik lagi nih sama short story ini hehee... Oiyaaa, besok Senin looo.... semangat semuaaaa!!! Vote dan komen juseyonggg biar aku juga makin semangat dan cepet buat updatenya!! thank uuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia.
Kısa HikayeAda rasa yang tepat namun datang di waktu yang salah, Ada pula rasa yang datang di waktu yang tepat namun perlu membiasakan diri. . "Naya" "Hmm?" Ia mengalihkan pandangannya dari mata Naya menuju indahnya langit dikala sore. "Kalo gue mau lo nunggu...