0.00| AWAL

15 2 0
                                    

~~~Bukan takut awalnya, melainkan ragu jawabnya.~~~



"Maaf  Nad, kamu harusnya engga sama aku untuk saat ini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf Nad, kamu harusnya engga sama aku untuk saat ini"

Seorang pria menatap dalam perempuan yang sedang menunduk. Pria itu mencoba menggengam tangan perempuan di depannya. Namun, perempuan itu menepis tangannya dan kemudian mendongak tanpa berkata apapun.

"...."

"Nad, Aku mohon tolong ngertiin aku"

Seperti dahulu, dengan memohon berharap perempuannya itu mengerti.

"Gue dah nunggu sekian lamanya dan sekarang lo mau gue pergi?"

Pria itu terkejut, sepertinya ada kesalahpahaman di sini.  Bukan itu maksudnya.

"Bukan gitu Nad, Aku hanya gak bisa nolak permintaan orang tua aku. Kamu tau kan Mama bakalan sedih kalau aku nolak ini, sedangkan aku masih cinta sama kamu"

Pria itu masih berusaha menggenggam tangan perempuan itu, berharap dengan mengenggam tangan akan menguatkan dirinya sekaligus perempuannya. Tetapi perempuan itu menepisnya kuat sambil berdiri.

"Lelaki brengsek, tau apa lo tentang cinta? Hati gue sakit, dan lo lihat kan betapa hancurnya gue saat tau lo tunangan sama Kania. Sahabat gue sendiri. Yan, saat lo minta gue tetep nunggu lo, gue tetep setia nunggu. Bahkan orangtua gue mulai engga percaya sama lo. Lo tu cuma pemberi harapan palsu."

Perempuan tadi menghela napasnya. Dadanya serasa ditekan begitu kuat, membuat napasnya terenggah-enggah.

"Dan sekarang saat gue udah begitu lama nunggu dengan tega lo ngasih undangan pertunangan lo. Lo tega ya!! Gue berharap dengan gue nunggu gue bakal bisa terus sama lo. Tapi apa nyatanya, hidup gue bukannya tambah bahagia malah hancur kayak gini."

Pria itu hanya merunduk sambil memijit pangkal hidungnya. Ini diluar dugaannya.

"Kenapa lo diem, bener kan apa kata gue. Huh? JAWABB!!"

Perempuan yang tengah menjadi tontonan pengunjung kedai itu merasa lega, sekaligus sedih. Ia kecewa, ia marah, dan juga kesal. Dari tadi ia berusaha tidak berteriak memaki pria dihadapannya. Ia juga ingin menangis mengingat memori yang menyeruak memenuhi otaknya.

"Maaf Nad, ini salah aku. Seharusnya aku bilang dari awal, tapi..."

Tak tahan perempuan itu menghela napas dan mengambil tasnya. Tatapan orang membuatnya muak. Terlebih pria didepannya yang telah menyandang sebagai 'mantan', membuatnya ingin mengucap sumpah serapah yang sedari ia tahan.

"Gue pergi"

Tanpa babibu perempuan itu keluar.

"Nad, Nadiraaa tunggu. Aku belum selesai ngomong. Arrghh, sial"

Travelling UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang